• Privacy & Policy
  • Kontak
  • Tentang Kami
    • Profil
    • Redaksi dan Manajemen
    • Dewan Penasihat
  • Mata Air di Dunia
    • Arabic
    • Deutsch
    • English
    • Spanish
    • Turkish
  • FAQ
  • Kirim Artikel
  • Karir
Friday, September 22, 2023
  • Login
Majalah Mata Air
Advertisement
  • Home
  • Rubrik
    • Sains
    • Budaya
    • Spiritualitas
  • Penulis
    • M. Fethullah Gülen
    • Dr. Ali Unsal
    • Astri Katrini Alafta S.S. M.Ed.
    • Abdullah Farid
  • Event
  • Tetes Mata Air
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Produk Kami
    • Buku Digital
    • Majalah Digital
    • Mata Air dalam Genggaman
  • Semua Membacanya 2023
No Result
View All Result
  • Home
  • Rubrik
    • Sains
    • Budaya
    • Spiritualitas
  • Penulis
    • M. Fethullah Gülen
    • Dr. Ali Unsal
    • Astri Katrini Alafta S.S. M.Ed.
    • Abdullah Farid
  • Event
  • Tetes Mata Air
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Produk Kami
    • Buku Digital
    • Majalah Digital
    • Mata Air dalam Genggaman
  • Semua Membacanya 2023
No Result
View All Result
Majalah Mata Air
No Result
View All Result
Home Spiritualitas Bukit-Bukit Zamrud Kalbu

Khalwat dan Uzlah

M. Fethullah Gülen

by M. Fethullah Gulen
8 years ago
in Bukit-Bukit Zamrud Kalbu
Reading Time: 6 mins read
Share on WhatsappShare on FacebookScan and read on your phone

Khalwat dan uzlah berarti menyendiri. Dalam sebuah definisi lain, kedua kata ini berarti menyendiri di bawah bimbingan seorang mursyid atau pemandu untuk beribadah.1 Sebuah penafsiran menyatakan bahwa khalwat atau uzlah adalah menyepi untuk berdialog dengan al-Haqq Allah Subhanahu wa ta’ala dengan menggunakan lisan perasaan (lathifah) yang sama sekali tertutup dari semua yang selain Allah Subhanahu wa ta’ala. Caranya adalah dengan membersihkan hati dari semua keyakinan yang salah, perasaan yang gelap, imajinasi yang buruk, dan segala bentuk khayalan yang dapat menjauhkan dari Allah Subhânahu wa ta’âla.

Uzlah merupakan salah satu dimensi dari khalwat, sedangkan dimensi lainnya adalah ar-riyâdhah.2 Ia juga sering disebut dengan istilah al-arba’îniyyah, karena uzlah menjadi tahap pertama dari khalwat selama empat puluh hari. Seorang mursyid atau pemandu yang sedang memasukkan seorang murid atau calon murid menuju khalwat, akan menemani si murid sampai pintu kamarnya. Di situ mursyid berdoa kepada Allah bagi muridnya, lalu mereka pun berpisah. Si murid yang menyendiri di dalam kamar itu dan menjalani hidup seperti yang dijalani oleh seorang mu’takif (orang yang melakukan i’tikaf). Ia akan makan dan minum dalam jumlah yang sesedikit mungkin dari kebutuhan tubuhnya. Ia lalu berusaha melupakan segala bentuk hasrat jasmani yang dimilikinya, dengan menyibukkan diri – tanpa henti siang dan malam- dengan zikir dan tafakur. Khalwat semacam itu dianggap sebagai salah satu pintu di antara sekian banyak pintu kedekatan (taqarub) pada Allah Subhânahu wa ta’âla.

Khalwat adalah sebuah tradisi yang telah lama ada, bahkan sangat kuno; yaitu khalwat dalam pengertian sebagai menyepi dari semua makhluk dan melakukan riyadhah. Tradisi ini hampir ada di semua jalan tasawuf, bahkan ia dapat disebut telah ada sejak masa para nabi ‘alahim salâm.

Sosok paling depan dalam tradisi ini tidak lain adalah sang Kebanggaan Umat Manusia, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam, lalu para nabi dan para wali yang juga melakukan khalwat dan uzlah. Meskipun karena tradisi ini memang tidak pernah memiliki standar aturan tertentu atau disebabkan kelemahan orang yang melakukannya, maka tradisi ini tidak pernah memiliki akar yang tetap dan terus berubah walaupun hanya sedikit, yaitu ketika tradisi ini dilakukan dalam berbagai kondisi berbeda. Kita ketahui ada uzlah yang dilakukan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam3, uzlah empat puluh hari yang dilakukan Nabi Musa ‘alaihi salam,4 riyadhah yang dilakukan Nabi Isa al-Masih ‘alaihi salam,5 khalwat yang dilakukan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa salam,6 dan masih banyak lagi yang kesemuanya mengalami berbagai perubahan serta penggantian pada beberapa bagian utamanya mengikuti kondisi dan situasi yang berubah. Bentuk-bentuk uzlah inilah yang kemudian diterapkan dengan cara berbeda dengan berbagai macam watak setiap individu.

