Esai ini boleh jadi tidak menarik…
Tapi, di luar sana, malam yang melatari penulisannya, sungguh sangat mengagumkan. Pergilah ke jendela! Lihatlah, bahwa malam selalu saja memberikan suasana lain. Ia seperti tidak bosan mengirim pesan: “masuklah ke dalam rumah, beristirahat dan bercengkramalah dengan keluarga!” Malam sejatinya memang diciptakan untuk mengendurkan otot dan urat di dalam tubuh. Itulah mengapa suasana malam selalu lebih adem, lebih tenang, lebih damai.
Seturut hal itu, berlatar malam sedemikian, izinkan saya bercerita, tentang bagaimana hidup sejatinya dijalani. Saya ingin mengulang sebuah kisah klasik dari tokoh yang sangat populer di dunia, beliau adalah Abu Nawas. Kita tahu bahwa Abu Nawas memiliki ‘seteru abadi’ dalam hidupnya, yakni Sang Raja Harun Al-Rasyid. Dan semua mafhum belaka bahwasanya Abu Nawas tak pernah bisa dikalahkan.
Begitulah, suatu hari Raja Harun mengumpulkan 17 orang pejabat istana. Wajahnya tampak sumringah. Dikatakannya bahwa ia memiliki strategi jitu untuk menjebak Abu Nawas.
“Kali ini dia tidak akan lolos,” ujarnya menutup pertemuan.
Para pejabat manggut-manggut meskipun belum tahu apa strategi raja tersebut. Mereka hanya diinstruksikan, pada hari yang telah ditentukan harus datang ke sebuah penginapan mewah.
Hari itu pun tiba. Para pejabat telah berkumpul di tempat yang telah direncanakan. Raja mengeluarkan 18 butir telur ayam. Ia memerintahkan kepada mereka untuk menyelam bersama Abu Nawas dengan membawa telur itu. Pada saat menyembul dari permukaan air, mereka semua mesti mengacungkan tangannya yang memegang telur. Para pejabat kembali manggut-manggut….
Discussion about this post