Kematian merupakan hal yang tak dapat dihindarkan. Di mana ada kehidupan, di situ akan datang kematian. Kematian di usia senja, di saat fungsi tubuh telah menurun dan segala tugas di dunia telah rampung, merupakan sebuah anugerah. Melalui kematian, si lanjut usia akan terbebas dari kesakitan maupun rasa tidak nyaman akibat berkurangnya fungsi organ. Namun, bagaimana dengan mereka yang mengalami kematian sebelum datang usia senja atau lebih populer disebut dengan istilah kematian dini?
Kematian Dini
Kematian dini adalah hilangnya sebagian masa hidup yang biasanya tidak akan terjadi dalam kematian alami.1 National Cancer Institute mendefinisikannya sebagai kematian yang terjadi pada usia di bawah rata-rata angka harapan hidup populasi tertentu.2 WHO sendiri mempersempit kematian dini hanya pada kematian akibat penyakit tidak menular pada rentang usia tertentu.
Dalam pembahasannya, terminologi ini dipersempit menjadi kematian dini akibat empat penyakit: penyakit kardiovaskular (CVD), kanker, diabetes, dan penyakit pernapasan akut. Rentang usia yang digunakan adalah kematian pada usia di antara 30-70 tahun. Angka 30 diambil karena mewakili titik dalam siklus hidup, yang risiko kematian akibat empat penyakit tersebut mulai meningkat pada sebagian besar populasi. Sementara itu, batas atas, yaitu usia 70 tahun, diambil karena dua alasan:
Untuk mengidentifikasi rentang usia ketika kematian akibat penyakit kronis dapat benar-benar dianggap sebagai penyebab kematian dini di hampir seluruh wilayah dunia
Estimasi kematian akan semakin tidak pasti penyebabnya pada usia lanjut karena meningkatnya proporsi penyebab penyakit dan meningkatnya level komorbid.3
Definisi kematian dini tampaknya juga cocok untuk konteks Indonesia, mengingat saat ini rata-rata usia harapan hidup orang Indonesia per tahun 2022 adalah 69,93 pada laki-laki dan 73,83 tahun pada perempuan. Dengan demikian, orang yang meninggal dunia di usia di bawah rata-rata usia harapan hidup orang Indonesia bisa masuk ke dalam kriteria definisi kematian dini.4
Di Asia Tenggara, 21,6% pengidap empat penyakit tersebut meninggal dunia sebelum usia 70 tahun. Secara global, laki-laki lebih berisiko mengalami kematian dini dibandingkan perempuan. Meskipun lajunya melambat pasca aplikasi Sustain Development Goals (SDGs) pada tahun 2015, secara matematika pada tahun 2048 nanti hanya wilayah Afrika, Mediterania Timur, dan Eropa saja yang diperkirakan bisa mencapai target SDGs 2030.5
Dampak Kematian Dini
Kematian dini, di satu sisi, berarti kematian manusia di usia produktif. Dengan demikian, kematian dini membuat sebuah negara kehilangan sumber daya manusia yang tengah berada pada usia emasnya. Pembiaran kematian dini akan membuat sebuah bangsa kehilangan sumber daya manusia produktif, kreatif, dan dinamis, yang mungkin di masa sebelumnya, pemerintah telah berinvestasi terhadapnya melalui beragam skema pendidikan, beasiswa, pelatihan, dan sebagainya yang juga mengambil anggaran yang tidak sedikit. Mengambil pendekatan kebijakan kesehatan masyarakat yang tidak tepat akan membuat negara tak sempat mengecap kecemerlangan pengalaman, karya, dan karsa yang telah diraihnya selama proses pendidikan dan penerapan ilmunya.
Di sisi lain, kematian kepala keluarga pada usia dini akan mengakibatkan sebuah keluarga kehilangan salah satu sumber pendapatannya. Di sebagian kasus, hal tersebut bisa menyebabkan guncangan ekonomi, terganggunya rencana studi anak-anak, serta keharusan anggota keluarga lainnya untuk bekerja ekstra demi memenuhi kebutuhan ekonomi yang mengakibatkan kurangnya waktu perhatian ibu pada anggota keluarga di dalam rumah.
