Di dalam Al-Qur’an surat Saba’ ayat 10-13, Allah menyampaikan tentang keutamaan yang diberikan kepada Nabi Daud dan putranya, Nabi Sulaiman ‘alaihima salam sebagai penerus estafet keturunan sekaligus kenabian1. Keutamaan yang diberikan-Nya itu berupa mukjizat hissiyyah (kedalaman) yang amat besar. Hal itu dapat dipahami dari telaah atas narasi Allah dalam empat ayat tersebut, yang secara tafsir ‘ilmi sangat menarik untuk dikaji, terutama dilihat dari segi kebahasaan berikut ini:
Pertama, Allah menyatakan “Sungguh Kami telah memberikan fadhlan (karunia) dari Kami kepada Daud”. Bisa jadi, karunia (fadhlan) yang pemberiannya dialamatkan secara langsung oleh Allah kepada seseorang hanya terjadi satu kali dalam seluruh narasi pemberian karunia dalam Al-Qur’an2, yakni yang dialamatkan pada Nabi Daud. Narasi ini, menurut Imam Al-Razi3 menunjukkan keistimewaan karunia mukjizat yang diberikan kepada Nabi Daud. Imam Al-Baidhawi4 menyebut karunia yang diberikan kepada Nabi Daud sebagai mukjizat paling besar dari sekalian mukjizat kealaman yang diberikan Allah kepada para Nabi.
Kedua, adanya perintah Allah kepada gunung dan burung supaya bertasbih bersama Daud. Mayoritas ahli tafsir menjelaskan bahwa meski gunung termasuk jamad (benda mati) dan burung itu hewan tak berakal, tetapi Allah dengan qudrah (kekuasaan) dan masyiah (kehendak)-Nya dapat saja menjadikan keduanya bisa berbicara untuk bertasbih kepada Allah, dan tasbih keduanya bisa didengar langsung oleh Nabi Daud sebagai bentuk mukjizat,….
Discussion about this post