RelatedArticles

Sakinah dan Thuma’ninah atau Ithmi’nan

Ihsan

 

Mungkin pula terjadi berbagai perubahan selain ini, karena khalwat memiliki hubungan erat dengan kondisi spiritual orang yang melakukannya, sebagaimana halnya ia memiliki kaitan dengan watak, perasaan, karakter, dan kesiapan spiritual individu yang bersangkutan. Atas dasar inilah maka para mursyid yang dapat disebut sempurna adalah mereka yang mengetahui siapa saja di antara muridnya yang layak diperintahkan untuk melakukan khalwat berikut tata cara dan lama waktunya.

Pada masa-masa awal kehidupan spiritualnya, Maulana Jalaluddin Rumi sering melakukan uzlah empat puluh harian (al-arba’înât). Tapi setelah ia bertemu mursyidnya, ia pun meninggalkan khalwat dan memilih jalwah. 7 Ada begitu banyak orang, baik di masa sebelum maupun di masa sesudah Jalaluddin Rumi yang menempuh jalan semacam ini.

Riyadhah adalah salah satu dimensi khalwat. Ia bermakna mengekang nafsu ketika berhadapan dengan hasrat jasmani serta mendorong ruh yang merindukan keluhuran, menuju ketinggian langit kesempurnaan manusia. Ya, dengan riyadhah saja seseorang dapat mengekang nafsunya. Sebagaimana halnya dengan riyadhah pula nafsu dapat didorong untuk meninggalkan berbagai perasaan yang dapat mencetuskan fitnah terhadapnya. Dengan riyadhah, nafsu dapat diarahkan untuk bergerak menuju penyerahan diri, dan dengan riyadhah pula nafsu dapat dibiasakan untuk bersikap tawadu’ dan menafikan dirinya, hingga membuatnya menjadi seperti debu yang diinjak kaki, dan inilah jalan untuk menjadi media tanam bagi sekuntum mawar:

Jadilah kau tanah agar bunga tumbuh di dirimu Sesungguhnya bunga hanya

tumbuh di tanah Melalui jalan riyadhah setiap orang dapat meraih anugerah

tertentu dari Allah subhânahu wa ta’âla.

Di antara mereka ada yang berhasil memperbaiki akhlak dengan ilmu, amal, dan keikhlasan, untuk kemudian mereka menunjukkan tata krama dalam seluruh aspek pergaulan mereka, baik pergaulan dengan Allah Subhânahu wa ta’âla maupun dengan makhluk-Nya.

Di antara mereka ada pula yang senantiasa menemukan diri mereka mengalami pasang naik dan pasang surut dalam hubungan dengan Tuhan mereka, sehingga mereka terus mencari jalan yang dapat lebih mendekatkan diri mereka kepada Allah Subhânahu wa ta’âla yang Agung tanpa meninggalkan sedikit pun kesempatan yang mereka lewati.

Di antara mereka ada yang berhasil keluar dari “kepompong” yang mengurung mereka sebagaimana yang terjadi pada ngengat untuk kemudian menjalani kehidupan mereka dalam dimensi samawi yang mereka capai, di antara para spiritualis di mana mereka menjadi kupu-kupu di sana.

Akar dari khalwat adalah menunggu dengan kesiapan untuk bertawajuh dengan Allah Subhânahu wa ta’âla, siang dan malam, tanpa pernah membiarkan mata hati melirik kepada yang lain dan berbagai perubahan yang terjadi. Akan tetapi seiring dengan itu, penantian ini sama sekali bukan sebuah hal pasif, justru ia merupakan sebuah penantian yang mengandung penguatan, sebab orang yang bersangkutan melakukannya dengan adab khalwat bersama Allah, serta mata hati yang selalu terbuka, yang diiringi keinginan kuat untuk jangan sampai melewatkan berbagai anugerah yang mengalir ke dalam hati.

Betapa bagusnya syair gubahan Husain Efendi Lamekani berikut ini,

Sucikanlah mata air hati sampai ia menjadi jernih Pandanglah hatimu dengan

mata, hingga matamu menjadi mata Tinggalkan keingkaran. Letakkan bejana

hati di bawah mata air itu Dan saat bejana penuh dengan air kebahagian

Pergilah dari situ dan kembalikan rumah itu untuk Pemiliknya Kalau kau pergi,

Allah akan datang ke rumah-Nya Jangan pernah biarkan syaitan memasuki

hatimu Karena begitu dia masuk amatlah sulit bagimu mengusirnya

Sebagaimana telah diketahui bahwa Allah Subhânahu wa ta’âla terbebas dari

kungkungan waktu dan ruang.

Akan tetapi interaksi antara Dia dengan manusia selalu terjadi di dalam lereng

hati. Itulah sebabnya manusia harus memiliki hati seperti “bukit zamrud” yang

selalu

siap menerima gelombang penyingkapan Ilahi (al-tajalliyât, manifestasi) yang

mengalir kepadanya dari Allah Subhânahu wa ta’âla.

Berkenaan dengan hal ini, Ibrahim Haqqi menuturkan, Hati adalah Rumah bagi Singgasana Allah, maka bersihkanlah ia dari yang selain Dia Agar setiap malam sang Rahman dapat bersemayam di istana-Nya Allah Subhânahu wa ta’âla telah berfirman kepada Daud ‘alaihi salam, “Wahai Daud, sesungguhnya Aku mengharamkan hati manusia untuk dimasuki cinta-Ku dan cinta yang selain Aku secara bersamaan.”8

Maksudnya: “Kosongkanlah rumah itu untuk-Ku, agar Aku dapat bersemayam di situ.”

Sebagian orang memahami bahwa yang dimaksud dengan “pengosongan” (al-ifrâgh) adalah penyucian dan penjernihan hati dari memikirkan yang lain (selain Allah Subhânahu wa ta’âla) serta menjauhkannya dari semua perhatian asing, dari berbagai hubungan yang tidak mengingatkan kepada Allah, dan dari hal-hal yang tidak berguna.

Sebuah syair indah gubahan Maulana Jalaluddin Rumi ini tampaknya dapat menjadi cahaya yang menerangi cakrawala pemikiran kita,

Setiap orang yang memiliki akal pasti memilih dasar sumur. Karena

kegembiraan hati terkandung di dalam khalwat. Sesungguhnya kegelapan

sumur yang pekat jauh lebih baik dari pada gelapnya masyarakat. Orang yang

hanya melihat pada kaki orang tidak akan menemukan kepalanya dan tidak

akan tahu juga akhir cerita dan rahasianya9 Khalwat yaitu meninggalkan yang

lain (selain Allah) adalah wajib, tapi bukan dari Allah Sang Kekasih. Karena

mantel bulu dipakai di saat

musim dingin, bukan di tengah musim panas. 10

Ketika maksud dari khalwat adalah penyucian “rumah” hati dari yang selain Allah dan berusaha untuk senantiasa bersama Allah Sang Maula Subhânahu wa ta’âla, maka para “pemilik ruh” yang ada di tengah manusia tetap mampu berhubungan dengan al-Haqq Allah subhânahu wa ta’âla. Demikian pula halnya dengan para “pemilik hati” yang selalu memberi perhatian terhadap ketunggalan, termasuk ketika melihat banyak entitas, mereka semua dapat dianggap sebagai orang-orang yang selalu berkhalwat. Sementara itu, orang-orang yang menghabiskan usia mereka untuk berkhalwat, tapi tidak mampu menyucikan hatinya dari yang selain Allah dan melepaskan semua yang selain Dia, maka khalwatnya adalah kebohongan dan kesia-siaan.

Pada hakikatnya, khalwat fisik tidak perlu dilakukan dengan mengasingkan diri dari khalayak ramai. Sebagaimana yang dinyatakan Maulana Jalaluddin Rumi, sesungguhnya manusia dengan khalwat semacam itu adalah bagaikan orang yang berjalan kaki, di mana satu kakinya berada di dalam cakrawala ketuhanan (al-lâhût), sementara kakinya yang lain berada pada poros kemanusiaan (an-nâsût). Di setiap saat, ia selalu melakukan “naik” dan “turun” secara bersamaan. Inilah khalwat yang dikenal oleh para nabi dan para wali.

Allah Subhanahu wa ta’âla telah berfirman kepada Daud ‘alaihi salâm, “Wahai Daud, kenapa Aku melihatmu menyendiri?” Daud menjawab, “Wahai Tuhanku, aku meninggalkan keramaian demi Engkau.” Allah menjawab, “Wahai Daud, jadilah kau orang yang selalu terjaga, dan pakaikanlah untuk jiwamu beberapa teman. Tapi teman mana pun yang tidak mau menemanimu untuk berjalan kepada-Ku, janganlah kau temani ia.”11 Maksudnya, “Jika memang tujuanmu adalah Kami dan tujuanmu adalah mencapai tempat Kami, maka jangan kau buka hatimu untuk yang selain Kami.”

