• Privacy & Policy
  • Kontak
  • Tentang Kami
    • Profil
    • Redaksi dan Manajemen
    • Dewan Penasihat
  • Mata Air di Dunia
    • Arabic
    • Deutsch
    • English
    • Spanish
    • Turkish
  • FAQ
  • Kirim Artikel
  • Karir
Monday, October 20, 2025
  • Login
Majalah Mata Air
Advertisement
  • Home
  • Rubrik
    • Sains
    • Budaya
    • Spiritualitas
  • Penulis
    • Amany Lubis. Prof. Dr.
    • Astri Katrini Alafta. S.S. M.Ed.
    • Gumilar Rusliwa Somantri. Prof. Dr.
    • Ilza Mayuni. Prof Dr.
    • Irfan Yilmaz. Prof. Dr.
    • Khoirul Anwar. Dr. Eng.
    • Muhammad Luthfi Zuhdi
    • Nabilah Lubis. Prof. Dr.
    • Qoriah A. Siregar. Dr.
    • Semiarto Aji Purwanto. Prof. Dr.
    • Riri Fitri Sari. Prof. Dr. Ir.
    • Tegar Rezavie Ramadhan. S.K.M. M.Pd.
  • Event
  • Tetes Mata Air
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Produk Kami
    • Buku Digital
    • Majalah Digital
    • Mata Air dalam Genggaman
  • Semua Membacanya 2025New!!!
    • Pendaftaran Semua Membacanya 2025
    • Galeri Semua Membacanya
      • Galeri SM24
      • Galeri SM23
No Result
View All Result
  • Home
  • Rubrik
    • Sains
    • Budaya
    • Spiritualitas
  • Penulis
    • Amany Lubis. Prof. Dr.
    • Astri Katrini Alafta. S.S. M.Ed.
    • Gumilar Rusliwa Somantri. Prof. Dr.
    • Ilza Mayuni. Prof Dr.
    • Irfan Yilmaz. Prof. Dr.
    • Khoirul Anwar. Dr. Eng.
    • Muhammad Luthfi Zuhdi
    • Nabilah Lubis. Prof. Dr.
    • Qoriah A. Siregar. Dr.
    • Semiarto Aji Purwanto. Prof. Dr.
    • Riri Fitri Sari. Prof. Dr. Ir.
    • Tegar Rezavie Ramadhan. S.K.M. M.Pd.
  • Event
  • Tetes Mata Air
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Produk Kami
    • Buku Digital
    • Majalah Digital
    • Mata Air dalam Genggaman
  • Semua Membacanya 2025New!!!
    • Pendaftaran Semua Membacanya 2025
    • Galeri Semua Membacanya
      • Galeri SM24
      • Galeri SM23
No Result
View All Result
Majalah Mata Air
No Result
View All Result
Home Budaya Psikokinesis

Konsep Psikoterapi Badiuzzaman Said Nursi dalam Risalah Nur

Assoc. Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, dkk.

by Hamid Fahmy Zarkasyi. Dr.
5 years ago
in Psikokinesis, Psikologi
Reading Time: 11 mins read
Share on WhatsappShare on FacebookScan and read on your phone

Manusia adalah makhluk yang terdiri dari dua entitas, fisik dan nonfisik (jiwa/rûh) yang saling melengkapi dan tak terpisahkan. Ketika manusia harus mempertahankan keseimbangan keduanya, ternyata menjaga dan mengobati penyakit non-fisik (psikis) lebih sulit dilakukan[1] karena sifatnya yang tidak terlihat dan mudah berubah, ia dapat dipengaruhi maupun terpengaruh, dan ia juga mempunyai kecenderungan baik maupun buruk yang silih berganti memotivasi manusia untuk berbuat. 

Kemajuan sains dan teknologi yang telah memudahkan dan memberikan keluasan arus informasi bagi manusia, tetapi di sisi lain modernisasi telah pula membuat manusia mudah berbangga diri. Hal ini dikarenakan adanya faktor kemudahan dalam melakukan sesuatu dalam berbagai aspek kehidupan, yang kemudian mematikan rasa simpati dan empati. Penyakit psikis seperti iri dan dengki pun muncul sebagai salah satu efek darinya. Penyakit psikis yang sering didapati pada manusia adalah berbangga diri, sombong, iri, dengki, waswas, kikir, marah, dan lain sebagainya.[2]

Dalam Islam, penyakit-penyakit tersebut dianggap kronis, karena sangat memengaruhi kualitas beragama seseorang di ranah fundamental. Ia dapat merusak keikhlasan yang merupakan syarat utama diterimanya amal manusia; merusak kesabaran, rida dan tawakal sebagai inti dari sifat penghambaan manusia pada Allah, dan yang lebih serius lagi, manusia akan menjauh dari hakikat penciptaannya sehingga menjauh pula dari Tuhannya yang berakibat pada menurunnya kondisi psikis dengan sangat drastis. Pada puncaknya adalah rasa mudah berputus asa sehingga seluruh aktivitas hidup telah kehilangan nilai dan rûh-nya. Manusia tidak lagi mementingkan komunikasi, interaksi antar sesama, tenggang rasa, saling menghormati, menghargai, simpati serta empati. Padahal semua itu sangatlah penting dalam mempertahankan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial. Maka tidak heran jika rasa putus asa yang menjangkit manusia membuatnya rela mengakhiri hidup sebelum waktunya. Fakta telah mencatat bahwa angka bunuh diri di kalangan masyarakat kini menyentuh angka yang sangat memprihatinkan.[3]

Problem Psikoterapi Barat

RelatedArticles

Orangtua Depresi, Anak Tak Percaya Diri

Langkah Menangani Trauma Sosial

Psikoanalisis Sigmund Freud memandang manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh ketidaksadaran dan insting dasar hewani, seperti: nafsu bereproduksi, nafsu makan, dan nafsu bertahan hidup.[4] Manusia dalam pandangan Freud adalah makhluk yang dikuasai oleh ketidaksadaran  dan sangat ditentukan oleh masa lalunya. Wilayah ini, dalam pandangan Freud dianggap sebagai pengendali psikis manusia.[5] 

Sementara J.B. Waston dengan aliran Behaviour-nya, memandang manusia sebagai makhluk netral. Artinya segala gangguan yang terjadi pada manusia merupakan respon mereka terhadap situasi yang dihadapinya. Aliran ini mengutamakan kejadian masa kini dan mengabaikan apa yang terjadi di masa lalu.[6] Fokus utamanya adalah manusia dan lingkungan, dimana lingkungan menjadi faktor penentu kesehatan psikis.

Selain itu, psikolog humanistik Abraham Maslow menganggap bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk baik yang aktif menentukan geraknya sendiri. Aliran ini memberikan penekanan pada aspek kemandirian manusia atau yang mereka sebut dengan man’s self sebagai suatu subjek berharga bagi pengalaman individu. Mereka menganggap bahwa perilaku manusia berasal dari kehendak bebas mutlak yang dimilikinya, sebagai respon dari keadaan sekitarnya.[7]

Psikologi Barat memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak sendiri dengan kemampuannya. Pemahaman hakikat manusia terbatas hanya pada fisik atau materi yang nampak saja. Untuk itu, metode psikoterapi yang mereka kembangkan pun hanya berfokus pada materi. Memang diakui bahwa materi dapat memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan hidup, tetapi ia bukanlah satu-satunya, melainkan hanya faktor kecil yang menjadi pelengkap kehidupan. Inilah yang menjadi titik perbedaan antara psikologi Barat dan Islam.[8]

Ibnu Sina mengatakan bahwa hakikat manusia ada pada rûh-nya. Ia menjelaskan bahwa, qalb, nafs, rûh, dan ‘aql semua itu adalah entitas yang berbeda, tetapi ketika menyentuh fisik manusia, keempat entitas tersebut menjadi satu. Itulah yang kemudian menjadi substansi spiritual dan inti manusia. Perbedaan nama, lanjut Ibnu Sina, terjadi karena ahwâl (kondisi) dan modus yang berbeda. Ketika bersentuhan dengan hal-hal intelegensi misalnya, entitas tersebut manjadi ‘aql. Kemudian, saat entitas tersebut mengatur fisik, maka ia menjadi nafs. Selanjutnya, ketika menerima intuitif, maka pada saat itu ia disebut qalb. Sedangkan saat entitas tersebut menjadi dirinya sendiri, maka ia disebut dengan rûh.[9] Artinya perbedaan nama terjadi karena fungsi dan keadaan tertentu, tetapi saat keempat unsur tersebut berada dalam tubuh manusia, mereka menjadi entitas yang tidak bisa dipisahkan.

