• Privacy & Policy
  • Kontak
  • Tentang Kami
    • Profil
    • Redaksi dan Manajemen
    • Dewan Penasihat
  • Mata Air di Dunia
    • Arabic
    • Deutsch
    • English
    • Spanish
    • Turkish
  • FAQ
  • Kirim Artikel
  • Karir
Friday, September 22, 2023
  • Login
Majalah Mata Air
Advertisement
  • Home
  • Rubrik
    • Sains
    • Budaya
    • Spiritualitas
  • Penulis
    • M. Fethullah Gülen
    • Dr. Ali Unsal
    • Astri Katrini Alafta S.S. M.Ed.
    • Abdullah Farid
  • Event
  • Tetes Mata Air
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Produk Kami
    • Buku Digital
    • Majalah Digital
    • Mata Air dalam Genggaman
  • Semua Membacanya 2023
No Result
View All Result
  • Home
  • Rubrik
    • Sains
    • Budaya
    • Spiritualitas
  • Penulis
    • M. Fethullah Gülen
    • Dr. Ali Unsal
    • Astri Katrini Alafta S.S. M.Ed.
    • Abdullah Farid
  • Event
  • Tetes Mata Air
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Produk Kami
    • Buku Digital
    • Majalah Digital
    • Mata Air dalam Genggaman
  • Semua Membacanya 2023
No Result
View All Result
Majalah Mata Air
No Result
View All Result
Home Sains

Kesehatan – Ilmu Pengetahuan – Teknologi (Edisi 33)

by admin
2 years ago
in Sains
Reading Time: 4 mins read
Share on WhatsappShare on FacebookScan and read on your phone

FOMO Berimbas pada Manusia Segala Usia

 

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, fenomena FOMO  (Fear of Missing Out) atau “rasa takut akan ketinggalan” telah menimpa kebanyakan dari kita dalam satu titik tertentu. Di era media sosial kini, seringkali kita membandingkan diri dengan orang lain: teman, keluarga, atau bahkan selebriti terkenal. Apa yang orang lain miliki, apa yang mereka lakukan dan yang tidak kita lakukan mungkin dapat menggiring kita pada pemikiran negatif terhadap diri kita sendiri. Pikiran tersebut dapat mengarahkan kita pada kegelisahan, kesedihan, kedengkian, dan kemarahan. Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa FOMO yang pada awalnya diyakini sebagai permasalahan hanya bagi para remaja saja, ternyata juga dapat menjangkiti siapa pun, tak pandang usia.

Para ilmuwan mengadakan sebuah survey pada lebih dari 400 orang di seluruh Amerika Serikat dari rentang usia 14 hingga 47 tahun. Mereka mengajukan serangkaian pertanyaan berkaitan dengan persepsi diri, kepuasan hidup, dan penggunaan media sosial. Para ahli menduga bahwa FOMO akan lebih banyak terjadi pada kelompok remaja saja, mengingat remaja mengalami begitu banyak perkembangan sosial dalam rentang waktu singkat. Namun ternyata, hasil yang didapatkan menunjukkan sebuah pola persebaran pada semua usia. Terlebih lagi, mereka menyangka bahwa media sosial menjadi  faktor utama penyebab FOMO atau rasa takut akan ketinggalan. Namun ternyata mereka menemukan bahwa prediksi itu tidaklah tepat bagi kondisi tersebut. Misalnya, dua orang dengan konsumsi media sosial yang hampir sama ternyata memiliki tingkat rasa takut ketinggalan yang berbeda. Satu orang mungkin merasa minder melihat kesibukan orang lain, sementara yang satunya lagi malah merasa kesal. Terlebih dari itu, media sosial dianggap memperkuat kecemasan orang yang seakan-akan telah mengalami kondisi FOMO ini. Pada akhirnya, bukanlah usia maupun konsumsi media sosial, melainkan persepsi diri yang membentuk pola pikir sejauh mana  tingkat rasa takut ketinggalan memengaruhi mental seseorang. Peneliti mengatakan bahwa kesendirian, rendahnya rasa percaya pada diri sendiri, dan kurangnya rasa cinta pada diri sendiri berkontribusi besar pada munculnya perasaan cemas.

RelatedArticles

Kesehatan – Ilmu Pengetahuan – Teknologi (Edisi 39)

Siang dan Malam dalam Al-Qur’an

Studi ini menyimpulkan bahwa salah satu solusi utama kecemasan yang didorong oleh FOMO tak lain adalah dengan membatasi penggunaan media sosial atau bahkan tidak menggunakannya sama sekali untuk beberapa saat. Sebagai tambahan, berkonsultasi pada orang yang ahli di bidangnya guna mendapatkan dukungan dalam mengatasi persepsi negatif pada diri sendiri, yakni dengan mengubah “kesalahan” atau “kekurangan” menjadi sebuah tantangan yang dapat diatasi.

 

Barry CT et al. Fear of missing out (FoMO): A generational phenomenon or an individual difference? Journal of Social and Personal Relationships, August 2020.

 

Bahkan Senyum Palsu Dapat Memanipulasi Otak Menjadi Lebih Positif

 

Benarkah bahwa sebuah senyuman dapat membuat segalanya lebih baik? Apakah ada bukti ilmiah atas pernyataan tersebut? Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa meskipun kita tidak merasa ingin benar-benar  tersenyum atau saat kita tersenyum palsu, ternyata hal itu tetap dapat memberikan dampak positif. Temuan ini terasa begitu relevan dengan kondisi dunia yang saat ini berkutat dengan krisis pandemi Covid-19, yang menyebabkan munculnya gejala gangguan kekhawatiran dan depresi secara global.

Studi ini menguji para peserta yang diminta untuk meletakkan sebuah pena di antara gigi-gigi mereka (menggigitnya), dengan tujuan memaksa wajah mereka menggunakan otot selayaknya ketika tersenyum. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas otot wajah tidak hanya mengubah ekspresi wajah tetapi juga ekspresi tubuh seseorang, yang keduanya menghasilkan lebih banyak emosi positif. Praktik tersenyum “terpaksa” ini mampu menstimulasi amigdala, yang tak lain merupakan pusat emosional pada otak manusia, untuk melepaskan neurotransmiter guna mendorong keadaan emosional yang positif.

Studi ini memiliki implikasi menarik bagi kesehatan mental, yakni jika kita dapat memanipulasi otak dengan rangsangan perasaan “bahagia”, maka kita dapat menggunakan mekanisme ini untuk mambantu meningkatkan kualitas kesehatan mental. Penemuan ini memberi menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara aksi dan persepsi. Sistem persepsi dan motorik bekerja bersama-sama ketika kita memroses rangsangan secara emosional. Ungkapan “Berpura-puralah sampai kau benar-benar berhasil melakukannya” ternyata lebih realistis daripada yang orang-orang bayangkan.

 

Ramos FM et al. Your Face and Moves Seem Happier When I Smile. Experimental Psychology, May 2020

 

Terapi Berbasis Sel Dapat Digunakan dalam Penyembuhan Obesitas dan Diabetes

 

Obesitas merupakan pemicu utama penyakit diabetes tipe 2 dan terhubung pada berbagai penyakit kronis yang akan memicu kematian global tahun ini, lebih banyak daripada kasus kematian yang diakibatkan oleh virus corona. Para ilmuwan baru-baru ini berhasil mengembangkan sebuah konsep terapi berbasis sel baru dalam pengobatan obesitas. Terapi potensial bagi obesitas ini akan mendayagunakan sel HUMBLE (human brown-like) atau sel lemak  kecokelatan, atau sel lemak putih manusia yang telah dimodifikasi secara genetika agar menyerupai sel lemak kecokelatan sesungguhnya yang menghasilkan panas tubuh. Sel lemak kecokelatan maupun sel lemak putih tidak menyimpan energi, tapi membakarnya. Dalam proses ini, lemak kecokelatan mampu mengurangi kadar glukosa dan lemak berlebih dalam darah yang terhubung pada penyakit metabolisme seperti diabetes. Sayangnya, orang yang kelebihan berat badan atau obesitas cenderung memiliki lebih sedikit lemak kecokelatan yang bermanfaat ini. Keberadaan sel HUMBLE diharapkan dapat mengatasi permasalahan ini.

Tim peneliti mula-mula memproduksi sel HUMBLE dari preadiposit putih lalu menggunakan sistem modifikasi genom CRISPR-Cas9 untuk menstimulasi ekspresi dari gen UCP1 yang nantinya dapat mengubah preadiposit putih menjadi sel lemak kecokelatan. Ketika sel HUMBLE ditransplantasikan ke tikus, sel-sel itu lalu secara mengejutkan berfungsi selayaknya lemak kecokelatan milik si tikus sendiri.  Dalam diet tinggi lemak, tikus yang menerima modifikasi sel HUMBLE menunjukkan sensitivitas lebih tinggi terhadap insulin, dan kemampuan menghilangkan glukosa dari darah lebih baik daripada tikus yang ada di grup kontrol. Selain itu, berat badan tikus-tikus tersebut juga berkurang.

Hasil uji coba hewan ini sangat memuaskan tim ilmuwan. Harapannya, mereka dapat segera mengaplikasikan sel cokelat HUMBLE  ke tubuh pasien. Prosedur ini akan dimulai dengan pengambilan sejumlah kecil preadiposit putih dari pasien, memisahkan sel-sel prekursor, memodifikasi sel-sel tersebut untuk menstimulasi ekspresi dari gen UCP1, dan terakhir mentransplantasi ulang sel HUMBLE ke dalam tubuh pasien. Meski begitu, tantangannya adalah bahwa prosedur ini sangat rumit dan mahal. Solusi alternatifnya adalah dengan menggunakan sel tak teradaptasi yang kemudian dienkapsulasi dengan biomaterial yang melindungi sel-sel agar tidak ditolak oleh sistem imun pasien.

Pilihan lain yang mungkin akan diterapkan adalah dengan melakukan pendekatan terapi gen yang secara langsung menghasilkan ekspresi gen UCP1 dalam sel progenitor lemak putih. Sel tersebut akan mendapatkan jaringan yang menyerupai lemak kecokelatan. Dahulu, penerapan terapi berbasis sel atau gen dalam pengobatan obesitas terkesan seperti sains fiktif (angan-angan). Akan tetapi, perkembangan sains di masa kini, seperti teknologi modifikasi genom CRISPR-Cas9, akan membantu kita dalam meningkatkan metabolisme, berat badan, kualitas hidup, dan secara umum kesehatan bagi mereka yang memiliki obesitas dan diabetes.

 

Wang CH et al. CRISPR-engineered human brown-like adipocytes prevent diet-induced obesity and ameliorate metabolic syndrome in mice. Science Translational Medicine, August 2020.

Tags: Diabetesobesitassenyumtakut
Previous Post

Pola Matematika Alam Petunjuk Bagi Keteraturan Semesta (Wawancara dengan Prof. Dr. Hadi Susanto)

Next Post

Keseimbangan dalam Mendidik Anak

admin

admin

Related Posts

Kebakaran Hutan
Sains

Kesehatan – Ilmu Pengetahuan – Teknologi (Edisi 39)

5 days ago
Siang dan Malam dalam Al-Qur’an
Astronomi

Siang dan Malam dalam Al-Qur’an

5 days ago
Load More

Discussion about this post

POPULAR POST

  • Taubah, Inabah, dan Aubah

    Taubah, Inabah, dan Aubah

    883 shares
    Share 353 Tweet 221
  • Hewan-hewan yang Menantang Suhu Dingin

    776 shares
    Share 311 Tweet 194
  • Shuffah, Pusat Bagi Para Jenius

    738 shares
    Share 295 Tweet 185
  • Syair Rindu Sang Musafir

    693 shares
    Share 278 Tweet 173
  • Buku atau Gadget

    640 shares
    Share 257 Tweet 160

Majalah Mata Air menyuguhkan bahan bacaan untuk mengembangkan cakrawala pemikiran.

Ikuti Kami

Categories

Bulan Terbit

Kebakaran Hutan

Kesehatan – Ilmu Pengetahuan – Teknologi (Edisi 39)

September 18, 2023
Siang dan Malam dalam Al-Qur’an

Siang dan Malam dalam Al-Qur’an

September 18, 2023
Ketenagan Jiwa

Sakinah dan Thuma’ninah atau Ithmi’nan

September 12, 2023
  • Tentang
  • Ketentuan
  • Kirim Tulisan

© 2021 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

No Result
View All Result
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Berlangganan Majalah
  • Blog
  • Buku Digital
  • Cart
  • Checkout
  • Checkout
    • Purchase Confirmation
    • Purchase History
    • Transaction Failed
  • Dashboard
  • Dewan Penasihat
  • Event
  • FAQ
  • FAQ Tetas Mata Air
  • Form Berlangganan
  • Form Kirim Artikel Semua Membacanya 2022
  • Gallery
  • Hubungi Mata Air
  • Instructor Registration
  • Jenis Pendaftaran
  • Karir
  • Kirim Artikel
  • Kirim Artikel Semua Membacanya 2022
  • Kirim Tulisan
  • Kuis Majalah Mata Air
  • langganan
  • Langganan Individu
  • Langganan Kelompok
  • LCCL Mata Air 2023
  • Liputan
  • Lomba Menulis Artikel
  • Majalah Digital
  • Majalah Mata Air Edisi 1
  • Majalah Mata Air Edisi 2
  • Majalah Tergantung
  • Mata Air dalam Genggaman
  • Mata Air On Air
  • My account
  • Paket Majalah
  • Pembahasan Try Out Cahaya Abadi
  • Pembahasan Try Out Sirah Nabawiyah
  • Pembahasan Ujian Cahaya Abadi
  • Pemenang SM21
  • Penulis
  • Penulis
  • Polling Cover Buku “Hening Sejenak”
  • Privacy Policy
  • Produk Kami
  • Produk Mata Air di Playbook
  • Profil
  • Proposal Landing Page
  • Quotes
  • Redaksi dan Manajemen
  • Relawan
  • Rubrik
  • Rubrik
  • Seminar 1
  • Seminar 2
  • Seminar 3
  • Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 1 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 2 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 3 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
  • Semua Membacanya
  • Semua Membacanya 2022
  • Semua Membacanya 2023
  • Semua Membacanya 2023
  • Shop
  • Soal dan Kunci Jawaban Fikih Sirah
  • Soal dan Kunci Jawaban Cahaya Abadi 2
  • Soal dan Kunci Jawaban Khulasoh Nurul Yaqin
  • Soal dan Kunci Jawaban Mentari Kasih Sayang
  • Soal dan Kunci Jawaban Sirah Nabawi
  • Student Registration
  • Tentang
  • Terima Kasih
  • Try Out
  • Ujian Final
  • Workshop

© 2021 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist