Gerhana matahari adalah peristiwa langit yang terjadi ketika bulan berada tepat di tengah-tengah antara Bumi dan matahari. Kejadian ini selalu menarik perhatian umat manusia sejak awal kehidupan manusia di Bumi dan selalu menjadi suatu hal yang menarik sebagai objek untuk bertafakur. Misalnya, mengapa gerhana bulan dapat dilihat dari tempat manapun di permukaan Bumi yang sedang berada dalam kondisi malam hari sedangkan gerhana matahari terbatas hanya dapat dilihat pada area tertentu yang berjarak sekitar 300 km?
Gerhana matahari tergantung pada dua kondisi. Pertama, harus ada titik perpotongan antara orbit lintasan bulan dengan orbit lintasan Bumi; dan kedua, fase penampakan bulan pada saat gerhana terjadi harus dalam keadaan bulan baru. Dalam setahun ada dua belas bulan sehingga secara teori seseorang bisa mengharapkan untuk dapat menyaksikan gerhana matahari sebanyak dua belas kali. Namun, karena terdapat perbedaan sudut sebesar 50 antara bidang orbit bulan dan Bumi maka membuat waktu terjadinya perpotongan lintasan orbit kedua benda langit ini menjadi jarang terjadi. Panjang diameter dari area bayangan bulan di permukaan Bumi selama terjadi gerhana matahari hanya sejauh 300 km sedangkan pada saat gerhana bulan area bayangan Bumi yang jatuh di permukaan bulan memiliki diameter sejauh 12.000 km.
Matahari dan bulan merupakan benda langit paling terang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Keduanya juga dengan izin dan kuasa-Nya memberikan banyak pengaruh bagi tubuh, kondisi psikologis dan kehidupan sosial manusia. Begitu banyak hikmah yang terkandung dari peristiwa gerhana bulan dan matahari. Saat kita melihat peristiwa itu adalah suatu mukjizat dari kuasa kebesaran Ilahi ketika Matahari sebagai salah satu benda langit raksasa yang diameternya kira-kira hampir sepanjang 1,5 juta km serta bulan yang diameternya kira-kira sekitar 3.500 km panjangnya, satu sama lain bisa saling menutupi. Matahari dan bulan harus berada di orbitnya masing-masing dalam posisi yang sedemikian rupa tepat dengan perhitungan yang amat sensitif dimana perbedaan ukuran yang sesungguhnya sangat besar di antara kedua benda langit ini menjadi tidak tampak saat kita lihat dari permukaan Bumi di sepanjang terjadinya waktu gerhana matahari. Hal ini hanya dapat terjadi ketika jarak dari matahari dan bulan masing-masing terhadap Bumi berbanding terbalik dengan ukuran fisik keduanya. Kondisi kesetimbangan yang luar biasa ini dinamakan oleh para ilmuwan sebagai “diameter sudut” atau “sudut visual”. Karena itu, agar gerhana matahari dapat terjadi dengan sempurna maka diameter sudut matahari dan bulan masing-masing harus setara. Jika kita ingin menyatakan hubungan ini dalam persamaan matematis maka: Jika kita nyatakan dalam bilangan maka: Selanjutnya kita memiliki dua perbandingan yang setara:
Seperti terlihat bahwa perbandingan dari kedua bilangan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri tersebut rupanya memiliki nilai perbandingan yang amat kecil. Ini menunjukkan adanya kekuatan yang mengatur dengan sangat cermat dan penuh kebijaksanaan atas semua peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Keutamaan dari adanya ’diameter sudut’ dalam fenomena gerhana matahari ini seringkali terabaikan atau tidak dibahas secara mendalam di dalam film-film dokumenter, buku-buku, dan jurnal-jurnal ilmiah. Seandainya adanya hukum ini disebutkan juga pada semua penjelasan tentang gerhana Matahari, maka betapa banyaknya manusia yang akan menjadi saksi atas perhitungan yang teramat teliti pada penciptaan Bulan dan Matahari oleh Sang Wahid, dan mereka akan pula menemukan dan memahami sifat wahdaniyah dan Ke-Esaan Allah atas semua ciptaanNya. Bahkan peristiwa yang ada di langit ini disebutkan dalam ayat Al Qur’an:
“Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya adalah adanya siang dan malam, serta matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Fushilat ayat 37) Selain itu, kejadian ini terjadi dengan perhitungan yang luar biasa sempurna dan sulit dijeleskan yang dapat menjadi ujian tentang adanya suatu kekuatan besar yang mengatur di balik segala kejadian dan hal ini telah menjadi perhatian banyak manusia di masa lalu. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم telah memberi peringatan tentang hal ini kepada kita agar tidak tersesat: “Matahari dan bulan adalah dua tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana terkait dengan kematian atau kelahiran seseorang. Karena itu, ketika kalian menyaksikannya, bertasbihlah dan berdoalah kepada Allah, dirikan sholat, dan berikanlah sedekah.”
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, peristiwa terjadinya gerhana Matahari memanglah berada di lingkaran sebab-akibat. Hal ini adalah rahasia dari cobaan. Jikalau peristiwa yang bisa dilihat oleh semua orang ini adalah sesuatu yang gaib, maka tawaran atas kerahasiaannya akan terungkap dan semua orang akan terpaksa mengimaninya. Hal ini bukti adanya Hakîm-i Zuljalal, Sang Maha Hakim yang menciptakan segala sesuatu dengan hikmah-Nya. Oleh karena gerhana Matahari disebut sebagai salah satu peristiwa Sunatullah. Sementara yang menjadi kewajiban kita sebagai manusia adalah menggunakan akal yang telah dianugerahkan baginya untuk memahami hakikat penciptaan yang ada di balik tirai semua peristiwa. Dengan kata lain bisa mengenal dan memahami tentang keberadaan Allah Subhânahu wa ta’âla sebagai Sang Pencipta baik Matahari maupun Bulan.
Discussion about this post