Bagi negara, meningkatnya kematian dini berarti berkurangnya produktivitas kerja. Hilangnya SDM di usia produktif berarti berkurangnya pemasukan negara melalui pembayaran pajak dan sirkulasi ekonomi di akar rumput. Kematian dini juga berarti tambahan anggaran santunan dan pembayaran premi asuransi kematian. Demikian signifikannya pengaruh kematian dini, baik pada entitas masyarakat mulai dari unit terkecil hingga unit terbesar, hingga sudah sepatutnya kita melakukan sesuatu untuk mengantisipasinya.
Kematian dini akibat penyakit tidak menular khususnya yang diakibatkan oleh penyakit CVD dan diabetes sebenarnya bertalian erat dengan pola hidup. Meskipun ada faktor lain yang memicu kasus kematian dini seperti depresi, bunuh diri, maupun kecelakaan, tetapi sepertinya kita masih bisa menaruh harapan penyelesaian masalah-masalah tersebut pada usaha peningkatan aktivitas gerak fisik, yang dapat memberi kita harapan untuk memperbaiki kualitas jasmani umat manusia di dunia. Selain itu, ia juga mengembuskan angin kebahagiaan yang cukup berarti bagi perbaikan kesehatan mental masyarakatnya.6
Mengurangi Risiko Kematian Dini dengan Aktivitas Fisik7
Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dapat mengurangi risiko terkena penyakit CVD dan semua penyebab kematian. Sementara itu, berjalan kaki adalah jenis aktivitas fisik yang bisa dilakukan oleh semua kalangan. Ia bisa diukur dengan mudah menggunakan smartphone, smartwatche, pedometer, accelerometer, atau jam tangan biasa. Masih dari riset yang sama, ditemukan bahwa jumlah langkah minimal yang bisa mengurangi semua jenis kematian adalah sebanyak 2.517 langkah/hari. Jumlah langkah tersebut mampu mengurangi kematian hingga 8%. Sementara itu, jumlah langkah minimal untuk mengurangi risiko CVD adalah 2.735 langkah/hari, selain juga mampu mengurangi angka kesakitan hingga 11%.
Ada pertanyaan berkaitan dengan jika ada langkah minimum, apakah juga ada jumlah langkah maksimum? Dosis optimal ditemukan pada angka 8.763/hari, jumlah yang sanggup mengurangi risiko segala jenis kematian hingga 60%. Untuk mengurangi risiko CVD optimum diperlukan 7.126 langkah/hari, yang juga mampu mengurangi risiko hingga 51%. Meskipun melangkah lebih dari angka tersebut tidak lagi memberi manfaat kesehatan, bukan berarti kita mencegah seseorang untuk melakukannya. Gaya hidup yang penuh dengan aktivitas fisik memberi manfaat lain seperti kebahagiaan, meningkatnya kualitas hidup, serta membaiknya kesehatan mental dan kualitas tidur.
Gambar 1. Hubungan Dosis-Respons Jumlah Langkah Harian dengan Hasil Klinisnya terhadap Kematian dengan Segala Penyebab dan
Insidensi Terjadinya CVD8
Jika Menghitung Langkah Sulit, Bagaimana Konversinya ke Menit?
Dalam rekomendasinya, WHO sendiri sebenarnya menggunakan standar waktu alih-alih standar jumlah langkah per hari. WHO sangat merekomendasikan orang dewasa untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur. Orang dewasa setidaknya harus melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama setidaknya 150-300 menit/minggu. Contoh aktivitas fisik dengan intensitas sedang adalah jalan santai, main badminton, tenis dengan pemain ganda, bersepeda, menari, sepatu roda, dan sebagainya. Kita bisa mengurangi durasi waktunya menjadi setidaknya 75-150 menit dengan cara meningkatkan intensitasnya menjadi lebih berat, misalnya mengganti jalan santai menjadi jalan cepat. Contoh lain aktivitas fisik dengan intensitas berat adalah berlari, berenang, bersepeda sambil menaiki bukit atau mengayuhnya dengan kecepatan tinggi, sepak bola, senam, seni bela diri, dan aerobik.
Jika olahraga 150 menit sudah bisa dirutinkan, langkah berikutnya adalah menambah porsi aktivitas dengan rekomendasi WHO lainnya. Selain aktivitas fisik, orang dewasa sangat direkomendasikan oleh WHO untuk melakukan aktivitas otot pada intensitas sedang setidaknya dua hari per minggu. Aktivitas ini akan memberikan tambahan manfaat bagi kesehatan kita.9 Contoh aktivitas otot yang bisa dilakukan adalah angkat beban, berkebun (menggali, menyekop), menaiki tangga, mendaki bukit, bersepeda, menari, push up, sit up, squat, yoga, plank, dan sebagainya.
Apakah Porsi Olahraga yang Lebih Ringan Masih Memberi Manfaat bagi Newbie seperti Saya?
Meski studi mengisyaratkan langkah minimum supaya kita memperoleh manfaat kesehatan, memulai kebiasaan baru dengan tambahan 1000 langkah per hari juga tak bisa dipandang remeh.10 Sesuatu yang besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil. Standar minimal aktivitas yang disarankan WHO yaitu aktivitas sedang 75 menit per minggu. Bila dicicil dalam tujuh hari, akan didapatkan angka 11 menit per hari. Meskipun durasi yang lama mengisyaratkan efek yang lebih besar, sejatinya aktivitas fisik apa pun, dalam durasi berapa pun, dan printilan-printilannya akan tetap meningkatkan kualitas hidup kita.
Hal-hal kecil seperti memilih naik tangga daripada naik lift, pergi ke toko kelontong dengan jalan kaki daripada naik sepeda motor, jalan cepat, mendorong bayi dengan stroller mengelilingi kompleks perumahan, atau meninggalkan smartphone untuk bermain di halaman sekolah selama 11 menit masih bisa dianggap sebagai bagian dari ragam aktivitas fisik yang direkomendasikan.
Jika kita tidak memiliki bahkan 11 menit pun, kita dapat menguranginya menjadi 5 menit saja dengan cara meningkatkan intensitasnya dari jalan santai menjadi jalan cepat. Bahkan berlari 5-10 menit per hari dengan kecepatan lambat kurang dari 10 km/jam cukup untuk menurunkan risiko penyakit CVD dan kematian akibat semua sebab. Peneliti menemukan fakta bahwa orang yang berlari kurang dari 75 menit per minggu sekalipun tetap mendapatkan manfaat yang positif bagi angka mortalitasnya. Dalam analisis tambahan, mereka menemukan bahwa lari minimal mulai dari 30-59 menit/minggu (5-10 menit/hari) berhubungan baik dengan risiko kematian yang lebih rendah untuk semua penyebab (HR: 0,72; 95% CI: 0,59 hingga 0,88) maupun mortalitas akibat CVD (HR: 0,42; 95% CI: 0,28 hingga 0,63) dibandingkan dengan orang yang tidak berlari.
Hasil riset ini semoga dapat memotivasi kita yang masih sehat tetapi belum banyak bergerak untuk memulai rutinitas baru demi kualitas hidup yang lebih baik dan masa produktif yang lebih lama.11 Sehubungan dengan berjalan kaki, Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ خَيْرَ مَا تَدَاوَيْتُمْ بِهِ السَّعُوطُ وَاللَّدُودُ وَالْحِجَامَةُ وَالْمَشِيُّ
“Sebaik-baiknya aktivitas untuk mengobati diri adalah dengan mengobati diri melalui hidung, mulut, bekam, dan al-masy.”12 (Yang dimaksud dengan al-masy dalam hadis ini adalah berjalan kaki).13
Menjaga kesehatan adalah ikhtiar kita dalam menjaga jiwa. Sang Maha Kuasa telah mengamanahkan jiwa kepada kita sehingga kita bisa menunaikan tugas sebagai hamba dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Oleh karenanya, menjaga kesehatan berarti ikhtiar untuk menunaikan amanah menjaga jiwa. Para imam besar seperti Imam Zarkasyi dan Imam al-Qarafi sendiri meletakkan tugas menjaga jiwa sebagai urutan pertama dalam kelas al-maqashid al-khamsah.14 Jika menjaga jiwa demikian penting dan menempati urutan pertama, masihkah kita akan menjadikannya nomor dua?
Keterangan:
- Insidensi berarti jumlah kasus baru penyakit yang ditemukan pada populasi individu yang berisiko selama interval waktu tertentu.
- CI (Confidence Interval) atau interval kepercayaan adalah sebuah rentang nilai yang digunakan untuk menentukan seberapa yakin kita terhadap suatu parameter yang diestimasi dari sebuah sampel. Rentang nilai ini ditentukan berdasarkan tingkat keyakinan yang diinginkan, misalnya 95%. Artinya, jika kita mengambil sampel yang berbeda dari populasi yang sama dan menghitung interval keyakinan yang sama, kita akan mengharapkan sekitar 95% dari interval tersebut untuk mencakup parameter populasi yang sebenarnya.
- HR (Hazard Ratio) merupakan jenis risiko relatif yang dihitung menggunakan teknik statistika Survival Analysis. HR menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian. HR hanya menunjukkan apakah suatu efek akan terjadi atau tidak, tetapi tidak menunjukkan seberapa cepat efek tersebut terjadi. HR: 0,72 misalnya berarti lari bisa menurunkan risiko kematian akibat semua sebab sebanyak 1/0,72 kali atau 1,39 kali.
- Istilah al-maqashid al-khamsah (lima tujuan) merupakan tujuan syariat untuk memelihara/menjaga unsur lima yang mesti ada demi terwujudnya kemaslahatan manusia dari segi agama dan dunia. Apabila hal ini tidak ada, maka akan menimbulkan kerusakan bahkan hilangnya hidup dan kehidupan. Yang termasuk maslahat atau al-maqashid al-khamsah adalah: agama (al-din), jiwa (al-nafs), keturunan (al-nasl), harta (al-mal) dan akal (al-‘aql).
Referensi:
- Guria, J. C. (2020). Estimating the Human Cost of Transportation Accidents, Elsevier: p 115. doi:10.1016/b978-0-12-812611-0.00004-9
- National Cancer Institute. NCI Dictionaries: Dictionary of cancer terms: Premature death. 2021. Available: https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/premature-death
- WHO, “Premature mortality from noncommunicable disease,” diakses di https://www.who.int/data/gho/indicator-metadata-registry/imr-details/3411 pada tanggal 8 Februari 2024 pukul 14.07 WIB.
- BPS, 2023, “Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin (Tahun), 2022”, https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/NTAxIzI=/angka-harapan-hidup-laki-laki–2022.html, diakses pada tanggal 8 Februari 2024 pukul 14:39 WIB.
- World health statistics 2023: Monitoring Health for the SDGs, Sustainable Development Goals. Geneva: World Health Organization; 2023. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO., hlm. 10.
- Zhang, Z., Chen, W. A Systematic Review of the Relationship Between Physical Activity and Happiness. J Happiness Stud 20, 1305–1322 (2019). https://doi.org/10.1007/s10902-018-9976-0
- Stens NA dkk. (2023). ‘Relationship of Daily Step Counts to All-Cause Mortality and Cardiovascular Events.’ J Am Coll Cardiol. 2023 Oct. 10;82(15):1483-1494. doi: 10.1016/j.jacc.2023.07.029. Epub 2023 Sep 6. PMID: 37676198.
- Ibid, hlm. 1489.
- WHO guidelines on physical activity and sedentary behaviour. Geneva: World Health Organization; 2020. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO, hlm. 2-8.
- Liu Y, Sun Z, Wang X, Chen T, Yang C. Dose response association between the daily step count and all-cause mortality: a systematic review and meta-analysis. J Sports Sci. 2022;40:1678-1687.
- Duck-chul Lee, Russell R. Pate, Carl J. Lavie, Xuemei Sui, Timothy S. Church, Steven N. Blair, Leisure-Time Running Reduces All-Cause and Cardiovascular Mortality Risk, Journal of the American College of Cardiology, vol. 64, edisi 5, 2014, hlm. 472-481, https://doi.org/10.1016/j.jacc.2014.04.058
- Tirmidzi, al-Thibb, 2047.
- Misbahuddin, “Olahraga Jalan Kaki ala Rasulullah SAW”, Bincang Syariah, 18 Juni 2018, https://bincangsyariah.com/khazanah/olahraga-jalan-kaki-ala-rasulullah-saw/
- Afridawati, A. (2022). Stratifikasi al-Maqashid al-Khamsah (agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta) dan Penerapannya dalam Maslahah.. Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, 6(2), hlm. 100-117. https://doi.org/10.32694/qst.v6i2.1231







Discussion about this post