
Budi yang baik, organ yang dipercayakan kepadamu dari Sang Pencipta ini akan menjelaskan dirinya sejenak sekarang. Sebagaimana yang mungkin telah kau ketahui, temanteman kami jantung, perut, usus, paru-paru dan pankreas telah tersusun sebagai sebuah karya seni yang menakjubkan dan terpasang secara rumit namun teliti di dalam ruang tubuhmu. Jangan remehkan mereka, karena mereka semua adalah organ luar biasa yang telah ditunjuk untuk memastikan kau hidup dengan fungsi kehidupan yang baik. Adapun fungsi organorgan tersebut adalah yang disebut sebagai fungsi vegetatif di dalam fisiologi modern; dan faktanya dulu para ilmuwan Abad Pertengahan juga menyebutnya begitu. Lebih tepatnya lagi, beberapa fungsi paling dasar yang dijalankan oleh organ-organ tubuhmu adalah sama dengan yang dilakukan oleh organ-organ pada tanaman.
Empat fungsi utama yang dibutuhkan untuk kehidupan adalah pencernaan, pernafasan, peredaran darah, dan sistem ekskretori yang semuanya ditemukan pada tanaman dengan pelaksanaan tugasnya dilakukan oleh organ yang berbeda-beda. Jika fungsi-fungsi ini tidak berjalan, dinamika atau esensi keberadaan yang kita sebut kehidupan akan menghilang dan kematian tak terhindarkan. Jika empat fungsi (pencernaan, sirkulasi, respirasi dan ekskresi) ini bekerja, berarti organisme tersebut hidup namun hanya pada level tanaman. Untuk mencapai level kehidupan hewan, terdapat tambahan dari empat fungsi tersebut, fungsi-fungsi seperti indera, sistem saraf dan otot juga diperlukan.
Jika fungsi-fungsi tersebut gagal, hidup dapat terus berlangsung namun hanya pada level kehidupan tanaman. Mungkin ada sebagian orang yang menyebut suatu kondisi dengan istilah “keadaan vegetatif.” Istilah ini dimaksudkan bagi kondisi seseorang yang telah kehilangan penggunaan fungsi hewan tubuhnya. Dia mungkin tidak dapat melihat, merasa, mendengar atau bergerak. Kecerdasan, pemahaman, keinginan berkuasa, hati nurani dan banyak lagi aspek khusus pada manusia yang tidak dapat dibandingkan dengan fungsi mendasar dari kehidupan; ini adalah karakteristik tambahan pada manusia yang menyertai sistem fungsi hewan dan muncul dalam kaitannya dengan spiritual seseorang. Ini jelas tidak berarti bahwa mereka yang kehilangan kemampuan mereka adalah menjadi manusia yang kurang dan lalu mereka tidak mempunyai hak apapun; apalagi sampai mengatakannya tidak memiliki tanggungjawab lagi.
Titik fokus dari fungsi sensor penglihatan, pendengaran, sentuhan dan pembau ditemukan di dalam kepala yaitu pada otak, yang merupakan pusat komando dari tubuh kita dan bentuk keberadaan yang paling kompleks yang kita ketahui di alam semesta. Otak terhubung dengan sistem saraf yang berkomunikasi dengan seluruh organ di dalam tubuh manusia. Itulah sebabnya mengapa kepala begitu berharga, karena kepala adalah bagian paling sensitif dari tubuh dan harus dilindungi bagaikan menjaga keamanan toko perhiasan batu mulia. Jika Kau menginjak paku, mungkin akan terasa sakit untuk sementara waktu, tetapi dengan perawatan, luka tersebut akan dapat disembuhkan. Tetapi jika paku menembus kepala seseorang, hal tersebut dapat merusak salah satu fungsi sensorik atau, naudzubillah, bahkan dapat menyebabkan kematiannya.
Sebagaimana telah kau pahami dari pendahuluan kami di atas, bahwa kepala adalah pusat utama fungsi hewan lalu pada manusia titik fokus tambahannya adalah indera. Ketika kau menyebutkan kepala maka hal utama yang akan kau pikirkan biasanya tertuju kepada kami: kedua mata. Pasti kau akan bertanya mengapa? Karena kami adalah apa yang kau gunakan untuk membaca kata-kata ini sekarang, dan karena melalui kamilah kau bisa melihat ciptaan alam semesta yang indah.
Jika Sang Pencipta tidak menciptakan dan meletakkan kami di dalam dua rongga di depan kepalamu, kau tidak akan bisa mengetahui kecantikan cahaya, warna, serangga, bunga mawar ataupun burung-burung. kau akan takut untuk berjalan karena tanpa kami kau tidak akan tahu kemana akan melangkah. Efek penglihatan hanya dapat dikirim melalui kami ke otakmu dan tercermin dalam pikiranmu. Perkembangan pengetahuan manusia akan sangat terlambat jika Tuhan tidak menciptakan kami atau organ indera lainnya karena satu-satunya cara untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan memiliki organ-organ indera yang sehat. Organ-organ pengindera adalah satu-satunya cara untuk mendeteksi dan mengenali karakteristik obyek.
Kau membutuhkan kami untuk memahami bahwa air itu tembus pandang, apel berwarna merah, buah lemon berwarna kuning dan bunga lavender berwarna ungu. Kau membutuhkan kami untuk mengenali ibumu, ayahmu dan teman-temanmu. Kau membutuhkan kami untuk makan, minum, membaca dan menulis dan serta agar kau tidak membentur dinding saat berjalan. Apa yang akan terjadi menurutmu jika kami menutup kelopak kami selama sepuluh detik saja ketika kau berjalan di jalanan? Coba saja jika ingin mencobanya!
Kau akan mengalami kesulitan. Kau akan takut membentur sesuatu atau terjatuh. Nah, Budi! Coba hirup napas dalam-dalam dan pujilah Sang Pencipta. Ketika kelopak kami menutup rapat, kau tidak dapat melakukan apa-apa dalam keadaan gelap bahkan hanya dalam sepuluh detik, lantas bagaimana jika kau tidak pernah melihat cahaya? Coba pikirkan sejenak tentang orang-orang yang tidak seberuntung dirimu yang tidak bisa melihat karena suatu sebab. Bersyukurlah pada Allah karena tidak memberimu cobaan itu, dan doakan kesabaran bagi mereka teman-teman kita yang hilang penglihatannya.
Baiklah, sekarang mari kita mengenali penciptaan yang halus dan karakterisitik kami, coba perhatikan. Ketika Darwin melihat hal yang menakjubkan dalam penciptaan kami oleh Tuhan, ia menyadari bahwa hal ini tidaklah mungkin hanya sebuah kebetulan atau tercipta dengan sendirinya. Adalah sebuah kemustahilan kalau kami terbentuk oleh alam bawah sadar saja. Karena rasa bersalah yang ia rasakan, ketika menemukan hal ini ia perlu mengatakan bahwa pemikiran tentang “evolusi organ kompleks seperti otak dan mata dapat terbentuk oleh seleksi alam semata.” Sesungguhnya, aku dengan lega mengatakan bahwa pemikiran seperti ini, hanyalah sebuah keabsurdan saja.”
Tidak ada satupun perangkat optik buatan yang dapat sama persis baik secara estetika ataupun presisinya seperti penciptaan kami. Prinsip pengoperasian kami bergantung kepada hukum optik Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah menetapkan cahayanya. Dan pada kenyataannya, dengan melihat struktur kami, manusia menjalankan aturan optik, yaitu ketika pertama kali manusia membuat kamera yang paling sederhana hingga kalian mampu memroduksi kamera fotografi yang paling menakjubkan. Namun apapun yang telah dibuat manusia, jangan pernah kau mencoba membandingkan salah satu dari kami dengan kamera-kamera tersebut, karena kau hanya akan malu sendiri. Kamera buatan manusia hanya akan seperti sebuah mainan sederhana saja jika dibandingkan dengan kami. Telah lewat 175 tahun sejak pertama penemuan kamera dengan kotak kayu yang dilapisi kain penutup hitam, hingga adanya kamera digital modern saat ini. Berpuluh tahun dibutuhkan untuk melakukan penyempuraan kamera. Lantas dapatkah seseorang mengklaim bahwa perjalanan sejak kamera tua terbuat kotak kayu hingga ke kamera digital mutu tinggi saat ini hanya masalah sebuah lensa yang berkembang dengan sendirinya? Dengan adanya pengetahuan yang dikumpulkan oleh ratusan ilmuwan selama bertahun-tahun, dapatkah penemuan tersebut benar-benar dikatakan kebetulan? Lantas apakah kami ini juga sebuah kebetulan? Dapatkah mata moluska atau serangga membuat diri mereka berevolusi dan berubah menjadi mata manusia? Tentu saja tidak! Untuk memahami hal ini sedikit lebih baik, kau harus memperhatikan struktur kami.
Kami berbentuk seperti bola bumi (globe) dan terlihat seperti kapsul yang dilapisi struktur berlapis-lapis yang cukup padat dan kenyal. Masing-masing dari kami berdiameter sekitar 24 mm. Kami memiliki lapisan luar yang disebut sclera (lapisan keras). Kami dilindungi oleh sebuah penutup yang kuat yang terbuat dari serat ligament padat, dan di bawahnya terdapat lapisan koroid (lapisan pembuluh darah), tempat di mana pembuluh darah membawa gizi kita masuk; lapisan ini benar-benar melingkupi kami seperti sebuah jaringan pembuluh. Di tengah mata terdapat retina yang merupakan sebuah lapisan film. Ia terletak di tempat yang paling berharga di mana penerima cahaya kami berada. Terdapat juga lapisan lain yang masing-masing memiliki tugas sendiri di bawah lapisan ini, namun kami tidak akan terlalu banyak bicara detail soal ini.
Masing-masing dari kami memiliki sebuah tabung utama yang bulat dan permukaan berbentuk kubah yang sedikit menonjol. Pusat dari lapisan keras ini adalah kornea, lapisan transparan yang memungkinkan cahaya dapat melewati. Bagian luar dari daerah transparan adalah apa yang kalian sebut putih mata, dan seluruh daerah yang terlihat dari depan dilapisi oleh sebuah selaput yang jernih (konjungtiva) dengan sel lendirnya (mukosa). Hal ini menjaga kami tetap terlumasi. Jadi untuk fokus cahaya, bagian kornea kami lebih melengkung daripada bagian lain. Ada ruang kecil di belakang bagian depan lengkungan ini dan ini sesungguhnya adalah tempat lensa ditemukan, yang memisahkan ruang utama. Pada ruang depan, di antara lensa kami dan kornea, terdapat cairan transparan, iris, yang membuat kami jadi berwarna. Lubang hitam di tengah iris disebut pupil. Iris yang memiliki struktur khusus otot, bekerja bagaikan pengontraksi tirai dan mengembangkan pupil kami dalam merespon kecerahan cahaya. Jika cahaya kuat, ia berkontraksi untuk melindungi retina dari kerusakan, sedangkan jika cahaya redup, iris mengembangkan pupil untuk memungkinkan lebih banyak cahaya masuk ke retina.
Serat (zonules) yang menggantung lensa di tempatnya dan rangkaian otot (corpus ciliare) yang merubah lensa kami sesuai dengan jarak fokus, berada di depan lapisan pembuluh darah. Lensa kami yang memainkan peran dalam pemfokusan, merubah bentuk dan menyesuaikan mengikuti apakah titik fokus dekat atau jauh dengan cara menebal dan menipis. Kami melakukan ini dengan bantuan dari serat yang menggantung.
Di belakang lensa terdapat ruang lebih besar yang diisi dengan cairan transparan seperti jelly (vitreous humor). Tekanan dan konsistensi cairan jelly tersebut memastikan bahwa bentuk bulat kami terjaga. Terdapat sel fotoreseptif berbentuk batang dan kerucut yang sensitif terhadap cahaya di dalam ruang gelap di belakang retina kami. Gambar visual yang dibentuk oleh sinar yang melewati kornea dan lensa ke retina adalah terbalik. Ada lubang kecil di retinaku yang hampir setiap selnya memiliki sel reseptor cahaya. Di sini adalah tempat penglihatan tertajam milikmu dibentuk, namun bukan berarti bahwa itu adalah tempat di mana kau dapat benar-benar memahami obyek yang dilihat. Penglihatan adalah apa yang terjadi ketika sekelompok sel di dalam pusat visual otak dirangsang, dan gambar dipahami oleh lensa kami. Sulit dipercaya betapa cepatnya efek kimia dan peristiwa listrik pada sel reseptor cahaya kami. Efek cahaya di-sampaikan ke otakmu melalui rangsangan sinyal-sinyal listrik pada reseptor saraf optik kami dimana penglihatan aktualnya diproduksi di otak, sehingga dengan demikian sebenarnya kami hanyalah sarana visual saja.
Karena kami merupakan organ yang begitu lembut dan sensitif, Sang Pencipta menempatkan kami di rongga di dalam struktur tulang kepalamu sebagai perlindungan. Kami terpasang di dalam struktur yang sangat kuat dan aman terdiri dari tulang dagu, tulang pipi, tulang dahi, tulang orbital (yang hanya mengelilingi kami), tulang hidung dan tulang oksipital (di bagian belakang dan bawah tulang tengkorakmu), namun bukan hanya ini saja mekanisme perlindungan kami. Kami juga memiliki kelopak atas dan bawah yang kami tutup ketika ada bahaya mendekat. Kedipan berkala kelopak kami adalah untuk melindungi kornea kami dari kotoran yang datang, seperti penyeka kaca depan pada mobil. Kelopak mata kami bukanlah sekedar lipatan sederhana pada kulit, mereka merupakan sistem sekresi kelenjar yang secara terus menerus melumasi bagian dalam bulu matamu, menangkap kotoran dan debu lalu merubahnya menjadi partikel yang tidak berbahaya. Ketika kau berada dalam keadaan emosional, sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar air mata yang terletak di antara kami dengan hidung, mengisi saluran air mata melalui dua kanal dan memberikan kami basuhan yang baik. Tetapi ketika kau terlalu banyak menangis, sekresi berlebihan akan dikosongkan melalui saluran lain, yang juga akan membasuh hidungmu.
Sebagai suatu sistem yang kompleks, terkadang dapat terjadi kesalahan. Jika kau memperhatikan betapa banyaknya bagian dan jutaan sel-sel kami, tentulah Kau akan melihat ada kemungkinan salah satu komponen kami dapat gagal. Namun Sang Pencipta telah membentuk mata di kepala kebanyakan orang tanpa cacat atau kegagalan, sehingga kami dapat melayanimu untuk memandang alam semesta.
Sang Pencipta juga memberi kami sesuatu yang disebut penyakit untuk mengingatkan akan kelemahanmu, sementara cacat atau kegagalan sebagai suatu hikmah atau pembelajaran bagi manusia. Beberapa penyakit seperti diabetes, kekurangan vitamin A atau aterosklerosis dapat membuat efek negatif kepada kami dan bahkan membuat kami tidak berguna. Kami juga memiliki beberapa cacat yang kadang-kadang muncul, seperti tidak mampu melihat dari kejauhan. Kelainan fokus dapat diperbaiki dengan kacamata atau lensa, namun kesalahan pada sel reseptor cahaya yang sensitif di dalam retina lebih sulit untuk diperbaiki. Tekanan cairan di dalam ruang besar kami harus benar-benar seimbang. Jika tekanan tersebut meningkat terlalu banyak, kami akan memberikanmu rasa sakit yang hal ini oleh dokter disebut sebagai glaukoma. Jika kami kehilangan sifat tembus pandang (transparansi) kami maka penglihatanmu akan menjadi berkabut yang disebut katarak. Selain itu, ada beberapa virus dan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan penyakit, namun sel-sel pada sistem kekebalan tubuhmu adalah laksana tentara-tentara, yang dengan pertolongan Sang Pencipta, melindungimu dari para bakteri dan virus tersebut.
Lihatlah, Budi! Akan dibutuhkan banyak halaman demi halaman penjelasan bagi kami untuk menjelaskan tentang diri kami kepadamu, namun kami tidak ingin membuatmu bingung lagi dengan informasi masalah-masalah anatomi rinci. Tujuan kami adalah hanya untuk menjelaskan penciptaan bagian-bagian kami agar membuatmu takjub atas hikmah dan seni Ilahi, agar kau dapat merenungkan keajaiban penciptaan dan memberikan pujian kepada Yang Maha Kuasa atas nikmat yang telah diberikan kepadamu. Jika kita telah berhasil mencapai ini, akan menjadi berkah yang terbesar bagi mereka yang mau mengerti.
Penulis : Prof. Dr. Irfan Yilmaz
Discussion about this post