Bencana alam merupakan sebuah fenomena yang sering terjadi di berbagai tempat di belahan dunia. Tak sedikit yang menganggap bahwa bencana alam adalah sebuah bentuk ketidakadilan disebabkan banyaknya korban yang berjatuhan. Negara kita, Indonesia, sangat rentan terhadap berbagai bencana karena terletak di antara 3 lempeng tektonik besar dunia: Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Aktivitas tektonik ini lalu menghasilkan gunung berapi aktif, yang selanjutnya mengakibatkan Indonesia berada di jalur Ring of Fire sepanjang Asia Pasifik, atau disebut Sirkum Pasifik1. Walau terdiri dari deretan pegunungan dan lembah-lembah yang saling merangkai penuh estetika sempurna disertai tanah yang subur, tetapi terdapat sebuah paradoks di balik semua itu yang harus kita pahami dan konsekuensi yang perlu diterima, yaitu aktivitas lempeng dan gunung berapi yang dapat mengakibatkan gempa bumi, tsunami, juga erupsi berkelanjutan.
Sebenarnya alam tak pernah memberikan bencana kepada kehidupan. Alam tak pernah berniat untuk merusak atau bahkan memusnahkan ekosistem yang berada di sekitarnya. Ia hanya menjalankan suratan takdir yang telah digariskan kepadanya. Alam menjalankan apa yang Allah perintahkan padanya, yakni mencapai kondisi seimbang dan akan selalu seperti itu. Air akan selalu spontan dialirkan dari tempat yang tinggi menuju ke tempat lebih rendah, lempeng bumi yang digesekkan akan selalu mengeluarkan energi reaksi, magma yang terus-menerus dibentuk akan berusaha keluar dari chamber melalui celah-celah di atasnya. Namun saat semua kejadian ini bertentangan dengan kepentingan manusia, mereka lalu disebut sebagai bencana alam. Air yang membanjiri pemukiman, gempa bumi yang menghancurkan kota, magma yang melalap lahan pertanian, dan berbagai contoh serupa lainnya adalah hal-hal normal bagi alam yang manusia harus dapat memahaminya.
Discussion about this post