Sistem organ tubuh manusia bekerja sama dalam harmoni yang sempurna. Jika kondisi optimalnya terus dijaga, mereka akan mampu terus bekerja selama bertahun-tahun. Tubuh kita adalah lingkungan yang sempurna bagi kehidupan, dan bukan hanya bagi sel-sel kita. Ada ribuan macam mikroorganisme yang hidup bersama secara mutual dengan sel-sel tubuh kita. Tetapi sayangnya, tidak semua mikroorganisme itu memiliki niat baik. Sebenarnya bakteri dan virus berbahaya dapat merusak tubuh kita tanpa harus banyak usaha, jika bukan karena satu hal, yaitu sistem imun yang ada di tubuh kita.
Sistem imun menjaga keamanan tubuh kita. Mereka dilengkapi dengan berbagai hal yang akan dibutuhkannya untuk menangani tingkatan ancaman yang berbeda-beda. Sistem ini tidak hanya membentengi tubuh, tetapi juga memiliki fungsi untuk memburu penyelinap yang datang dari manapun. kita bisa membayangkan sistem imun ini seperti sebuah permainan strategi, dimana manuver defensif dan ofensif sama pentingnya. Permainan ini bukanlah permainan sederhana dengan satu level. Namun ia meliputi proses pengumpulan data, pengembangan senjata dan pelatihan tentara. Singkatnya, sistem ini selalu memiliki perubahan yang konstan.
Secara umum mekanisme kekebalan tubuh yang disebut sistem kekebalan bawaan, dapat dianggap sebagai garis terdepan bagi pertahanan tubuh yang bertujuan untuk mencegah bakteri atau patogen (faktor penyebab penyakit) lain masuk ke dalam tubuh. Sistem ini termasuk juga kulit, begitu pula mucus, air mata, air liur dan asam-asam pada tubuh kita. Titik yang rentan dimasuki seperti sistem pernapasan, dilindungi dengan mucus tebal dan lengket, yang akan menangkap patogen yang masuk lalu membuangnya dengan cara bersin atau batuk. Titik rentan lainnya seperti mata, selalu dicuci bersih dengan air mata. Air mata diproduksi pada mata bagian atas dan mengalir ke bawah, dekat hidung, untuk menjaga kesterilannya.
Sistem kekebalan bawaan ini juga menggunakan mekanisme yang disebut peradangan (inflamasi) untuk menangani patogen yang berusaha menerobos pertahanan terluar. Tujuan utama peradangan adalah mencegah patogen yang masuk melalui kulit agar tidak menembus darah. Peradangan dibentuk oleh sel-sel imun yang berada di antara jaringan yang terluka. Sel-sel imun ini dapat disebut sebagai “sel patroli” dan tidak hanya dalam darah, sel ini terdapat di berbagai bagian tubuh. Pada saat sel-sel ini menemukan antigen (sidik jari molekuler sel atau virus) asing, mereka akan membunyikan tanda bahaya, yang memicu peradangan. Tindakan pencegahan awal inflamasi adalah pembekuan darah, migrasi makrofag, dan penambahan aliran darah ke daerah yang terluka. Pembekuan darah biasanya terjadi dengan cepat, karena sebenarnya pembeku darah non-aktif telah tersedia dan hanya perlu diaktifkan. Proses ini akan menutup pertahanan yang dirusak dan mencegah lebih banyak patogen masuk. Makrofag adalah sel imun sangat besar yang bermigrasi ke lokasi kejadian dan menangkap semua bakteri yang mereka jumpai. Penambahan aliran darah ke daerah yang terluka dapat menyembuhkan dan mempercepat masuknya bantuan seperti protein dan sel darah putih lainnya. Inilah alasan mengapa kita sering melihat adanya pembengkakan.
Jika semua usaha gagal dan patogen tetap berhasil memasuki aliran darah, maka tubuh tidak memiliki pilihan lain selain mengeluarkan senjata terbesar: sistem imun adaptif. Sistem imun adaptif ini sangat unik karena ia mampu mengetahui musuh dan beradaptasi dengan sesuai, persis seperti namanya. Setiap patogen memiliki titik kuat dan lemahnya. Beberapa resisten terhadap protein antibakteri, sementara yang lain resisten untuk difagositosis (dimakan hidup-hidup!) oleh makrofag. Pada pertempuran pertama, sistem imun adaptif mencoba cara yang berbeda-beda untuk menghancurkan patogen, dan “merekam” cara yang paling efektif. Kemudian ia menyimpan antigen dari patogen spesifik tersebut. Jadi, pada pertempuran kedua, sistem imun adaptif telah “mengetahui” apa yang harus dilakukan dan dapat menghancurkan patogen dengan cepat.
Sekarang, mari kita bahas lebih dalam. Ada banyak macam sel dalam sistem imun adaptif. Setiap sel memiliki peran khususnya masing-masing. Sel sitotoksik T adalah sel yang bertugas untuk menghancurkan bakteri. Satu fitur yang membedakan sel-sel ini dari makrofag adalah cara pengaktifannya. Tidak seperti makrofag, sel sitotoktsik T hanya dapat membunuh setelah diaktifkan oleh sel yang berbeda, sel T pembantu. Tugas utama Sel T pembantu adalah untuk mengaktifkan atau mempercepat respon imun, seperti fungsi saklar lampu. Mereka bekerja dengan sangat efektif sehingga tanpa adanya sel T pembantu ini, sistem imun adaptif tidak dapat bekerja sedikitpun. Sel sitotoksik juga memerlukan bantuan untuk mengenali patogen. Peran ini diisi oleh antigen-presenting cells (APCs) – sel pembawa-antigen. Ketika APCs menemukan antigen asing yang tertinggal di darah oleh bakteri, mereka melekatkan antigen tersebut pada membrannya. Kemudian mereka mulai menyerahkannya pada sel-sel sitotoksik T, seperti polisi yang mencari penjahat menggunakan poster gambarnya. Setelah mendapatkan penjahat tersebut, sel-sel sitotoksik akan membunuh semua bakteri sejenis yang mereka temui.
Perbedaan lain antara sel sitotoksik T dengan makrofag adalah bagaimana cara mereka membunuh. Daripada mem-fagositosis (memakan hidup-hidup) bakteri, mereka mendorong sebuah protein berbentuk seperti tabung kedalam membrannya, membuat isinya keluar dan dengan tangkas mengempiskannya lalu membunuh bakteri tersebut.
Setelah tubuh sembuh dari penyakit, sebagian besar penjahat telah hancur. Tetapi sebagian disimpan dan di tempatkan di sel memori B. Sel memori B bekerja seperti penyimpan data pada sistem imun, mereka memiliki masa hidup panjang dan diletakkan di tempat yang dalam dan terjaga di sumsum tulang. Data setiap bacterium disimpan dalam sel-sel ini, dengan ‘poster’ mereka di sisi depan agar dapat dengan mudah diidentifikasi. Karena hal inilah, jika suatu saat tubuh bertempur lagi dengan bakteri yang sama, sistem imun tidak akan membuang waktu untuk mengenalinya. Proses eliminasi dapat segera dimulai, bahkan sebelum adanya tanda-tanda penyakit. Faktanya, mekanisme inilah yang memungkinkan adanya vaksinasi. Patogen mati atau yang sudah tidak berbahaya disuntikan kedalam tubuh sehingga data mereka dapat dibuat dalam arsip kita tanpa perlu terjangkit penyakitnya.
Tetapi sayangnya, bakteri juga memiliki beberapa trik rahasia yang dapat membuat kita tertegun dibuatnya. Karena merupakan sel tunggal, bakteri dapat merubah materi genetikanya tanpa tanpa konsekuensi yang besar. Perubahan genetik ini akan menyebabkan perubahan struktur pula. Meskipun setiap bakteri individu dan tunggal, mereka mendapat kekuatan dari jumlahnya yang banyak. Sebagai contoh, bayangkan populasi dari 100 bakteri, semua dengan genetika berbeda. Selama infeksi, sistem imun kita menggunakan taktik khusus untuk membunuh bakteri, fagositosis misalnya. Tetapi salah satu dari bakteri-bakteri ini ternyata memiliki fitur genetik kuat yang bisa melindunginya, semisal: sel dinding yang kuat. Jadi, saat 99 bakteri lainnya telah diberantas, satu bakteri ini masih bisa bertahan hidup. Bakteri ini kemudian melipatgandakan dirinya menjadi 100 bakteri baru kuat, yang memiliki sel dinding resisten terhadap fagositosis. Hal ini akan memaksa sistem imun kita untuk mencari strategi baru untuk mengalahkan bakteri dengan sistem pertahanan yang baru tersebut. Pertahanan bakteri hanya menjadi lebih kuat jika diprovokasi. Inilah alasan mengapa tidak dianjurkan menggunakan antibakteri secara berlebihan. Karena ketika alih-alih memberikan bantuan bagi tubuh, namun justru menyebabkan populasi bakteri tumbuh lebih kuat. Meskipun bakteri diberi kemampuan untuk merubah genetiknya, ada patogen lain yang tidak diragukan lagi kemahirannya dalam hal ini, ialah: Virus.
Begitu kecilnya virus hingga mereka diperdebatkan apakah tergolong makhluk hidup atau hanya struktur molekuler. Virus mengandung materi genetika yang sangat kecil, sehingga cenderung sering bermutasi. Mereka bermutasi dengan sangat cepat sehingga sangat sulit bagi tubuh kita untuk membuat data tentang mereka. Terlebih lagi virus tidak perlu diprovokasi untuk bermutasi, karena mutasi adalah bagian dari putaran kehidupannya. Inilah mengapa immunodefisiensi (kelemahan sistem imun) adalah satu dari banyaknya penyakit yang ganas. Kebanyakan penyakit immunodefisiensi adalah bawaan lahir dan/atau menular. Penyakit immunodefisiensi yang paling ganas adalah AIDS. AIDS adalah singkatan dari “acquired immune deficiencies syndrome” sindrom melemahnya kegunaan imun, dan disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Hal yang membuat virus ini menjadi sangat ganas adalah fakta bahwa mereka menargetkan sel yang membuat sistem imun bekerja, yaitu sel pembantu T. Tanpa adanya sel-sel ini, seluruh sistem imun adaptif akan mati. Jika hal ini terjadi, bahkan penyakit yang sangat sederhana pun akan beresiko tinggi.
Jika virus HIV adalah ancaman dari luar, maka immunodefisiensi lainnya, multiple sclerosis (MS), adalah ancaman dari dalam. MS adalah penyakit dimana sistem imun tubuh kita melihat sel-selnya (khususnya sel saraf) sebagai musuh, sehingga penghancuran sel-sel sehat tubuh bukan karena faktor lain namun justru oleh sistem imun dirinya sendiri. Hancurnya sel-sel saraf dapat menyebabkan berbagai gejala neurologis seperti lemahnya daya tahan, masalah penglihatan, dan bahkan masalah psikiatris. Meskipun alasan pasti yang menyebabkan defisiensi ini masih belum diketahui, gen bawaan dianggap sebagai faktor utama. Hasilnya, hingga detik ini belum ditemukan pengobatan untuk kondisi MS.
Ringkasnya, sistem imun kita secara terus menerus memainkan permainan strategi mikroskopik yang sangat canggih, yang membuat kita lebih menjadi pengamat daripada pemain. Meskipun sebagai pengamat, kita tidak bisa sepenuhnya mengerti pertarungan apa yang terjadi di tengah panggung, biarlah pertempuran itu terjadi pada sisi gelap permainan. Sistem imun kita akan terus mengembangkan strategi baru untuk membuat kita aman dari ribuan serangan yang datang ke tubuh kita setiap harinya. Bahkan kita tidak mengetahui seluruh strategi dan pertahanannya hingga mereka kalah dan kita jatuh sakit. Tidak ada kekalahan atau kemenangan yang semu dalam permainan yang membutuhkan banyak pengetahuan, kecerdasan, dan kemampuan beradaptasi, kewaspadaan, dan kekreatifan yang tidak terputus ini. Saat mengamati kinerja kolektif yang luar biasa ini, kita pasti penasaran, apakah setiap pemain dari permainan ini (sistem imun kita, bakteri, virus, dan sebagainya) adalah seorang ahli strategi yang memiliki semua atribut-atribut luar biasa ini, atau mereka diarahkan untuk melakukan semua gerakan mereka oleh Sang Ahli Strategi yang sama, agar kita takjub dan merenungkannya?
Discussion about this post