Sesungguhnya psikologi sangat terkait dengan unsur ketuhanan. Tuhan seharusnya menjadi subjek dan memengaruhi pandangan kajian psikologi, tanpa mengabaikan faktor eksternal yang menjadi salah satu hal yang memengaruhi perilaku manusia. Untuk itu, mengkaji manusia dengan tidak mengaitkan unsur ketuhanan merupakan tindakan yang sia-sia.

Konsep Psikoterapi dalam Risalah Nur

Mengkaji konsep psikologi tentunya diawali dengan kajian tentang manusia, terkhusus jiwanya. Ustaz Badiuzzaman Said Nursi dalam kitab Risalah Nur menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan untuk beribadah, konsekuensinya adalah manusia dengan segala potensinya ditugaskan untuk dapat menjadikan setiap yang dilakukannya bernilai ibadah. Di saat yang sama, Allah melalui firman-Nya memberikan ganjaran kebaikan pada yang melakukannya, dan hukuman bagi yang melanggarnya di dunia maupun di akhirat. Inilah perbedaan konsep psikoterapi Barat dan Islam, bahwa Islam senantiasa menghadirkan akhirat sebagai orientasi tertinggi dalam segala aktivitas. Sedangkan Barat hanya fokus pada dunia, sehingga dalam memaknai manusia sangat terbatas pada apa yang dilihat, dirasakan, dan dialami secara fisik saja.

Motivasi dalam psikoterapi adalah core atau inti darinya, seluruh metode dan teknik klinis akan menyertakan motivasi di dalamnya. Dalam Al-Qur`an, Allah menyebutkan bahwa Ia tidak akan mengingkari janji-Nya, kebaikan akan disampaikan bagi yang beribadah kepada-Nya, begitu pula hukuman akan dijatuhkan bagi yang melanggar-Nya. Di sinilah peran iman berfungsi, karena mengenal dan memahami Allah beserta janji-janji-Nya yang bersifat nonfisik tidak mudah untuk dijangkau manusia kecuali dengan imannya. Beliau berulang kali mengatakan bahwa sebaik-baik pekerjaan di zaman modern ini adalah mengabdi kepada iman. Mengabdi bukan berarti penghambaan, tetapi meletakkan dedikasi yang tinggi terhadap iman. Seluruh perbuatan, pemikiran, keputusan, bahkan niat haruslah berdasarkan iman yang kuat. Ustad Nursi telah merumuskan penyakit-penyakit psikis yang diderita manusia modern saat ini, beserta solusi dan penanganan psikisnya.

Beliau mengajukan kedinamisan Islam dalam menghadapi realita kehidupan melalui sebuah konsep dengan tiga ide dasar yang menjadi inti penanganan gejala psikis, yaitu pertama, mengabdikan diri kepada iman dan Al-Qur`an, kedua, menjaga keikhlasan, dan ketiga, menjaga persatuan umat dan bergabung dengan jama’ah. Ide-ide dasar ini yang selalu ditekankan Nursi pada banyak bagian pada karyanya sebagai sebuah hal yang berkaitan dengan psikoterapi. Penting dicatat bahwa ketiga ide dasar tersebut tidak dapat dipisahkan, semua harus diterapkan secara sistematis. Hal tersebut dikarenakan pengabdian diri terhadap iman adalah unsur terbesar dalam metode ini. Selanjutnya diikuti dengan keharusan menjaga keikhlasan dalam kehidupan yang nyata sebagai rûh, yang sekaligus merupakan kunci diterimanya pengabdian. Kemudian diakhiri dengan menjaga ukhuwah dan jemaah yang menjadi penopang kekuatan dalam pengabdian tersebut. Secara umum, dapat dilihat bahwa Nursi dalam hal ini tidak terpaku hanya dalam hal proses penyembuhan. Bahkan beliau cenderung mengabaikan penyakit psikis yang diderita seseorang, lalu mengalihkan perhatian orang itu pada aksi positif yang bermanfaat bagi kehidupan akhiratnya. Hal ini bukan berarti beliau mengabaikan problem psikis yang diderita seseorang, namun Ustaz Said Nursi berpendapat bahwa hal- hal negatif tidak perlu terlalu dipikirkan, tetapi kewajiban kita adalah berbuat baik di hadapan Allah. Dengan kata lain, dalam metode ini seseorang yang memiliki masalah psikis diarahkan untuk senantiasa menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat yang dapat memupuk keimanannya, sehingga bersamaan dengan itu penyakit jiwanya pun terobati.

