Menjadi seorang profesor tingkat dunia, terutama di bidang matematika yang sering menjadi momok bagi banyak orang pasti membutuhkan perjuangan khusus. Putra Lumajang yang dahulu sering mewakili sekolahnya di berbagai lomba cerdas cermat ini, sudah memulai perjuangannya dari sejak kecil. Setiap hari, Hadi kecil harus mengayuh sepeda berjarak sekitar 15 kilometer jauhnya untuk bisa mengenyam pendidikan formal, perjuangan ini memberikan hasil yang membanggakan karena akhirnya beliau selalu menjadi juara di kelasnya. Menjelang lulus SMA ujian berat harus dihadapi karena orangtuanya bangkrut total terjebak rentenir, maka sawah bahkan rumah satu-satunya yang dimiliki harus terjual. Semangat dari keluarga terutama ibunda yang tak menginginkan putranya putus sekolah melecut seorang Hadi Susanto untuk bisa menyelesaikan kuliah di jurusan Matematika ITB bahkan meneruskan hingga tingkat Doktor di luar negeri. Berikut petikan wawancara Mata Air dengan pakar Matematika tingkat dunia yang juga seorang penggemar sastra dan banyak menerbitkan buku serta ratusan karyanya sudah dimuat di berbagai jurnal internasional ini.
Mata Air: Perjalanan hidup Anda pasti sangat menarik, bagaimana ceritanya bisa menjadi Profesor Matematika tingkat dunia? Apa motivasi terbesar dalam meraih pencapaian ini?
Prof. Hadi: Saya lahir dan besar di Lumajang. Sekolah dari SD sampai SMA di….
Discussion about this post