Di dalam Al-Qur’an kata “malam” disebutkan 92 kali, sementara kata “siang” sebanyak 57 kali. Siang disebut pula sebagai “subuh”, “isbah”, “falak”, “bukroh”, “hari” serta berbagai derivasinya yang terkadang bermakna siang di beberapa ayat Al-Qur’an. Melalui ayat-ayat ini, Allah subhânahu wa ta’âla menyampaikan kepada kita tentang perubahan siang-malam dan menjadikannya sebagai sebuah tanda keagungan dikarenakan dengannyalah kehidupan di Bumi terus berlangsung, membantu manusia menentukan waktu, dan menentukan sejarah peristiwa yang terus berulang. Tanpa perubahan terangnya siang menjadi malam yang kelam, maka kehidupan di Bumi akan mati.
Malam dan siang merupakan dua tanda agung kekuasaan Allah dalam penciptaan, yang menjadi saksi kecermatan pembangunan semesta ini. Ini merupakan kekuasaan-Nya dalam menjaga keteraturan pergerakan Bumi di sekitar sumbu miringnya dalam batas tertentu dengan ketelitian luar biasa dalam orbitnya mengelilingi Matahari dan segala hal yang mengiringinya seperti perubahan musim, pergantian bulan, minggu, dan hari, serta pertukaran siang dan malam di setengah belahan Bumi lainnya.
Pergantian Berkesinambungan antara Siang dan Malam
Kesinambungan siang yang terang dan malam yang kelam di setengah belahan Bumi merupakan suatu hal lazim agar Bumi terus ada dengan bentuknya yang berbeda-beda serta ada penyebaran energi Matahari yang membantu penyebaran suhu panas, kelembaban, dan kadar cahaya di berbagai penjuru Bumi. Selain itu juga agar berbagai aktivitas hidup dan tidak hidup terkendali misalnya pernapasan dan metabolisme manusia dan hewan, aktivitas transpirasi1, serta fotosintesis pada tumbuhan. Dengannya pula diatur komposisi kimia pada selubung gas dan air yang meliputi Bumi, siklus terestrial seperti siklus air antara Bumi dan lapisan bawah selubung gasnya, pergerakan angin dan awan di atmosfer, serta pembagian curah hujan darinya. Siklus pengikisan bebatuan dilakukan….
Discussion about this post