Di antara penyakit jiwa yang mendapat perhatian dari Ustad Nursi dalam karyanya ini adalah: putus asa, berbangga diri, egois, dan berprasangka buruk. Menurut beliau jika seseorang merasa berputus asa, maka hendaknya ia menyadari bahwa Allah akan mencukupi segala kebutuhan hamba-Nya dan mengampuni segala dosanya. Untuk itu, hendaknya manusia menyadari betul bahwa sebenarnya berbagai problematika yang sedang dihadapinya adalah sarana untuk menemukan jalan kembali menuju Allah. Manusia tidak berhak mengeluh atas berbagai problematika kehidupan yang menimpanya, sebab segala sesuatu yang ada di muka bumi ini berada di bawah kekuasaan-Nya. Ustaz Nursi menganalogikan jika seorang model yang mendapat bayaran untuk memperkenalkan baju rancangan seorang desainer tak dapat memprotes atau mengeluhkan pakaian yang akan diperagakannya. Karena semua keinginan sang desainer sebagai perancang baju tersebut harus dipatuhinya sebagai balasan atas upah bayaran yang diberikannya. Maka Ustaz Nursi menjelaskan bahwa tubuh ini diberikan oleh Allah tanpa kita bayar sedikit pun. Karena itu, Allah mempunyai hak prerogatif terhadap apa yang telah diciptakannya.[10]

Hendaknya setiap manusia memandang kehidupan ini dengan kaca mata iman, maka ia pun akan segera menyadari bahwa pada hakikatnya ia tidak memiliki apa-apa, bahkan dirinya pun bukanlah miliknya, melainkan karunia Allah. Semua berjalan menurut kehendak-Nya, dengan demikian ia tidak akan takut menghadapi pahitnya kehidupan. Siapapun yang beriman kepada Allah, ia akan selalu bertawakal atas masa depan mereka dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.[11]

Berbangga diri adalah pintu menuju penyakit psikis yang disebut riya’. Untuk itu, siapa pun yang mencari kemasyhuran (ketenaran, popularitas, jabatan kemuliaan di mata manusia), maka Ustaz Nursi mengingatkan bahwa hal itu adalah sumber dari penyakit riya’ dan matinya hati. Maka jangan sampai terjerumus ke dalamnya agar tidak menjadi hamba bagi manusia. Namun jika memang seseorang dengan sengaja menjerumuskan diri ke dalamnya, maka katakan: innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.[12] Hal ini menunjukkan bahwa riya’ adalah bentuk penghambaan diri kepada selain Allah, karena usaha yang dilakukan bukan untuk mencari rida-Nya, melainkan hanya mencari kemasyhuran.

Langkah pertama yang harus ditempuh untuk mengobati penyakit gemar berbangga diri adalah menyadari bahwa seseorang tidaklah berhak atas dirinya. Oleh karena menurut ustaz Nursi setiap makhluk sangat lemah dalam segala hal dan kemampuannya sangat tergantung kepada Allah. maka hendaklah seorang Muslim mengucapkanlah lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâh, lahu al-mulk wa lahu al-hamd.[13] Ungkapan beliau ini memberi pesan bahwa di hadapan Sang Pencipta, manusia bukanlah apa-apa. Setiap napas yang terhirup, kenikmatan yang didapat, jabatan yang dimiliki, dan apa pun yang ada di dunia ini, semua itu adalah anugerah dan titipan Tuhan. Maka sangat tidak pantas jika seorang hamba merasa bangga terhadap apa yang telah dicapainya.

Penyakit egoisme dapat diobati dengan menyadari bahwa diri kita tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan orang-orang terdahulu. Dalam konteks ini, Ustad Nursi mengingatkan bahwa janganlah sampai tertipu oleh usaha yang telah dikerjakan, sebab itu akan memicu lahirnya sifat ego, dengan demikian ia pun akan sadar bahwa apa yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah.