Wahai Allah, jadikanlah hati kami lebih baik dibandingkan penampilan kami, dan perbaikilah penampilan kami. Limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan kepada segenap keluarga serta sahabat-sahabat beliau yang jujur dan baik.

Tags: ibadahjasmanipemanduruhSpiritualitastawadu
Previous Post

Ikhlas dan Cinta pada Ikatan Kimia

Next Post

Tanya Jawab Edisi 8

M. Fethullah Gulen

M. Fethullah Gulen

Related Posts

Ketenagan Jiwa
Bukit-Bukit Zamrud Kalbu

Sakinah dan Thuma’ninah atau Ithmi’nan

1 week ago
Ihsan
Bukit-Bukit Zamrud Kalbu

Ihsan

8 months ago
Load More

Discussion about this post

POPULAR POST

  • Taubah, Inabah, dan Aubah

    Taubah, Inabah, dan Aubah

    883 shares
    Share 353 Tweet 221
  • Hewan-hewan yang Menantang Suhu Dingin

    776 shares
    Share 311 Tweet 194
  • Shuffah, Pusat Bagi Para Jenius

    738 shares
    Share 295 Tweet 185
  • Syair Rindu Sang Musafir

    693 shares
    Share 278 Tweet 173
  • Buku atau Gadget

    640 shares
    Share 257 Tweet 160

Majalah Mata Air menyuguhkan bahan bacaan untuk mengembangkan cakrawala pemikiran.

Ikuti Kami

Categories

Bulan Terbit

Kebakaran Hutan

Kesehatan – Ilmu Pengetahuan – Teknologi (Edisi 39)

September 18, 2023
Siang dan Malam dalam Al-Qur’an

Siang dan Malam dalam Al-Qur’an

September 18, 2023
Ketenagan Jiwa

Sakinah dan Thuma’ninah atau Ithmi’nan

September 12, 2023
  • Tentang
  • Ketentuan
  • Kirim Tulisan

© 2021 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

No Result
View All Result
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Berlangganan Majalah
  • Blog
  • Buku Digital
  • Cart
  • Checkout
  • Checkout
    • Purchase Confirmation
    • Purchase History
    • Transaction Failed
  • Dashboard
  • Dewan Penasihat
  • Event
  • FAQ
  • FAQ Tetas Mata Air
  • Form Berlangganan
  • Form Kirim Artikel Semua Membacanya 2022
  • Gallery
  • Hubungi Mata Air
  • Instructor Registration
  • Jenis Pendaftaran
  • Karir
  • Kirim Artikel
  • Kirim Artikel Semua Membacanya 2022
  • Kirim Tulisan
  • Kuis Majalah Mata Air
  • langganan
  • Langganan Individu
  • Langganan Kelompok
  • LCCL Mata Air 2023
  • Liputan
  • Lomba Menulis Artikel
  • Majalah Digital
  • Majalah Mata Air Edisi 1
  • Majalah Mata Air Edisi 2
  • Majalah Tergantung
  • Mata Air dalam Genggaman
  • Mata Air On Air
  • My account
  • Paket Majalah
  • Pembahasan Try Out Cahaya Abadi
  • Pembahasan Try Out Sirah Nabawiyah
  • Pembahasan Ujian Cahaya Abadi
  • Pemenang SM21
  • Penulis
  • Penulis
  • Polling Cover Buku “Hening Sejenak”
  • Privacy Policy
  • Produk Kami
  • Produk Mata Air di Playbook
  • Profil
  • Proposal Landing Page
  • Quotes
  • Redaksi dan Manajemen
  • Relawan
  • Rubrik
  • Rubrik
  • Seminar 1
  • Seminar 2
  • Seminar 3
  • Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 1 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 2 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 3 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
  • Semua Membacanya
  • Semua Membacanya 2022
  • Semua Membacanya 2023
  • Semua Membacanya 2023
  • Shop
  • Soal dan Kunci Jawaban Fikih Sirah
  • Soal dan Kunci Jawaban Cahaya Abadi 2
  • Soal dan Kunci Jawaban Khulasoh Nurul Yaqin
  • Soal dan Kunci Jawaban Mentari Kasih Sayang
  • Soal dan Kunci Jawaban Sirah Nabawi
  • Student Registration
  • Tentang
  • Terima Kasih
  • Try Out
  • Ujian Final
  • Workshop

© 2021 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist