Berpikir positif adalah sebuah sikap mental, sebuah proses untuk menghasilkan pemikiran yang dapat mengubah energi menjadi kenyataan. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang pendekatan yang dapat mengantar pada pola berpikir positif, terutama dalam pendidikan, berdasarkan sudut pandang psikologis. Sebenarnya apakah yang disebut sebagai berpikir positif? Bagaimana hal ini dapat diwujudkan? Faktor-faktor apa saja yang terkait dengannya? Bagaimana siswa dapat merefleksikan pendidikan mereka melalui pemikiran yang positif?
Berpikir positif adalah proses memilih emosi positif dari rangsangan yang ada di lingkungan dan menerapkannya pada berbagai persepsi dan keyakinan kita. Kepuasan hidup didefinisikan sebagai “sebuah evaluasi global seseorang dari hidupnya” (Pavot, Diener, Colvin & Sandvik, 1991: 150). Hal ini secara umum merupakan bagian kognitif dari kondisi kesejahteraan mental. Dalam konteks ini, maka konsep ini berbeda dari sukacita dan kebahagiaan. Kepuasan hidup yang tinggi sangat penting bagi manusia karena hal tersebut mengarahkan kita pada kesehatan mental positif dan hubungan interpersonal yang sehat.
Sikap positif dimulai dengan sesuatu yang sudah diyakini sisi keamanan dan bobotnya untuk kemudian bergerak dari titik itu menuju ke arah depan. Ketika seseorang terus melihat suatu hal atau peristiwa dari perspektif pertimbangan tertentu, maka karakter dan temperamen mereka secara bertahap akan terbentuk sejalan dengan cara berpikirnya itu. Cara berpikir seseorang akan membentuk perilaku mereka. Ketika peluang-peluang baru dihasilkan, kesuksesannya akan tergantung pada bagaimana perspektif orang tersebut. Berikut adalah sebuah contoh nyata tentang cara berpikir positif: pada suatu ketika, hanya ada sepuluh penonton yang hadir pada salah satu pertunjukan Mozart. Namun Mozart tidak pernah benar-benar merasa terganggu dengan jumlah kehadiran yang sebenarnya mengecewakan ini. Setelah pertunjukan selesai, dia berkata kepada istrinya: “konser hari ini begitu sempurna, dan semua orang memberikan tepuk tangan sambil berdiri dengan meriah.” Perkataannya ini mencerminkan kemurnian batin dan keteguhan dirinya. Saya pikir kita semua perlu berpikir seperti Mozart. Cara berpikir seperti ini membawa kedamaian batin, kesuksesan, meningkatkan hubungan, kesehatan yang lebih baik, kebahagiaan, dan kepuasan.
Berpikir positif tentang orang lain adalah juga perilaku paling tepat bagi seorang yang beriman. Menghargai pendapat yang baik, dan selalu berpikir secara positif adalah sebuah tugas bagi kita. Perilaku dan tindakan kita harus sejalan. Konsisten dengan prinsip ini akan menjadikan seseorang dan tindakan mereka pada cara terbaik. Kita tidak boleh selalu curiga pada seseorang dan harus menerima motif terbaik atas perilaku mereka. Kita harus ingat bahwa adalah lebih baik berada dalam kekeliruan namun tetap dalam opini yang baik daripada terbukti benar tapi dalam pendapat yang negatif.
Hal ini terutama berlaku pada bidang pendidikan. Seorang siswa atau sosok guru seharusnya menghindarkan diri dari menghakimi seseorang seperti mereka menghindari seekor ular berbisa. Dalam kasus menghakimi dengan penilaian yang salah, maka mereka harus segera membicarakannya dan mencoba mencari solusi, dengan harapan akan dimaafkan. Keseimbangan yang baik berada di antara kemampuan menahan diri dari bias dan tidak menyerah, hingga jatuh pada pemikiran negatif setelah adanya kesalahan sementara, karena bias lebih berbahaya daripada sebuah rasa ketidakpercayaan. Mengatakan, “tidak ada harapan lagi bagi saya” dan menyerah total, memanjakan diri dalam rawa penyesalan, dan akhirnya tertawan pada pesimisme akan mengarahkan diri pada sebuah kehilangan atas harapan.
Bahkan jika seseorang terpaksa berada pada situasi yang memalukan salah seorang temannya, maka ia harus mampu untuk bisa mengalihkan wajahnya ke arah lain, dan tidak memperburuk situasi lebih jauh. Selanjutnya seseorang harus terus berpikir positif tentang orang itu, dan tidak boleh mengembangkan kecurigaan sehingga terlalu cepat menilai mereka. Dengan cara yang sama, adalah sangat penting untuk menggenggam pendapat yang baik tentang orang lain, begitu juga penting untuk menahan diri dari perilaku yang mungkin menimbulkan kecurigaan. Beberapa orang gagal menghindari tindakan dan kondisi yang mungkin mengarahkan mereka pada berbagai pikiran buruk yang timbul di benak orang lain. Terkadang mereka mungkin menunjukkan perilaku yang bisa terbuka pada kritikan dalam kehidupan pribadi, bisnis, atau hubungan sosialnya. Yang terburuk dari semuanya adalah jika tindakan yang tidak sopan oleh satu individu dapat menyebabkan semua anggota kelompok kehilangan kredibilitas.
Berikut ini adalah beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan. Semoga bisa menjadi pertimbangan, sebagai “tips” untuk membantu Anda mengembangkan kekuatan dalam berpikir positif:
- Selalu berpikir dan berbicara dengan hanya menggunakan kata-kata positif saja. Gunakan kata-kata seperti: “ini bukanlah akhir dari jalan ini, pasti ada jalan baru yang lebih baik”; “ya, saya bisa insyaallah”; “hal itu mungkin saja terjadi” dan “kenapa tidak?”
