Nilai-nilai pelajaran yang cenderung menurun, sering membolos sekolah, terlebih lagi tak satu aturan pun disukainya. Selalu mempertanyakan, “Mengapa kita harus mematuhi aturan-aturan yang membatasi kebebasan?” Saat sedang mengemudi, ia akan sangat membenci lampu merah dan batas kecepatan, namun ia sangat senang sekali mengikuti kendaraan lain di depannya dengan jarak yang sangat dekat bahkan menakuti pengemudi lain. Seringkali pula merupakan perokok aktif dan peminum berat, serta merasa paling berhak untuk merasakan segala bentuk kesenangan. Ciri-ciri ini biasanya dapat ditemui pada individu yang memiliki gangguan kepribadian antisosial.
Gangguan kepribadian antisosial ini biasanya tampak dalam beberapa bentuk seperti; tidak mau patuh pada aturan, selalu berobsesi untuk segera mewujudkan keinginannya, dan mengabaikan keinginan orang lain. Mereka yang terdiagnosa dengan gangguan ini akan merasa memiliki kekuatan dan kewenangan untuk melakukan apapun diinginkannya. Mereka merasa wajar dan alamiah saja saat mengganggu orang lain dan tidak memiliki rasa bersalah atas tindakan tersebut. Maka hal inilah yang dapat menyebabkan adanya tindakan kriminal yang mereka lakukan. Saat masih kecil, mereka cenderung untuk berbohong, membolos sekolah, dan berbuat kejahatan pada teman-temannya. Tingkat penyalahgunaan narkoba dan konsumsi minuman keras cenderung tinggi di kalangan penderita gangguan ini. Mereka sama sekali tidak peduli dengan pendapat orang lain. Tindakan yang dilakukan hanya didasarkan pada insting naluriah sehingga mereka tidak mengenal adanya hambatan atau penghalang. Orang yang menderita gangguan ini tidak akan pernah bisa belajar dari hukuman atau pengalaman yang menyakitkan. Sebaliknya, mereka akan berusaha keras untuk meyakinkan orang lain untuk mempercayai tindakannya. Seandainya mereka melakukan tindakan kejahatan, maka yang akan disalahkan olehnya adalah masyakarat dan keluarga. Oleh karena bagi mereka penderitaan menjadi antisosial ini merupakan akibat atau hasil dari masyarakat dan keluarganya, penderita merasa kedua pihak inilah yang harus diberikan hukuman. Banyak contoh kasus yang membuktikan bahwa penderita antisosial sering kali menyalahkan orangtuanya, bahkan untuk tahap yang lebih ekstrim ada yang sampai tega menyakiti keduanya.
“Jika aku meyakini sesuatu, maka hal itu pastilah benar,” itulah argumen khas yang sering dipakai oleh para penderita Gangguan kepribadian ini. Bahkan ketika mereka tidak ingin melakukan sesuatu, mereka sangat yakin bahwa sesuatu itu memang tidak layak untuk dilakukan. Ada berbagai macam teori yang berkembang terkait dengan penyebab dari Gangguan Kepribadian Antisosial ini: faktor keturunan/genetika, perlakuan orangtua pada anak (terutama pada tahap awal perkembangan anak), dan ketidakhadiran orangtua atau adanya perilaku patologis. Hubungan orangtua dan anak sangat penting sekali bagi pengembangan nilai-nilai moral, yang berfungsi untuk menyeimbangkan rasa ego pada anak-anaknya. Reaksi seimbang yang diberikan orangtua ketika anak menyakiti temannya, atau selalu mengatakan kebohongan, akan menjadi faktor utama dalam menentukan kepribadian anak tersebut selanjutnya.
Perilaku antisosial juga bisa berkembang dari pembelajaran yang negatif. Misalnya, jika seorang anak berteriak dan menangis saat diminta merapikan kamarnya dan jika akhirnya dengan reaksinya itu ia berhasil memaksa orangtuanya untuk mengalah, maka hal ini mungkin akan membuat anak tersebut mengadopsi sikap tersebut karena ia merasa bahwa reaksinya tadi akan berhasil mewujudkan keinginannya.
Pendidikan bagi Pribadi Antisosial
Orangtua memiliki tanggung jawab besar dalam membantu anak-anak mereka mengatasi gangguan ini. Mereka harus bekerja keras untuk memastikan bahwa anak telah memiliki hubungan yang sehat dengan keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitarnya, dan mereka juga harus menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Bersosialisasi dengan orang lain, mengunjungi tetangga dan orang sakit, menghadiri pemakaman, menyapa orang lain, mengajari mereka untuk menolong orang miskin, dan berkegiatan lain yang bermanfaat bagi pengembangan kepribadian seorang anak.
Keluarga juga perlu untuk menghadirkan kondisi yang nyaman dan damai guna mengembangkan sikap bertanggung jawab pada diri anak bila kelak pada gilirannya ia menjadi orangtua. Membina hubungan keluarga yang langgeng pun penting agar dapat melindungi terjaganya generasi selanjutnya. Orangtua harus mampu mendukung anak-anak mereka bila tiba saatnya akan membina keluarganya sendiri.
Beramal dengan sikap suka membantu sesama juga dapat mencegah berkembangnya perilaku antisosial ini. Definisi beramal dengan membantu pada konteks ini adalah tindakan altruisme di mana seseorang belajar untuk dapat berempati dengan orang lain. Penekanan pada kata beramal memiliki banyak sekali bentuk dalam kehidupan agama, yang memungkinkan orang-orang dari strata sosial manapun dapat ikut andil di dalamnya. Misalnya, Nabi Muhammad ﷺ pernah mengutarakan bahwa beramal dapat dilakukan dengan hal terkecil yaitu tersenyum atau dari keinginan seseorang untuk tidak merugikan orang lain.
Menetapkan tujuan yang lebih tinggi dalam hidup juga berguna untuk mengatasi kecenderungan seseorang melakukan tindakan kekerasan. Bila seseorang memiliki tujuan hidup maka ia akan mampu mengembangkan hubungan yang kostruktif dengan orang lain.
Salah satu aspek yang sulit dari gangguan kepribadian ini adalah kecenderungan penderitanya untuk mengonsumsi alkohol dan narkoba. Hal ini jelas tidak mudah untuk dilawan karena alkohol dan narkoba memberikan keberanian dan agresivitas yang lebih besar, meski untuk waktu yang singkat. Perlawanan terhadap prinsip-prinsip sosial yang sudah ada di masyarakat dapat menimbulkan ketidakseimbangan yang lebih besar lagi.
Siraman rohani juga diperlukan untuk menghilangkan kecenderungan yang mengarah pada gangguan antisosial. Dalam agama Islam sudah jelas tercantum bahwa masing-masing kita akan bertanggung jawab di akhirat atas perbuatan kita di dunia, dan bahwa segala perbuatan kita diamati dan dicatat oleh Allah Subhânahu wa ta’âla, terlebih lagi kita wajib hidup dalam keseimbangan tanpa melanggar hak-hak orang lain.
Penulis : Alaeddin Hekim
Discussion about this post