Makrifat yang akan kita maknai sebagai kemahiran dan kecakapan yang tidak semua orang mampu melakukannya, kekhususan yang tidak terlihat pada semua orang dan di setiap tempat, serta bakat dan sebuah pengetahuan khusus; yang menurut para penempuh jalan kebenaran adalah tahapan di mana pengetahuan dengan si pemilik pengetahuan menyatu, lalu menjadi tabiat dalam dirinya dan bahwa setiap keadaan yang diketahui adalah penerjemah dari hal yang diketahuinya. Ada pula yang mendefinisikan makrifat dengan muncul dan terungkapnya sebuah pengetahuan nurani, hingga kemunculan dan pengungkapan semacam ini, di saat yang sama, juga dapat dimaknai sebagai kemunculan dan pengungkapan seseorang atas nilai-nilai yang khas bagi dirinya. Mungkin hal ini bisa merepresentasikan kandungan dari makna ungkapan, “Barangsiapa mengenali nafsunya, maka dia mengenali Tuhannya.”1
Tahapan pertama makrifat adalah melihat sembari merasakan tajali-tajali2 dari nama-nama yang senantiasa mengetuk setiap penjuru diri dan menyaksikan iklim mengagumkan dari sifat-sifat yang ada di sebalik pintu rahasia yang tersibak dengan tajali-tajali ini. Selama pengembaraan semacam ini, dari mata-telinga sang penempuh jalan kebenaran akan selalu mengalir nur cahaya menuju lisannya; kalbunya mulai menguasai perilakunya; perilakunya pun berubah menjadi lisan yang bersaksi dan berikrar atas Sang Haq, dan lisannya seolah berubah menjadi sebuah kaset “kalimat tayibah”. Untuk selanjutnya, cahaya-cahaya yang berbeda dari hakikat berkilau setiap saat terefleksikan pada layar sanubarinya berupa firman: إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ 3 Maka jiwa semacam ini telah tertutup bagi perasaan dan hasrat buruk, serta kalbu serupa ini akan selalu memeluk embusan dari alam akhirat; senantiasa memeluk, dari sebuah celah rahasia yang terbuka pada jiwanya, bagi perbendaharaan yang diketahui tersimpan dalam kalbunya.
Discussion about this post