Pada mulanya adalah ide. Tulisan ada karena ide. Teknologi berasal dari ide. Riset bermula dari ide. Istana artistik dibangun dari gambaran ide. Mahakarya dimulai dari ide. Peradaban juga dibangun dari ide. Pertanyaannya, ide seperti apakah yang berpotensi membangun peradaban? Tentunya konstelasi ide-ide dahsyat yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Ide besar bermula dari hal-hal kecil nan sederhana. Boleh jadi didapatkan dari fenomena atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari maupun dinamika yang terjadi di alam semesta. Keduanya memang guru sejati bagi manusia, di samping hati nuraninya sendiri. Tentu saja, dalam hal ini peran besar Sang Pencipta tak boleh dilupakan.
Ide juga dapat ditemukan saat berdiskusi, bertukar pandangan, bersilaturahmi, berpetualang alam, membaca (dalam makna luas), bercengkerama (bersama keluarga, sahabat, serta orang-orang tercinta), maupun saat berkontemplasi dan bersolilokui. Semua kegiatan ini berpotensi menstimulasi ide. Nah, setelah muncul pelbagai ide, bagaimana selanjutnya? Langkah terbaik tentu saja segera mencatatnya. Sebab, ide bersifat unik. Ide tak pernah mau berkompromi dengan momentum atau tempat. Ia cepat muncul dan menghilang begitu saja. Laksana anak panah yang melesat, lebih cepat daripada sambaran kilat.
Perumpamaan ide ibarat cahaya. Yang bermula dari cahaya akan menuntun manusia kepada sang Cahaya. Untuk memilikinya, manusia perlu mendekatkan diri dengan sumber cahaya itu sendiri yaitu Allah. Dialah Cahaya di atas cahaya. Sehingga agar kita berkelimpahan ide, hendaklah manusia senantiasa menghiasi dirinya dengan sifat-akhlak mulia serta menjauhi semua dosa serta perbuatan tercela. Setiap niat dan perbuatan baik yang dilakukan manusia, membuat jiwa, hati, dan pikirannya bercahaya. Sedangkan dosa akan meninggalkan noda. Noda ini semakin lama akan semakin membesar dan berpotensi menggelapkan jiwa, hati, dan pikiran. Akibatnya, tidak muncul lagi ide-ide dahsyat pencerah peradaban.
Ide yang ideal memiliki karakteristik khas. Misalnya, ide tersebut akan mampu menuntun manusia untuk menemukan jatidiri-kebenaran, menyadari potensi dirinya, memahami hakikat hidup dan kehidupan, serta mendekatkan manusia kepada Allah. Dengan kata lain, ide sejati adalah ide yang membimbing manusia untuk “menemukan” Ilahi, yaitu Rabb-nya. Selain itu, ide yang ideal bersifat unik, menarik, sederhana (namun kaya makna), aplikatif, solutif, mudah dipahami, memicu munculnya ide-ide lain, mencerahkan, bermanfaat bagi umat. Namun jangan lupa bahwa sedahsyat apapun ide, akan menjadi percuma bila tidak segera dituliskan, disampaikan, disebarluaskan, lalu direalisasikan demi kemaslahatan umat manusia. Hal ini diibaratkan seperti mutiara yang teronggok di dasar Samudra, indah namun belum diketahui.
Problematika
Problematika atau permasalahan yang berkaitan dengan ide dapat digolongkan menjadi tiga, yakni: kondisi macet ide, berlebihan ide, maupun kosong ide. Macet ide maksudnya ada ide-ide segar yang bermunculan, lalu di tengah-tengah sedang berproses untuk merealisasikannya, tiba-tiba saja kehilangan ide. Penulis yang mengalami macet ide ini biasanya tidak dapat meneruskan tulisannya. Hal ini dapat berakibat buruk. Boleh jadi hal ini dikarenakan oleh kondisi kesehatannya yang kian lama kian memburuk. Ada beberapa solusinya sederhana atas hal ini, coba untuk menenangkan pikiran dengan membaca kitab suci dan berdoa. Biarkan jiwa dan pikiran tenang dalam naungan Cahaya-Nya. Kemudian coba ambil kudapan sekadarnya kondisikan tubuh dalam keadaan rileks lalu mulailah menulis kembali, jika perlu bangun suasana yang akan mendukung kondisi menulis agar lebih kondusif. Hal ini biasanya berbeda-beda pada setiap orang, misalnya ada yang terbantu dengan bantuan alunan nada syahdu, ada yang harus merubah suasana tempat kerjanya, adapula yang justru harus berada dalam suasana sunyi tanpa gangguan apapun. Mana yang paling tepat bagi kita hanya kita sendiri yang tau.
