Secara bahasa, kata ihsan digunakan untuk mengungkapkan dua hal berikut ini: Pertama, أَحْسَنَهُ “ahsanahu” yang berarti: Membuat sesuatu dengan baik dan sempurna, berperilaku dengan kesadaran ihsan, senantiasa menjalankan sesuatu dengan kesempurnaan. Kedua, أَحْسَنَ اِلَيْهِ “ahsana ilaihi” yang bermakna: Melakukan kebaikan, berbuat ihsan, atau berada dalam suatu kebaikan.
Makna di atas kedua-duanya disarikan dari Al-Qur’an dan hadis. Dalam beberapa kesempatan, hanya salah satu dari makna keduanya yang disebut, sedangkan di beberapa kesempatan lain disampaikan makna kedua-duanya sekaligus. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam sebuah ayat yang menggambarkan tentang kesadaran ihsan Nabi Yusuf ‘alaihi salam.
Menurut para ahli hakikat, ihsan adalah “Berpikir secara baik sesuai takaran kebenaran, menaruh perhatian pada hal-hal baik, menyibukkan diri dengan sesuatu yang baik, serta merupakan sebuah amalan kalbu atau segala perilaku yang berhubungan dengan penghambaan yang direpresentasikan dengan penuh ketelitian luar biasa dengan kesadaran bahwa hal tersebut akan ditunjukkan dalam pandangan Allah.”
Untuk dapat menggapai derajat ihsan, yang harus dilakukan adalah membangun perasaan, pemikiran, dan penggambaran dalam keimanan yang sehat; memperdalamnya dengan kenyataan-kenyataan iman dengan prinsip-prinsip islami; serta menaikkan derajatnya dengan tolok ukur kalbu yang mengapresiasi. Sedangkan perasaan ihsan kepada orang lain dan hal-hal lainnya adalah sikap alami kalbu yang telah bersenyawa dengan muraqabah Ilahi….
Discussion about this post