- Tonton film-film positif yang akan membuat kita merasa bahagia.
- Fokus pada perasaan bahagia, kuat, dan sukses.
- Gunakan kata-kata yang membangkitkan perasaan dan gambaran mental tentang kekuatan, kebahagiaan, dan kesuksesan.
- Kaitkan diri Anda dengan orang-orang yang juga berpikir positif.
- Cobalah untuk mengabaikan pikiran negatif. Lalu gantikan dengan sesuatu yang konstruktif.
- Batasi jumlah waktu kita untuk mendengarkan berita TV, membaca koran dan berita di media sosial.
Personalisasi adalah teknik lain yang digunakan oleh orang-orang optimis. Cara ini memungkinkan mereka melihat masalah yang dihadapi sebagai sesuatu yang eksternal dan bukan internal. Melalui personalisasi, seorang individu yang optimis dapat melihat gambaran lebih luas dari sebuah situasi negatif yang dihadapi dengan posisi mengambil jarak atau “melepaskan” masalah tersebut darinya; yaitu dengan mengeksternalkan penyebab negatif dari situasi itu, dan menginternalisasi bahwa hal negatif tersebut hanya akan berdampak sementara pada kehidupan: dan selanjutnya kehidupan akan terus berjalan. Misalnya: jika seorang teman sekelas marah kepada Anda karena komentar atau rumor orang lain, maka jangan mengaitkan hal ini sepenuhnya hanya pada diri Anda sendiri. Alih-alih, Anda harus mencoba mengubah situasi dengan cara sebaik mungkin, tanpa harus berpikir bahwa kesalahan dari rumor itu sepenuhnya ada pada Anda. Sebenarnya hal-hal seperti ini sebagian dikarenakan komunikasi “dari mulut ke mulut” yang terjadi antara teman sebaya.
Melalui kegigihan, orang yang optimis dapat melihat situasi buruk sebagai sesuatu yang spesifik, bukan global. Dengan cara ini, seseorang yang sedang mengalami masa sulit akan menyadari bahwa situasi ini tidak akan memengaruhi mereka secara permanen. Misalnya, ketika seorang siswa mendapat peringkat buruk dalam suatu kegiatan, maka ia harus berusaha memahami bahwa pengalaman ini seharusnya tidak boleh memengaruhi hasil akademiknya secara keseluruhan. Penting untuk diingat bahwa seseorang seharusnya tidak boleh cepat menyerah. Ia akan dapat memperoleh lebih banyak kebijaksanaan dan kesadaran dengan memilih untuk belajar dari kesalahan yang telah diperbuat.
Kita memegang keyakinan bahwa kesuksesan selalu dapat dicapai dengan kerja keras dan dedikasi. Meskipun ini berlaku untuk banyak hal, namun jangan lupa bahwa tidak semua hal selalu akan terjadi seperti yang kita inginkan. Ada batasan untuk apa yang bisa kita lakukan. Namun, saya percaya bahwa kesuksesan lebih mungkin dicapai dengan kerja keras dan tekad kuat. Hal ini terutama berlaku untuk para remaja dan pelajar. Seorang siswa harus selalu mempertahankan opini yang baik tentang kehidupan di setiap fasenya. Semestinya mereka terus hidup dengan harapan ini. Mereka bisa berkata, “Saya mungkin kalah, tidak percaya diri, dan putus asa, tetapi saya tetap mencoba membangun kepercayaan dengan guru dan keluarga. Karena itu, walaupun saya mungkin terpeleset dan jatuh kapan saja dalam kehidupan ini, namun mereka akan selalu mendukung saya.” Kepercayaan seperti ini mirip dengan kepercayaan yang dimiliki orang beriman kepada Tuhannya.
Terkadang kita harus kehilangan sebuah cara dahulu, agar kemudia bisa menemukan kemampuan yang sesungguhnya. Kita akan menemukan jalan dengan pemikiran dan harapan positif yang kita miliki. Berpikir positif tidak sesederhana kelihatannya; karena akan ada harga yang harus dibayar atasnya. hal ini bisa saja berarti kita harus meninggalkan kebiasaan lama atau melalui sebuah kesulitan, atau hal itu terkadang bisa membuat kita kecewa, dll. Namun apapun konsekuensinya, takkan pernah setinggi harga yang harus dibayar oleh orang-orang yang tidak hidup dengan kejujuran. Karena suatu hari mereka akan melihat ke belakang dan mendengarkan hati mereka berkata, “Aku telah menyia-nyiakan hidupku.” Oleh karenanya untuk alasan ini, jangan pernah kehilangan kesabaran dan jangan pernah berhenti untuk berpikir positif.
Esra Akdogan adalah seorang akademisi dan seorang English Language Trainer yang aktif menulis berbagai artikel pendidikan dan literasi.
Referensi
http://www.livestrong.com/article/120699-negative-thinking-vs.-positivethinking/
http://www.the-benefits-of-positive-thinkingcom/negative-thinking-versuspositivethinking.html
Pavot W., Diener E., Colvin C. R., & Sandvik E. (1991). Further validation of the Satisfaction with Life Scale: Evidence for the cross-method convergence of well-being (Validasi lebih lanjut dari Kepuasan dengan Skala Hidup: Bukti untuk konvergensi kesejahteraan lintas-metode). Social Indicators Research, 57, 149–161. http: //dx.doi. org / 10.1207 / s15327752jpa5701_17
https://fountainmagazine.com/2008/issue-64-july-august-2008/We-should-think-well-of-others
Discussion about this post