Setiap kali saya memikirkan perjalanan datangnya Islam ke Nusantara, setiap saat itu pula hati selalu menjadi kagum dan penuh syukur. Dari semua catatan-catatan sejarah yang saya baca tergambar jelas bagaimana Allah SWT begitu mencintai penduduk negeri ini. Semangat gigih dari para pendahulu kita para pendakwah yang rela meninggalkan tanah air masing-masing, berhijrah ke nusantara lalu menyampaikan dakwah dengan damai dan toleransi hingga pada akhirnya Indonesia menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia saat ini.
Betul, berdakwah dengan berbagai cara agar melekat di hati masyarakat hingga semua unsur dan nilai agama Islam yang agung dapat dimasukkan bahkan menggantikan yang lama. Penyesuaian ini diterima dan lama kelamaan menjadi permanen. Misalnya Sultan Demak yang pertama setelah mempertimbangkan masak-masak dengan beberapa orang dari para Wali tentang keberadaan seni wayang, kemudian mengeluarkan sembilan ketetapan Sultan Demak. Isi dari ketetapan tersebut diantaranya adalah bahwa seni wayang yang telah ada sebagai kebudayaan akan tetap diteruskan namun bentuk dan cerita wayang harus dideformasi agar lebih sesuai dengan nilai Islam dan mengandung pesan-pesan keimanan, ibadah, akhlak, kesusilaan dan sopan santun.1
Para Wali-pun melakukan penyebaran agama Islam di Indonesia dengan cara-cara ma’ruf namun tetap menarik hingga banyak penduduk yang tertarik untuk mendengarkan dakwah mereka. Sunan Giri tidak hanya mengembangkan sistem pesantren yang diikuti oleh santri dari berbagai tempat di Nusantara bahkan beliau mengembangkan sistem pendidikan terbuka bagi masyarakat melalui berbagai jenis permainan anak seperti jelungan, jamuran, gendi gerit, dan tembang-tembang permainan anak seperti Padang Bulan, Jor, Gula Ganti dan Cublak-Cublak Suweng.2 Menurut beberapa cerita yang beredar di masyarakat dikatakan bahwa Sunan Kudus memulai dakwahnya dengan cara yang unik. Beliau suka menambatkan sapinya yang bernama Kebo Gumarang di halaman masjid agar masyarakat yang saat itu masih beragama Hindu dan amat mengagungkan sapi bersimpati, mendengarkan dakwah beliau. Terlebih lagi setelah masyarakat mendengarkan penjelasan beliau tentang Surah Al Baqarah yang berarti ‘Sapi Betina’
Bukan hanya cerita atau permainan disesuaikan, tembang-tembang pun melantunkan keindahan-keindahan dan nikmat-nikmat Allah SWT. Sang Peracik Obat Hati, Sunan Bonang yang nama kecilnya Mahdum Ibrahim dikenal sebagai penyebar Islam yang menguasai ilmu fiqih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur hingga ilmu silat dan bela diri. Dalam salah satu versi dikatakan bahwa lagu Tombo Ati yang terkenal itu juga merupakan cara Sunan Bonang untuk berdakwah. Walaupun ada pula versi lain yang mengatakan bahwa tembang tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Sayid Ibrahim Khauwash dalam kitab At-Tibyan kemudian dilanjutkan oleh ulama kelahiran Banten yang terkenal di jazirah Arab yaitu Imam Nawawi Al-Bantani dalam bukunya ‘Nasihat Penghuni Dunia.’ Manapun versi yang benar namun tembang ini memiliki pesan yang luar biasa dalam dan menginspirasi. Berikut petikan tembang tersebut:
Obat Hati ada lima perkaranya
Yang pertama baca Qur’an dan maknanya
Yang kedua shalat malam dirikanlah
Yang ketiga berkumpullah dengan orang sholeh
Yang keempat perbanyaklah berpuasa
Yang kelima dzikir malam perpanjanglah
Salah satunya siapa bisa menjalani
Moga-moga Allah Ta’ala mencukupi
Jika dilihat dari isi nasihatnya ternyata ada cara yang teramat jelas bagaimana cara membuat racikan obat bagi penyakit hati kita. Nasihat yang pertama adalah membaca Al Qur’an serta maknanya. Di dalam Surat Yunus ayat ke 57, Allah berfirman: “Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang beriman”. Pada ayat ini secara tegas dikatakan bahwa Al Qur’an merupakan syifa atau penyembuhan bagi kita. Hal ini dipertegas lagi dalam sebuah hadis yang mengatakan bahwa: ‘Hendaklah kamu menggunakan kedua obat madu dan Al Qur’an.3 Begitu dahsyatnya penyembuhan menggunakan ayat-ayat Al Qur’an hingga begitu banyak peneliti yang telah mengungkap sisi ilmiah dari hadis dan ayat tersebut. Sehingga tidak heran jika Rasulullah SAW, setiap selesai membaca Al Qur’an, mengakhirinya dengan doa: “Aku bermohon kepada-Mu ya Allah, Jadikanlah Al Qur’an yang agung ini sebagai penyembuh dadaku, pembebas sedihku dan kesembuhan untuk dadaku.
