Setiap kawasan dan iklim mempunyai keanekaragaman hayati yang tak dimiliki oleh kawasan lain, dan kita baru akan dapat memahami dan mengetahuinya saat berbagai penemuan dilakukan. Sang Maha Pemberi Rahmat tak bertepi menciptakan makhluk hidup sesuai dengan habitatnya. Contoh terindah yang mewakili hakikat ini adalah tanaman bernama ”Lithops” yang sering juga disebut bunga batu, batu hidup ataupun batu berbunga dan hidup di padang pasir. Bunga ini hidup dan tumbuh di tempat seperti gurun Afrika Selatan yang sangat mustahil bagi makhluk hidup biasa hidup di daerah tersebut, di tempat yang tak ada air, penuh dengan tanah kering, pasir, dan kerikil.
Kerikil-kerikil yang berada di antara pasir tersebut memiliki pola dan bentuk yang hampir satu sama lainnya, sehingga menarik perhatian para ilmuwan yang tengah melakukan penelitian di padang pasir Afrika Selatan. Namun anehnya ternyata mereka bukanlah batu, melainkan tumbuhan yang mirip dengan bebatuan di sekitarnya dan menyembunyikan dirinya di antara bebatuan tersebut. Umumnya bunga batu hidup di tempat-tempat yang amat panas dan kering, yang tak terdapat tumbuhan lain selainnya, mereka seakan menjadi refleksi dari asma’ Allah, Hayyu dan Qayyum.
Tumbuhan bunga batu yang hidup di bagian tengah, selatan, dan utara Afrika ini merupakan keluarga dari Mesambryanthemaceae yang mempunyai keistimewaan dalam menyimpan air, dan merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Tumbuhan yang jenis dan macamnya telah diidentifikasi menjadi 37 jenis dan 93 macam ini, hingga saat ini dapat dibedakan dari ciri-cirinya seperti tinggi, bentuk, pola, warna pada bagian yang terlihat seperti daun, struktur benih, bentuk buah, maupun warna bunganya. Bahkan jumlah tumbuhan yang ada dalam koloninya pun dapat memberikan informasi tentang jenisnya. Faktor terpenting dalam penyebaran tumbuhan ini adalah air dan tanah. Tumbuhan yang berada pada ketinggian 2.500 m dari permukaan laut ini kebanyakan hidup di iklim kering, tanah berkapur, berpasir, berbesi. Meski secara umum dapat hidup di tempat yang sejuk, ketahanan tumbuhan ini terhadap panas berubah-ubah sesuai jenisnya, L. leslei misalnya dapat bertahan hingga 56 ºC, Sedangkan L. turbiniformis yang berada pada daerah yang sama tidak dapat bertahan pada suhu lebih dari 45 ºC. Masing-masing dari dua jenis tersebut dapat bertahan dalam suhu -10 ºC hingga waktu tertentu. Dua jenis yang diciptakan dengan bentuk dua kerucut yang saling menempel satu sama lainnya, dengan daun terbalik itu terkadang dapat berwarna abu-abu, abu-abu kehijauan, kemerah-merahan, ataupun merah jambu.
Ahli Kamuflase
Bunga batu yang diameternya sekitar 2-3 cm ini mempunyai bentuk dan warna menyerupai kerikil yang ada di sekitarnya. Tubuhnya terlalu kecil untuk dapat dilihat. Dari luar hanya terlihat bagian atas daunnya yang mengerucut terbalik dan berbentuk menyerupai kerikil. Sedangkan bagian bawah tumbuhan ini berada di bawah tanah. Oleh karena ia berada pada jajaran batu-batu maka sangat sulit untuk dibedakan dari kerikil-kerikil di sekitarnya. Teknik kamuflase yang dianugerahkan pada bunga batu ini melindunginya agar tidak disantap hewan predator.
Terdapat zat kimia yang disebut ‘tanin’ pada bagian atas daun (epithelium) tumbuhan ini. Zat ini berfungsi sebagai penahan kelebihan sinar ultraviolet pada jaringan yang terdapat di bawah dan merupakan faktor yang menjadikan daun tumbuhan ini terlihat berwarna dan berpola seperti beraneka batu marmer. Karena bentuk-bentuk inilah bunga batu dapat berkamuflase dengan sangat indah dan melindungi dirinya dari segala macam marabahaya, tentu saja karena batu bukanlah makanan yang menarik bagi hewan-hewan.
