Salah satu doa yang kita baca tiap pagi sebagai bagian dari
sunah Nabi adalah:
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ
“Allahumma habbib ilainal iman, wa zayyinhu fi qulubina, wa karrih ilainal kufro wal fusuqo wal ‘ishyan, waj’alna minarrosyidin.”
“Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan jadikanlah ia indah di hati kami. Jadikanlah kami benci kepada kekufuran, kefasikan, serta kemaksiatan dan jadikanlah kami bagian dari orang-orang yang meniti jalan yang lurus.”
Apakah makna terdalam dari doa ini dan apa perspektif yang harus kita miliki berkenaan dengannya?
Tiap detik kehidupan Rasulullah layaknya rajutan munajat. Beliau senantiasa berdoa saat bangun, menjelang tidur, saat berwudu, menyimak azan, di dalam maupun akhir tiap ibadah, saat makan-minum, bepergian, kembali dari perjalanan, kala tertimpa musibah bumi dan langit, terserang sakit, dan di tiap muncul berbagai wasilah bagi kesedihan dan kebahagiaannya. Al-Qur’an memberi perhatian besar pada zikir di waktu pagi dan petang, maka Beliau mendedikasikan waktu pagi dan petangnya sebagai waktu untuk berdoa yang penuh berkah, salah satunya dengan doa tersebut di atas.
Kesaksamaan dari Sang Rahman, Kegegabahan dari Setan
Doa ini terinspirasi dari surat Al-Hujurat:7. Menurut ahli tafsir, ayat ini turun berkenaan peristiwa pemberitaan kabilah Bani Mustaliq. Tersiar kabar bahwa Bani Mustaliq tidak bersedia membayar zakat dan bersiap-siap….
Discussion about this post