Nasihat yang kedua adalah mendirikan shalat malam atau tahajud. Al Bazzar dan Ath Thabrani meriwayatkan dari Jabir, bahwasanya ketika Rasulullah menghadapi pembesar Quraisy yang sangat leluasa mengolok-olok Beliau bahkan mengajukan ancaman akan membunuh Beliau, maka Rasulullah SAW sangat bersedih lalu termenung sambil berselimut, sehingga datanglah Jibril a.s menyampaikan surat Al Muzzamil 4 . Pada Surat ini termaktub perintah untuk menjalankan Shalat tahajud dan membaca Al Qur’an dengan perlahan-lahan (tartil) serta perintah-perintah lain untuk mengatasi kegundahan hati Beliau SAW. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Moh. Soleh untuk menemukan apakah tahajud dapat menurunkan sekresi hormon kortisol dan meningkatkan perubahan respons ketahanan tubuh imunologik ditemukan bahwa dari 43 santri yang menjadi data sampling diambil 19 orang anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi lalu didapatkan kesimpulan bahwa shalat tahajud yang dilakukan secara tepat, khusyuk, ikhlas dan kontinu dapat menurunkan sekresi hormon kortisol serta meningkatkan perubahan respons ketahanan tubuh imunologik.5
Nasihat selanjutnya adalah kebiasaan berkumpul dengan orang-orang sholeh. Pada suatu ketika datanglah seseorang kepada Sahabat yang bernama Ibnu Mas’ud r.a untuk meminta nasihatnya. Ia berkata: “Wahai Ibnu Mas’ud berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah dan pikiranku kusut, makan tak enak tidur pun tak nyenyak.” Mendengar keluhannya itu maka Ibnu Mas’ud pun menasehati, beliau berkata: “Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu untuk mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang yang membaca Al Qur’an, di sana engkau bacalah Al Qur’an atau dengarkan baik-baik orang yang sedang membacanya. Jika tidak pergilah ke majelis pengajian yaitu tempat orang-orang yang mengingatkan hatimu kepada Allah SWT, atau carilah engkau waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhilwat, beribadah kepada Allah SWT, umpamanya di tengah malam buta di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan sholat malam meminta kepada Allah SWT agar diberi hati yang lain, karena hati yang kamu pakai itu bukan lagi hatimu”.6 Dalam wejangan yang diberikan salah satu dari kalangan sahabat ini terlihat jelas bahwa kemana kita pergi akan sangat mempengaruhi apa yang akan kita dapatkan, dengan siapa kita duduk akan mempengaruhi apa yang kita bicarakan sedangkan dengan siapa kita berteman akan sangat mempengaruhi kebiasaan kita. Karena manusia adalah mahluk sosial maka kebutuhan untuk memiliki teman akan selalu timbul namun ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam berteman. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kalian berada bersama orang-orang shadiqin. “(QS. At Taubah : 119). Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Hendaklah engkau selalu bersama Allah. Jika tidak bisa, berusaha lah selalu bersama orang-orang yang dekat dengan Allah. Sebab dengan memiliki orang itu, niscaya engkaupun akan sampai kepada Allah selagi engkau bersamanya. Dalam sebuah kata bijak Timur dikatakan: hati-hatilah dalam berteman karena burung bulbul akan membawamu ke taman mawar sementara burung gagak mengajakmu ke tempat sampah.
Nasehat berikutnya adalah memperbanyak berpuasa. Puasa merupakan pembersih jiwa dan hati yang paling kuat terutama untuk melawan hawa nafsu yang menjadi pangkal keburukan. Selain itu dengan puasa perasaan menjadi halus dan peka, pikiran jernih dan nafsu buruk berubah ke arah baik. Dikatakan juga ada tiga sebab yang menjadikan hati menjadi kasar dan kaku, yaitu banyak tidur, banyak tertawa dan banyak makan.
Nasihat terakhir adalah memperbanyak dzikir malam. Di dalam Al Qur’an surat ar Ra’d ayat 28 dikatakan : ”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram.” Maka inilah ternyata makna dan manfaat dari dzikir karena menyebut nama Allah SWT, mengingat kebesaran-Nya dapat membawa ketenangan dan menyembuhkan jiwa. Nabi SAW bersabda: “Tiada amal perbuatan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah daripada dzikrullah.” (HR. Ahmad). Zikir adalah seperti bedah Kalbu…tiap-tiap lafal dan kata zikir menjadi cahaya, lentera yang menerangi malam kita, kubur kita …alam barzah kita. Satu hal yang penting dari rangkaian zikir adalah fikir dan syukur. Ustad Said Nursi dalam buku tafsir Al-Kalimat menyebutkan bahwa ketika ditanyakan apa yang diinginkan Allah SWT atas nikmat yang telah diberikannya pada kita. Maka beliau menjawab bahwa di awalnya kita mengucapkan Bismillah yang merupakan lafal zikir kita, kemudian di akhirnya kita bersyukur dengan mengucap Alhamdulillah. Namun yang bisa mengantarkan seseorang pada kesyukuran itu adalah jika di tengahnya ia memikirkan atau bertafakur atas semua nikmat-Nya.
Referensi:
- Sunyoto, Agus, Drs.H.K.Ng.,M.Pd. Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. Pustaka IIMaN, Trans Pustaka, LTN PBNU. 2012. Hal: 138-139.
- idem. Hal: 178.
- HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud.
- Ibnu Kasir, Abu Al-Fida’ bin Abi Bakr, 1987. Tafsir Ibnu Kasir. Jilid IV, Beirut Lebanon.
- Sholeh, Mohammad. Tahajud: Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran. Forum Studi HIMANDA-Pustaka Pelajar Yogyakarta. 2001.
- Thahari H, 1998. Wawasan Ideal Sistematika Wahyu. Tp, hal.48.
- Said Nursi, Sozler. Isık Yayınları İstanbul. 2004. Hal. 4.
Penulis: Cumhur Çil
Discussion about this post