Berlebihan ide adalah kondisi dimana ide-ide segar tiba-tiba saja bermunculan, mengalir tanpa henti, bahkan menjadi dilema. Semuanya baik, benar, dan bermanfaat. Ide yang mana yang perlu diprioritaskan? Sebenarnya, “banjir ide” ini membawa berkah. Bila hal ini terjadi pada Anda, tenangkan diri, segeralah duduk. Ambil pena dan kertas atau buku. Segera catat semua ide yang bermunculan. Buku kompilasi ide inilah yang dapat menjadi “bank/tabungan ide”, jika sewaktu-waktu Anda “paceklik, defisit, atau defisiensi ide”.
Kosong ide merupakan keadaan dimana tidak ada ide sedikitpun. Hendak bepergian, tidak ada ide destinasi wisata untuk dikunjungi. Akan menulis, tidak ada ide pemikiran yang akan dituliskan. Merencanakan riset terpadu, tidak ada ide yang mendasari dilakukannya eksperimen tersebut. Semua menjadi absurd tanpa ide. Apa jadinya kehidupan ini tanpa ide? Sudah dapat dipastikan, semua problematika akan menjelma menjadi simalakama. Karena tidak ada lagi ide untuk mengatasinya. Solusinya bagi kondisi ini cukup sederhana. Hindari kehidupan duniawi untuk sementara. Duniawi adalah semua hal yang berpotensi menjauhkan diri kita dari Allah. Sederhananya adalah bertafakur, mendekatkan diri kepada Sang Ilahi. Berdoa, berzikir, berderma, berbagi. Boleh jadi “kosong ide” adalah teguran dari Allah dikarenakan jiwa-hati-pikiran yang kosong dari mengingat-Nya.
Tujuan
Manusia senantiasa berlomba dan berupaya untuk melahirkan serta mewujudkan ide-ide terbaik. Melalui berbagai percobaan, untuk memberdayagunakan kehidupan. Semua ini tentu memiliki tujuan. Tujuan jangka pendek adalah hidup sejahtera. Ide-ide yang muncul diaplikasikan manusia untuk bekerja cerdas-ikhlas memajukan perusahaan tempatnya bekerja. Dengan kinerja yang semakin lama semakin membaik, maka otomatis gaji-tunjangan bertambah. Harta berlimpah. Hidup penuh berkah.
Tujuan jangka menengah adalah membangun bangsa dan mencerahkan peradaban. Contohnya adalah upaya yang dilakukan oleh para ilmuwan. Dengan ide-ide brilian, mereka saling bersinergi dan berkolaborasi melakukan riset terpadu dan berkesinambungan mencari terobosan dan pembaharuan. Mereka senantiasa berinovasi dan berkreasi. Lahirlah pelbagai ilmu pengetahuan dan produk teknologi nan revolusioner. Mulai dari sel punca, nanoteknologi, bioinformatika, mobil terbang, komunikasi virtual, pesawat ulang-alik tanpa awak, penjelajahan ruang angkasa, dsb.
Tujuan jangka panjang adalah semata-mata mencari Ridha Allah. Tujuan inilah yang paling hakiki. Meskipun disebutkan terakhir, namun menjadi pondasi dasar. Semua ide betapapun kerdil, bila bertujuan mencari Ridha-Nya, akan menjelma raksasa. Ibarat mencinta hingga terluka dan menebar kasih meskipun perih. Ide-ide sederhana, yang dilakukan secara konsisten, tanpa pernah mengharap imbalan kepada manusia, suatu saat berpotensi mengubah dunia.
Esensi ide begitu fundamental. Dampaknya bisa menjadi amat fenomenal. Di dalam tulisan, ide berperan amat vital. Ia menjadi pondasi yang membangun paragraf menjadi istana hikmah nan megah. Tanpanya, wacana hampa makna. Filsafat tak berjati diri. Metodologi tak berarti. Teknologi tak terealisasi. Tanpa ide, mahakarya menjadi sunyi, seolah ilusi. Namun bersama ide nan brilian, tulisan, teknologi, mahakarya mampu mewarnai kehidupan serta mencerahkan peradaban. Itulah hakikat ide.
Discussion about this post