Simpanan Air
Dedaunan tumbuhan ini diciptakan dengan keistimewaan dapat menyimpan air. Pada musim hujan yang singkat makanan dikirim dari daun-daun yang sudah tua untuk selanjutnya diciptakan sepasang daun muda. Terkadang bisa lebih dari sepasang daun dan dahan-dahan kecil yang bisa muncul. Telah diidentifikasi adanya tumbuhan yang dahannya hingga 16 buah. Umur bunga batu dapat dihitung dari jumlah daunnya yang kering. Ada yang berumur hingga 95 tahun. Jika datang musim kemarau, daun-daunnya akan secara otomatis berada dalam mode tidur (sebagai bagian dari kebutuhan program penciptaan); dan sebagai akibatnya tumbuhan ini tak kan berbunga dan berdaun selama proses tersebut.
Akar Kontraktil
Saat tumbuhan ini beranjak dewasa akarnya akan mengerut, dan sebagian daun akan tertarik ke arah bawah. Berkat akar yang mengerut itu 90 % dari tubuh tumbuhan ini terkubur oleh tanah dan dengan begitu organ-organ yang kehilangan air akibat evaporasi (penguapan) akan merambat ke bagian bawah tanah yang lebih dalam dan mengurangi penguapan serta melindungi tumbuhan ini dari kekeringan. Oleh karena tanah amat kering, maka air yang terdapat pada tumbuhan ini mengalami difusi1, keadaan ini sangat berbahaya bagi bunga batu. Namun karena tekanan osmosa2 yang berada pada sel-sel akar tumbuhan ini yang diatur sebegitu tingginya maka seperti halnya air yang tak diberi kesempatan untuk keluar dari tumbuhan ini, begitu pula partikel air terkecil sekalipun yang menetes ke sekitarnya akan dihisap ke dalam.
Lebah
Setiap tahun pada musim hujan, bunga-bunga cerah berwarna putih-kuning seperti bunga daisy, berdiameter sekitar 2,5 cm akan mekar dari bagian tengah sepasang daunnya. Bunga ini dapat bertahan hingga empat-lima hari dan mengeluarkan bau harum semerbak, mekar pada siang hari dan mengatup pada malam harinya. Penciptaan bunga dengan warna kuning-putih yang juga cerah, terutama tidak adanya warna merah di dalam jenis-jenisnya merupakan isyarat bahwa bunga batu dan lebah yang ada di padang pasir merupakan ciptaan Sang Pencipta yang sama. Selain berfungsi untuk merefleksikan sinar ultraviolet dengan baik, warna kuning dan putih juga merupakan sarana bagi lebah untuk dapat menemukan bunga batu dengan mudah.
Setelah terjadinya penyerbukan, biji-biji akan bersembunyi di dalam buah berbentuk kapsul dengan 4-8 bagian. Pada saat cuaca panas kapsul itu akan tertutup, dan saat basah karena terkena air hujan ia akan terbuka. Pada saat itulah, dengan kekuatan tegangan khusus yang diberikan padanya, biji-biji ini akan berhamburan hingga sejauh satu meter dan akan menyebar ke sekitarnya. Dalam kurun waktu 3 minggu, biji-biji bunga batu berkecambah sangat cepat jika berada pada tanah yang lembab dan berpasir dengan suhu panas lingkungan dan cuaca yang hujan. Biji-biji yang tertinggal di dalam kapsul pada musim hujan tersebut akan tetap tersimpan di dalam kapsul hingga musim hujan berikutnya.
