Apa yang seharusnya menjadi tolok ukur dalam menentukan pakaian yang kita kenakan, makanan yang kita makan, dan barang-barang yang kita gunakan di dalam rumah kita?
Sebagai seorang muslim, segala hal dalam hidup kita bermula dari garis keimanan, berlanjut dengan jalan peribadatan, kemudian meningkat dengan interaksi sesama manusia, lalu berkembang dalam bentuk yang mencakup perilaku individu dan kebiasaan pribadi, yang masing-masing dari hal ini terdiri dari sebuah kedalamanan tersendiri dan menjadikan kita menjalani kehidupan yang multidimensi. Kita membutuhkan bimbingan dari beberapa orang pada hampir dari semua hal ini dan pada beberapa masalah yang tidak kita ketahui. Untuk memahami dan menginterpretasikan hakikat agama serta menjadikannya dapat dihidupkan dan dipraktikkan, kita memiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sosok Insan Kebanggaan Manusia dan Semesta. Hingga detik ini pun, kita seakan-akan masih melihat dan merasakan keberadaan Beliau yang senantiasa menghadirkan ketenteraman pada jiwa. Bagi kalbu-kalbu yang tercerahkan, hal ini akan terus terasa sebagai sebuah kebahagiaan yang berkesinambungan.
Sepeninggal Rasulullah, meski terlepas dari kenyataan bahwa hampir di setiap abad, peristiwa dan waktu memuja dan meratakan segalanya, didatangkanlah sejumlah figur besar, yang dengan tangan penuh cahayanya menyapu bersih semua karat-noda dan menghidupkan agama serta memperkenalkan kembali semangat Muhammad dalam hakikat yang sesungguhnya. Masalah-masalah yang fondasinya diletakkan bersama Para Sahabat ini, lalu memperoleh dimensi yang berbeda dengan datangnya Imam Abu Hanifah dan orang-orang hebat sekalibernya. Yang datang kemudian pun seperti Imam Ghazali, Imam Rabbani, Syekh Abdulkadir al-Jailani, Maulana Jalaluddin Rumi, dan Bediuzzaman Said Nursi, terus-menerus memberikan pembaharuan untuk senantiasa menjaga kesegaran agama ini.
Discussion about this post