Sebagai sebuah praktik spiritual, puasa telah banyak dilakukan oleh berbagai penganut agama sedari zaman dahulu kala. Dalam sejarahnya, orang-orang Mesir Kuno, Yunani, Babilonia, dan Mongol meyakini bahwa puasa merupakan sebuah ritual sehat yang dapat membantu proses detoksifikasi1 di dalam tubuh manusia dan membantu proses menjernihkan pikiran kita. Saat ini, di zaman modern, tiga agama dengan penganut terbesar di dunia juga menyarankan untuk melakukan puasa pada waktu-waktu tertentu: penganut Yahudi berpuasa ketika Yom Kippur2, Umat Kristiani berpuasa pada saat Lent atau masa Pra-paskah3, dan umat Muslim diwajibkan berpuasa selama bulan Ramadan, selain puasa-puasa sunah di waktu-waktu tertentu lainnya. Umat beragama berkeyakinan bahwa puasa merupakan cara untuk berkomunikasi dengan Dzat Yang Maha Kuasa melalui penyucian badan dan pikiran. Agama-agama besar lain seperti Buddha dan Hindu juga sangat merekomendasikan praktik ibadah ini, tentu saja dengan cara dan ketentuan masing-masing. Selain umat beragama, beberapa budaya juga menganjurkan puasa sebagai adat yang mereka jaga, misalnya penduduk asli Amerika di Meksiko dan suku Inka di Peru yang juga mengamati puasa sebagai sebuah cara penebusan dosa kepada tuhan mereka.
Kepercayaan lintas budaya dan telah berusia lama ini menunjukkan bahwa puasa merupakan bagian yang sangat penting dari perilaku manusia. Agama mengajarkan kepada kita bahwa puasa adalah bentuk permurnian pikiran dengan niat spiritual dan merupakan aksi yang bermakna spiritualitas. Dan menariknya, kini sains mulai mengonfirmasi perihal hal ini. Penelitian ilmiah yang terus bertambah kian mengidentifikasi manfaat puasa bagi kesehatan, khususnya otak.
Pada beberapa tahun terakhir, para ilmuwan menemukan bahwa puasa dapat meningkatkan ketahanan sel saraf dengan cara mengubah metabolismenya pada tingkat sel. Ketahanan ini dapat dimaknai dengan memiliki otak yang lebih sehat. Orang yang melakukan puasa secara rutin dapat lebih tahan terhadap gangguan neurologis. Dan dengan menganggap bahwa kesehatan otak secara fisik adalah juga pertanda bagi kesehatan pikiran, maka puasa dianggap dapat berdampak pada pikiran secara positif. Beberapa orang menyampaikan bahwa mereka memiliki lebih sedikit brain-fog (kabut otak)4, kemampuan mengendalikan ….
Discussion about this post