Siklus kehidupan pada hakikatnya akan menjadi pengalaman setiap entitas di muka bumi, termasuk manusia. Fase kehidupan hamba, dimulai dari penciptaan ruh, berada dalam kandungan, lahir ke dunia, hingga kemudian meninggal, adalah takdir setiap manusia yang kita semua menunggu keniscayaan untuk ia benar-benar terjadi. Ia tak terhindarkan oleh sebab alasan keyakinan manusia yang beragam, misalnya karena ketakutan, atau tidak mengakui adanya Tuhan sekalipun. Siap tidak siap, siapa pun orangnya, saat waktunya tiba pasti ia akan mati. Bagi umat Islam, kematian adalah rahasia Allah. Tidak ada yang tahu kapan datangnya. Ia tidak bisa dimaju-mundurkan, diminta, tidak pula bisa ditunda.
Meskipun kematian adalah rahasia Tuhan, segelintir manusia kadang sengaja mempercepat kematiannya. Memilih mengakhiri hidupnya dengan berbagai alibi dan alasan, salah satunya dengan cara bunuh diri. Berita mengenai orang bunuh diri acap kali menghiasi linimasa media sosial kita. Misalnya, beberapa bulan lalu, seorang pria berumur 53 tahun dikabarkan kehilangan nyawanya usai melompat dari lantai 26 di sebuah apartemen di Ibukota. Pria tersebut diduga berani melakukan hal tersebut dikarenakan terlilit hutang (Secha, 2021). Cerita lain, masih di bulan yang sama, seorang remaja meninggal usai melompat dari parkiran pusat perbelanjaan di kota Bandung. Polisi memastikan remaja itu bunuh diri (Ramadhan, 2021). Cerita lain yang sempat mencuat adalah kasus seorang pria lanjut usia yang juga melakukan aksi bunuh diri dengan melompat dari lantai lima sebuah apartemen di kota kembang (Tim detikcom, 2021).
Berita-berita tersebut hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak berita bunuh diri yang ada di Indonesia. Terdapat banyak kasus yang terjadi setiap harinya, mungkin sekarang masih ada berita terbaru lagi atau cerita yang sama, namun tidak pernah diberitakan.
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), pada tahun 2019 menetapkan “bunuh diri” sebagai tema hari Kesehatan Mental Dunia. Menurut WHO, angka kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia mendekati 800 ribu kasus per tahun, setara dengan 1 kematian setiap 40 detik (WHO, 2019). Setiap 10 September juga diperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Hari tersebut menandakan bahwa dunia perlu menyadari fenomena ini, mengingat angka bunuh diri di dunia terus bertambah setiap tahunnya.
Sementara itu, tidak ada data pasti di Indonesia yang menyebutkan berapa jumlah kasus bunuh diri terjadi. WHO memperkirakan angka bunuh diri di Indonesia sebesar 1,6 persen per 100 ribu penduduk atau 5.000 orang per tahunnya. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia juga mencatat, keinginan untuk bunuh diri telah menyasar anak usia SMP hingga SMA. Dari 10.837 responden, sebanyak 4,3 persen laki-laki dan 5,9 persen perempuan memiliki keinginan untuk bunuh diri.
Dikutip dari CNN Indonesia, per tanggal 13 September 2015, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat bahwa provinsi Jawa Tengah merupakan daerah yang paling banyak melaporkan kasus bunuh diri, yakni sebanyak 160 kasus. Sedikit dari data bunuh diri yang terungkap di Indonesia ternyata ditengarai oleh stigma yang berkembang di masyarakat dan nilai keagamaan yang memengaruhi respons masyarakat terhadap bunuh diri (Putra, Karin, & Ariastuti, 2019).
Penelitian di atas menunjukkan bahwa bunuh diri menjadi ancaman yang serius bagi jiwa manusia. Perlu kesadaran bagi kita semua untuk mencegahnya. Bunuh diri terpicu oleh adanya masalah yang sering dianggap sepele, seperti hutang, putus cinta, hingga prahara keluarga dan rumah tangga. Namun fenomena tersebut seringkali disalahpahami. Padahal, bunuh diri merupakan fenomena yang dipengaruhi olej beragam faktor, seperti psikologis, sosial, biologis, budaya, dan tak terkecuali oleh lingkungan sekitar. Dengan kata lain, tak ada faktor tunggal yang mempengaruhi seseorang untuk mengakhiri hidupnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Fidiansyah, mengatakan bahwa hingga kini depresi masih menjadi faktor yang paling memicu seseorang melakukan bunuh diri (Cozanah, 2019). Depresi merupakan gangguan psikologi yang sangat serius. Orang yang depresi kerap kesulitan menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Orang depresi membutuhkan penanganan yang serius, dukungan dari lingkungan dan orang di sekitarnya, serta keinginan yang kuat untuk sembuh.
Bunuh diri, terutama yang disebabkan oleh depresi, dapat dicegah dengan mengenali latar belakang pemicunya. Yang tidak kalah penting adalah dengan mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi mereka kesempatan untuk berbicara tentang perasaannya dan mengungkapkan isi hatinya. Sebagai pendengar, kita juga perlu menghargai pemikirannya, serta memberikan solusi agar ia mengurungkan niat bunuh dirinya.
Dalam Islam, bunuh diri memiliki hukum yang jelas, yaitu haram. Baik di dalam Al-Qur’an maupun Hadis, dalilnya sama-sama kuat. Membunuh diri sendiri termasuk dosa besar. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Surat An-Nisa ayat ke-29: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allâh Maha Penyayang kepadamu.”
Berkaitan dengan firman Allah ‘azza wa jalla tersebut, salah seorang mufasir, Imam Ibnu Katsir rahimahullah, mengatakan bahwa ayat tersebut memilki makna ‘’dan janganlah kamu membunuh dirimu, yaitu dengan melanggar perkara-perkara yang diharamkan Allâh ‘azza wa jalla, melakukan kemaksiatan, serta memakan harta di antara kamu dengan cara yang batil’’ (Tafsir al-Qur’ânul ‘Azhîm, 2/269).
Kalimat “Sesungguhnya Allâh adalah Maha Penyayang kepadamu” pada ayat tersebut menjelaskan betapa sesungguhnya Allah sangat menyayangi hamba-Nya. Dia tidak ingin hamba-Nya menyia-nyiakan hidupnya. Alih-alih melihat larangan tersebut sebagai sebuah ancaman, kita diajak untuk menyikapi dan memaknai dalil tersebut sebagai sebuah bentuk kasih dan sayang Allah kepada kita sekaligus sebagai refleksi dan renungan bahwa hidup sebagai manusia dan menjadi bermanfaat bagi sesama dengan saling tolong-menolong merupakan sesuatu yang tak ternilai harganya.
REFERENSI
-
Cozanah, R. (2019). Depresi Jadi Penyebab Bunuh Diri Terbanyak, dr Fidiansyah: Budayakan Curhat. Suara.Com. https://www.suara.com/health/2019/10/15/121000/depresi-jadi- penyebab-bunuh-diri-terbanyak-dr-fidiansyah-budayakan-curhat?page=all
-
Ramadhan, D. I. (2021). Polisi Sebut Remaja Lompat dari Parkiran Mal di Bandung Bunuh Diri. Detiknews. https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5590808/polisi-sebut-remaja-lompat- dari-parkiran-mal-di-bandung-bunuh-diri?_ga=2.82881174.1229116429.1623124073- 1961007062.1586841028
-
Secha, K. N. (2021). Pria Tewas Loncat dari Lantai 26 Apartemen Jakbar, Diduga Bunuh Diri. Detiknews. https://news.detik.com/berita/d-5591007/pria-tewas-loncat-dari-lantai-26-apartemen-jakbar-diduga-bunuh-diri?_ga=2.82881174.1229116429.1623124073- 1961007062.1586841028
-
Tim detikcom. (2021). Pria Loncat dari Lantai 5 Apartemen Kalibata City Gegara Dimarahi Atasan. Detiknews. https://news.detik.com/berita/d-5589150/pria-loncat-dari-lantai-5-apartemen-kalibata-city-gegara-dimarahi-atasan?_ga=2.82881174.1229116429.1623124073-1961007062.1586841028
-
Putra, I. G. N. E., Karin, P. A. E. S., & Ariastuti, N. L. P. (2019a). Suicidal ideation and suicide attempt among Indonesian adolescent International Journal of Adolescent Medicine and Health, 1–12. https://doi.org/10.1515/ijamh-2019-0035
-
(2019). Suicide. World Health Organization. https://www.who.int/news–room/fact- sheets/detail/suicide
Discussion about this post