Jika saat mencari diriku, kutersesat di antara halaman-halamanmu
Jika airmu menghidupkan hati keringku, hingga daunku bersemi tak layu
Dan jika semilir embusan pagimu menyampaikan salam dari teman terpuji syahdu
Jika diriku sayu larut dalam hamparan halamanmu, hingga menetes air mata
Jika air mataku mengering di antara lembaranmu, karena merindukan Sang Belahan Jiwa
Dan jika pada suatu ketika, di antara baris-baris kata, kutemukan jejak-Nya
Mata air dan air mata, bukankah keduanya kawan sejati bersenyawa?
Tidakkah keduanya mengalirkan airnya sebab kerinduan akan pertemuan yang didamba?
Andai kusampai pada pertemuan itu, di taman beraroma mawar dengan deras air mata
Mata air… Dari manakah airmu mengalir?
Apakah dari bukit-bukit hijau zamrud, ataukah dari iklim-iklim surga yang tak terukir?
Entah, akankah kutemukan jalan di bukit hatimu hingga kucapai puncak renjana tiada akhir?!
Semoga sumber manis airmu senantiasa mengalir deras bagai teladas ke segala sudut dunia
Menjadikan yang tandus kembali bersua sejukmu, agar tak lagi menitikkan air matanya
Dan biarkan ini menjadi hari raya yang kita semarakkan bersama
Discussion about this post