Sistem fotosintesis yang bertugas mencegah kekurangan air
Dengan adanya lubang kecil (stomata) yang terdapat di bagian atas daun, pada siang hari tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dari atmosfer. Dengan air yang diambil oleh akar dari tanah, CO2 dari udara, juga adanya cahaya matahari sehingga dijadikan reaksi fotosintesis dalam kloroplas dan terbentuk zat makanan (glukosa). Energi sinar matahari dirubah menjadi energi kimiawi dengan perantara molekul luar biasa yang disebut klorofil melalui proses fotosintesis, selanjutnya akan disimpan sebagai ikatan karbon organik makanan. Dalam keadaan normal dengan terbukanya stomata, air yang berada pada daun akan berevaporasi dan naik ke udara. Dengan bantuan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh air yang hilang tadi maka tumbuhan ini akan kembali menghisap air dari akar-akarnya. Namun karena habitat bunga batu yang panas dan kering maka fotosintesis seperti yang dilakukan oleh tumbuhan lain dapat menjadi sebab bagi kematiannya. Jika bunga batu seperti tumbuhan lainnya, maka ia terpaksa harus mengeluarkan air setiap kali ia mengambil CO2. Namun pada bunga ini diberlakukan fotosintesis khusus yang disebut Crassulacae Asit Metabolisme (CAM) seperti halnya pada tumbuhan-tumbuhan seperti kaktus atau tumbuhan-tumbuhan lain yang berada pada tempat bersuhu panas sangat tinggi dan kering serta terdapat sedikit sekali air. Apalagi pada tumbuhan ini klorofil daunnya ditempatkan pada bagian yang lebih dalam lagi. Jaringan-jaringan pada bagian atas yang berfungsi menyimpan air diciptakan transparan agar dapat menyalurkan cahaya matahari ke jaringan yang mengandung klorofil di kedalaman. Oleh karena itu cahaya matahari akan disampaikan ke jaringan yang mengandung klorofil setelah melewati banyak sel yang menyimpan air. Jaringan-jaringan yang menyimpan air itu diciptakan dalam takaran yang hanya dapat mengalirkan cahaya yang dibutuhkan saja. Dengan demikian, diberlakukanlah fotosintesis CAM 4 yang khusus diatur agar tidak terjadi kekurangan air pada tumbuhan tersebut.
Berbeda dengan tumbuhan lain, tumbuhan dengan sistem CAM mengambil karbondioksida dari atmosfer saat larut malam. Karena lubang-lubang (stomata) yang ada pada daunnya mempunyai keistimewaan untuk dapat terbuka pada waktu malam. Sehingga perubahan-perubahan kerapatan zat yang merupakan hasil dari reaksi-reaksi metabolik yang terwujud antara sel-sel stoma dan sel-sel yang ada di sekitarnya mengakibatkan terbukanya stomata. Perubahan-perubahan pada keseimbangan asam-basa lingkungan merupakan faktor pemicunya. Enzim Fosfoenol Pruvate Karboksilaz (PEPC) yang terdapat pada sel-selnya bertugas menyimpan karbondioksida yang diambil pada waktu malam dalam bentuk asam malat. Lubang yang berada pada daun akan tertutup seiring dengan munculnya cahaya pada siang hari. Dengan cara ini bunga ini takkan kekurangan air akibat panas dan reaksi fotosintesis normal dapat dimulai. Karbondioksida yang diambil pada waktu malam yang merupakan sumber karbondioksida pun digunakan. Dengan mekanisme ini tidak seperti tumbuhan lainnya, lubang-lubang yang terdapat pada daun tidak terbuka dan terus tertutup pada siang hari. Dengan tertutupnya stomata pada siang hari kekurangan air dapat diminimalisir. Patut direnungkan, mungkinkah tumbuhan yang tak mempunyai akal dan perasaan ini dapat mengetahui perbedaan siang dan malam, serta dapat mengatur reaksi stomata dan fotosintesisnya dalam bentuk yang paling ideal hanya dengan kemampuannya sendiri?
Karena sistem-sistem yang ada pada tumbuhan ini diciptakan sesuai dengan padang pasir maka ia disebut sebagai ‘Mawar Gurun’. Di saat permukaan daunnya yang menyerupai bentuk kerikil menjadikannya terhindar dari mangsa hewan padang pasir, begitu pula alasan mengapa tubuhnya sedikit tertarik dari permukaan tanah dan dilengkapinya tumbuhan ini dengan mekanisme yang dapat mengambil air dari tanah tanpa menghambur-hamburkan tetesan air yang terkecil sekalipun adalah agar mereka dapat menjalani kehidupannya dengan air yang sesedikit mungkin. Apalagi di saat daun menyimpan air pada sel-sel jaringan atas, ia juga menyediakan kadar kebutuhan cahaya matahari bagi jaringan bawahnya. Dengan sarana stomata yang terbuka pada malam hari saat karbondioksida diambil dari udara, stomata yang terdapat pada permukaan daun yang tertutup pada siang hari akan melakukan fotosintesis dengan menggunakan cahayanya tanpa kehilangan banyak air. Cara unik bunga batu saat menyimpan air yang dilakukannya di padang pasir yang panas menyengat; terbukanya bunga tepat pada waktunya, dan juga bentuknya yang pas dengan aktivitas dan fisiologi lebah sehingga dengannya dapat terjadi pembuahan, serta penyimpanan dan pengawasan biji yang keluar dari bunga hingga saat turun hujan, semua hal ini menunjukkan pada kita bahwa Dzat yang menguasai seluruh alam semesta-lah yang menjaga dan melindungi tumbuhan mungil ini.
Discussion about this post