Selanjutnya untuk mengobati prasangka buruk, Ustad Nursi menjelaskan sesungguhnya perbuatan tersebut akan menutupi segala kebaikan dan hakikat segala suatu, ia akan menjadikan siapapun melihat siang seperti malam, dan kenikmatan terlihat sebagai kemalangan.[14] Ini menunjukkan bahwa prasangka buruk menjadi hijab atau penutup segala macam kebaikan. Lebih dari itu, bahwa penyakit tersebut akan membuat hati siapa pun merasa was-was berlebihan, kenikmatan terlihat seperti siksaan. Sehingga siapa pun yang terjangkit penyakit ini akan sulit mendapatkan kebahagiaan.

 Metode psikoterapi Nursi mengajarkan manusia bagaimana mengenal Allah dengan baik. Itulah mengapa Ustad Nursi mengatakan bahwa kebahagiaan hanya akan didapat jika kita mengenal Allah. Dalam konteks ini, ia mensyaratkan setidaknya ada empat langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh kebahagiaan hidup, yang pertama adalah al-‘ajz, yakni dengan selalu merasa lemah dihadapan Allah, bukan kepada manusia. Dengan begitu seorang hamba selalu merasa membutuhkan-Nya. Artinya setiap manusia agar selalu bersandar, berdoa, mengandalkan kekuatan, kasih sayang, serta pertolongan-Nya. Kedua, al-faqr yaitu selalu merasa fakir (tidak memiliki apa-apa) di hadapan Allah. Sehingga dengan demikian manusia akan senantiasa butuh pencukupan dari-Nya, tanpa perasaan seperti ini hidup tidak akan berjalan. Langkah ini mendidik manusia untuk selalu qanâ’ah (merasa cukup) atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Ketiga, al-syafaqah, yaitu selalu merasa rindu kepada Allah, dan tidak memandang dirinya kecuali sebagai makhluk yang banyak memiliki kekurangan, kelemahan, serta kefakiran. Dengan demikian ia selalu menggantungkan diri terhadap kuasa Allah dalam setiap tindakan dan perbuatannya. Langkah ini akan membersihkan jiwa dari segala macam penyakit. Keempat, al–tafakkur, yaitu senantiasa berpikir tentang Allah dengan merenungkan setiap entitas yang telah diciptakan-Nya. Sebab segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah bukti akan keberadaan Allah.[15]

Dari keempat langkah di atas, dapat dipahami bahwa fokus utama ustaz Nursi dalam mengatasi problem psikis adalah dengan memperbaiki kualitas keimanan, sebab iman adalah obat paling mujarab bagi seluruh penyakit jiwa. Itulah mengapa inti dari Risalah Nur adalah memperbaiki kualitas keimanan dan kembali kepada Al-Qur`an (inqâdz al-îmân wa khidmah Al-Qur`ân).[16] Jika kemudian timbul pertanyaan mengapa harus kembali kepada Al-Qur`an? Maka jawabannya adalah karena Al-Qur`an senantiasa membimbing manusia kepada nilai-nilai keimanan. Sementara iman senantiasa menuntun manusia kepada fungsi dan tujuan dirinya.[17]

Iman dalam Risalah Nur diartikan sebagai sandaran, maksudnya seluruh manusia menggantungkan nasibnya dengan keimanannya. Hal ini karena iman menjadi sumber kekuatan maknawi dan sebagai jalan pembuka harapan yang mustahil jika ditelisik dari segi materi.[18] Seperti dikatakan Muhsin Abdul Hamid bahwa pembaharuan pemikiran Islam haruslah dimulai dari masalah pokok yaitu iman; karena ia akan melahirkan perubahan total dalam kehidupan.[19] Maka dengan memperbaiki kualitas keimanan, seseorang telah melakukan perubahan yang berarti bagi kehidupannya, serta menjauhkan jiwa dari berbagai penyakit.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kajian keimanan dalam psikoterapi ustaz Nursi mengajak manusia untuk selalu bertafakur. Karena dengan tafakur, manusia dapat menemukan hikmah dan nilai-nilai agung yang tersimpan dalam setiap perkara. Di samping itu, tafakur yang terarah oleh absolutisme wahyu akan membuat pelakunya mampu memotivasi dirinya secara maksimal, dengan kata lain bahwa dimensi akhirat yang diajarkan oleh wahyu Allah akan membuat pandangan manusia semakin luas, sehingga harapannya pun tidak terbatas.

Akhirnya, mengetahui hakikat jiwa akan mengantarkan manusia menuju tangga-tangga keimanan. Dengan tidak berlebihan, penulis berasumsi bahwa metode imani yang digagas Ustad Nursi, barangkali dapat dijadikan alternatif untuk menyelesaikan masalah penyakit hati. Kajiannya mengenai iman menjadi penting, sebab iman menjadi pengendali bagi setiap perbuatan. Sebagai contoh jika seseorang beriman kepada Tuhan dengan segala sifat ke-Mahakuasaan-Nya, maka dia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak disukai-Nya. Sebab ia percaya bahwa Tuhan melihat segala sesuatu yang dilakukan oleh hambanya. Di sini jelas bahwa iman menempati posisi penting di dalam kehidupan manusia. Ia tidak hanya menjadi motor penggerak, tetapi di saat yang sama keimanan juga menjadi pengendali bagi manusia dalam mengontrol hawa nafsunya.

Assoc. Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi adalah Direktur-Pendiri INSISTS dan Wakil Rektor Universitas Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur

Referensi :

  1. Ibnu Miskawaih, Tahdzîb al-Akhlâq wa Tathîr al-A’râq, Ed. Ibnu al-Khatib, (Kairo: al-Mathba’ah al-Mishriyyah, 1398), 151.
  2. Abdul Khaliq al-Sharbawi, The Degrees of Self, Terj. Muhammad Rois, (Jakarta: Zaman, 2012), 15-30. Lihat juga misalnya: Fuad Nashari, Agenda Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 4.
  3. Desy Susilawati, “Angka Bunuh Diri Anak Muda Meningkat”, dalam: www. republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/18/10/16/pgoqeo328-angka-bunuh-diri-di-anak-muda-meningkat/diakses pada 09-Juli-2019.
  4. Sigmund Freud, An Outline of Psychoanalysis, (New York: The Norton Library, 1949), 14-15.
  5. Sigmund Freud, A General Introduction into Psychoanalysis, (Massachutes, Clark University, 1920), 175.
  6. Sarlito Wirawan, Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), 129-133.
  7. Gerring & Philip G. Zimbardo, Glossary of Psychological Term, (Boston: Allyn and Bacon, 2002), 500.
  8. Sarlito Wirawan, Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), lihat juga Gerring & Philip G. Zimbardo, Glossary of Psychological Term, (Boston: Allyn and Bacon, 2002).
  9. Syed Muhammad Naquib al-Attas Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition on The Fundamental Elements of the Worldview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), 143.
  10. Hakan Gok, ‘Said Nursi’s Arguments for the Existence of God in Risale-i Nur’, Disertasi Doktoral, (Durham: Durham University, 2015), 255.
  11. Badiuzzaman Said Nursi, The Words: On the Nature and Purpose of Man, Life, and All Things, (Istanbul: Sozler Publication, 2004), 322.
  12. Badiuzzaman Said Nursi, al-Matsnawî al-‘Arabî al-Nûrî, Terj. Ihsan Qashim al-Shalihi, (Istanbul: Dâr Sûzler li al-Nasyr, 2010), 176.
  13. Ibid, 196
  14. Ibid, 137-138
  15. Ibid, 256-257
  16. Badiuzzaman Said Nursi, Malâhiq, Terj. Ihsan Qashim al-Shalihi, (Istanbul: Dâr Sûzler li al-Nasyr, 2010), 245.
  17. Badiuzzaman Said Nursi, al-Kalimât, Terj. Ihsan Qashim al-Shalihi, (Istanbul: Dâr Sûzler li al-Nasyr, 2010), 273.
  18. Ibid 102-103.
  19. Muhsin Abdul Hamid, Min Ma’âlim al-Tajdîd ‘inda al-Nûrsî, (Istanbul: Dâr Sûzler li al-Nasyr, 2002), 49-50.
Tags: volume 7 nomor 27
Previous Post

Hewan-hewan Perasa Gempa

Next Post

Hayâ

Hamid Fahmy Zarkasyi. Dr.

Hamid Fahmy Zarkasyi. Dr.

Related Posts

Orangtua Depresi, Anak Tak Percaya Diri
Psikologi

Orangtua Depresi, Anak Tak Percaya Diri

7 months ago
Langkah Menangani Trauma Sosial
Psikologi

Langkah Menangani Trauma Sosial

3 years ago
Load More

Discussion about this post

POPULAR POST

  • Taubah, Inabah, dan Aubah

    Taubah, Inabah, dan Aubah

    1325 shares
    Share 530 Tweet 331
  • Ibnu Sina, Seorang Ilmuwan Teladan

    1032 shares
    Share 413 Tweet 258
  • Shuffah, Pusat Bagi Para Jenius

    967 shares
    Share 387 Tweet 242
  • Hewan-hewan yang Menantang Suhu Dingin

    966 shares
    Share 387 Tweet 241
  • Syair Rindu Sang Musafir

    865 shares
    Share 347 Tweet 216

Majalah Mata Air menyuguhkan bahan bacaan untuk mengembangkan cakrawala pemikiran.

Ikuti Kami

Categories

Bulan Terbit

Tanya Jawab Edisi 46

Tanya Jawab Edisi 46

July 7, 2025
Kesehatan – Ilmu Pengetahuan – Teknologi (Edisi 46)

Kesehatan – Ilmu Pengetahuan – Teknologi (Edisi 46)

July 8, 2025
Poros Jantung dan Otak

Poros Jantung dan Otak

July 8, 2025
  • Tentang
  • Ketentuan
  • Kirim Tulisan

© 2021 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

No Result
View All Result
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Berlangganan Majalah
  • Blog
  • Buku Digital
  • Cart
  • Checkout
  • Checkout
    • Purchase Confirmation
    • Purchase History
    • Transaction Failed
  • Dashboard
  • Dewan Penasihat
  • Event
  • FAQ
  • FAQ Tetas Mata Air
  • Final Exam Questions and Answers for The Luminous Life of Our Prophet Book
  • Form Berlangganan
  • Form Kirim Artikel Semua Membacanya 2022
  • Galeri SM23
  • Galeri SM24
  • Gallery
  • Hubungi Mata Air
  • Instructor Registration
  • Jenis Pendaftaran
  • Karir
  • Kirim Artikel
  • Kirim Artikel Semua Membacanya 2022
  • Kirim Tulisan
  • Kuis Majalah Mata Air
  • Landing Page SM 24
  • langganan
  • Langganan Individu
  • Langganan Kelompok
  • LCCL Mata Air 2023
  • Liputan
  • Lomba Menulis Artikel
  • Majalah Digital
  • Majalah Mata Air Edisi 1
  • Majalah Mata Air Edisi 2
  • Majalah Tergantung
  • Mata Air dalam Genggaman
  • Mata Air On Air
  • My account
  • Paket Majalah
  • Panduan Semua Membacanya 2025
  • Pembahasan Try Out Cahaya Abadi
  • Pembahasan Try Out Sirah Nabawiyah
  • Pembahasan Ujian Cahaya Abadi
  • Pemenang Lomba Semua Membacanya 2023
  • Pemenang SM21
  • Penulis
  • Penulis
  • Polling Cover Buku “Hening Sejenak”
  • Pre Order Buku Jalan Nabi 3
  • Pre Order Buku Jalan Nabi 3
  • Privacy Policy
  • Produk Kami
  • Produk Mata Air di Playbook
  • Profil
  • Proposal Landing Page
  • Quotes
  • Redaksi dan Manajemen
  • Relawan
  • Rubrik
  • Rubrik
  • Seminar 1
  • Seminar 2
  • Seminar 3
  • Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 1 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 2 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 3 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
  • Semua Membacanya
  • Semua Membacanya 2022
  • Semua Membacanya 2023
  • Semua Membacanya 2023
  • Semua Membacanya 2025
  • Shop
  • Soal dan Jawaban Ujian Final SM23 Jalan Nabi
  • Soal dan Kunci Jawaban Fikih Sirah
  • Soal dan Kunci Jawaban Cahaya Abadi 2
  • Soal dan Kunci Jawaban Khulasoh Nurul Yaqin
  • Soal dan Kunci Jawaban Mentari Kasih Sayang
  • Soal dan Kunci Jawaban Sirah Nabawi
  • Soal dan Pembahasan Kuis Seminar 1 SM23
  • Soal dan Pembahasan Try Out Jalan Nabi – SM23
  • Soal dan Pembahasan Try Out The Luminous Life of Our Prophet
  • Student Registration
  • Tentang
  • Terima Kasih
  • Try Out
  • Ujian Final
  • Workshop

© 2021 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Tanya Admin
Hallo,
Ada yang bisa kami bantu?