Inikah perjalanan hening
Antara diri seorang hamba
Musyafir yang papa
Ia terus berjalan
Membawa sepotong jiwa yang mengering
Terus berjalan menemukan hati yang bening
Membawa rindu dalam getar hati yang syahdu
Doa terpanjangnya dalam sujud terakhir
Memohon Robb-nya mempertemukan ia
Dengan oase penyejuk jiwa
Ia mengetuk seribu pintu tanpa lelah
Hanya hampa yang terasa
Diapun berputar berbalik arah
Robb.. ya Robb
Bukakan pintu taubat
Dimana.. dimana
Mencari..terus mencari
Tiada henti langkah kaki
Sang musyafir mencari-cari jalan, hingga menepi,
berjalan, menyebrang dan berpindah
dalam rentang berliku
di penghunjung langkah
dimanakah doa terijabah dan i’tikaf menuai berkah
Apakah air mata akan terus mengalir
Dalam doa-doa seperti hentak nafas yang terbebas
Wahai jiwa yang mencari putihnya
yang sudah berdebu dan pekat dalam gelap
seberapa lama lagikah hidup
berjibaku diwaktu yang memburu
diantara insan-insan dengan misinya
mengumpul harta
bersikutan mengejar tahta
berkilau intan permata
Tersimpan dalam peti dan pundi-pundi
Yang tiada tentramkan jiwa
Hanya gelisah yang bercengkrama dengan gundah
Sudahlah aku kembali ke titik nadir
Hanya inginkan lafaz lisanku dalam zikir,
dan setiap bisikan goda mengintip khilaf
Maka sang musyafir terus bertakbir
Langkahnya hampir terhenti
Dalam putus asa
oh dunia yang bersolek
yang mampu menyihir jiwa dan raga menjadi mangkir
Namun inilah perjalanan sang musafir
Yang akan kembali mencari jalan-jalan abadi
menemukan Tuhan diantara gedung-gedung tinggi
dan meriahnya hidup yang bersolek dengan
asesoris
sang musyafir menempuh jalan sang sufi
Pagi ini dalam piramida waktu
dalam gerbong terakhir
Madinah, 22 April 2010
09.00 a.m selepas dhuha
Edrida Azhari Pulungan
Discussion about this post