Pada sekitar tahun 1950-an seorang ahli biologi Amerika bernama James Watson dan seorang ahli fisika Inggris, Francis Crick melakukan sebuah penelitian yang amat penting tentang arsitektur molekuler luar biasa pada data penyimpanan genetis makhluk hidup. Hasil penelitian ini diterbitkan pada majalah Nature pada tahun 1953. Watson dan Crick mengusulkan sebuah model yang masih dipakai hingga saat ini yaitu fakta bahwa informasi genetik tersimpan dalam asam deoksiribonukleid (DNA) dalam bentuk jalinan heliks ganda (dua salinan).1 Sejak struktur DNA diketahui, para ilmuwan yang bergelut di bidang penyakit dan tubuh manusia mulai menemukan banyak penemuan besar. Yang diharapkan dari penemuan-penemuan ini adalah ditemukannya rahasia tentang tubuh manusia, perkembangan dalam mengatasi penuaan bahkan kematian, serta terhapusnya berbagai penyakit yang telah tersebar dan mempengaruhi masyarakat seperti kanker, diabetes, obesitas dan tekanan darah tinggi pada tahun 2000-an.
Namun hasil pertama yang diperkirakan dan diharapkan dari penemuan dan penelitian selama hampir 50 tahun ini (1950-2000) amat berbeda dari yang diharapkan. Jangankan mengobati atau menghapus penyakit-penyakit tersebut, pengobatan barat bahkan telah mengakui bahwa penyakit-penyakit tersebut justru telah menyebar luas dan hampir tidak bisa diatasi. Sejenak kita melupakan topik ini dan meninjau terlebih dahulu penemuan Watson dan Crick pada tahun 1953 tersebut.
Proyek Genom Manusia dan Hasil–hasilnya
Penemuan tentang bagaimana informasi genetis tersimpan, telah menjadi sebab terjadinya antusiasme dan perdebatan di beberapa bidang utama. Salah satu bidang tersebut berhubungan dengan bagaimana makhluk hidup berevolusi dan bagaimana menambahkan atau memasukkan kemampuan baru pada informasi genetis tersebut. Seperti sudah kita ketahui, teori evolusi yang sampai saat ini belum terbukti kebenarannya itu, bersandar pada ‘mutasi-mutasi’ positif yang menghasilkan organ-organ yang benar-benar original dan baru pada sebuah kelompok hewan baru. Akan tetapi hal ini sebenarnya adalah sebuah kemustahilan secara ilmiah. Karena ‘mutasi-mutasi’ ini bukan terjadi pada sel-sel tubuh, melainkan terjadi pada sel-sel kelamin (sel telur dan sperma) yang mentransfer informasi genetik kepada generasi sesudahnya. Istilah-istilah yang dipakai oleh para ahli evolusi seperti lingkungan, nutrisi, sinar matahari dan banyak faktor yang lain menyebabkan terjadinya mutasi dan berakhir dengan jenis penyesuaian lebih baik pada lingkungannya. Hal ini terdengar sangat baik, namun sebenarnya bersifat seperti sebuah skenario film. Hasil dari proyek peta genom manusia (Human Genom Project) yang dimulai pada tahun 1990 dan berakhir pada 2003, telah mendorong semua pihak untuk berpikir ulang.2
Data-data yang diperoleh dari proyek selama 13 tahun ini, dapat dikatakan memberikan kejutan besar bagi kalangan sainstis. Menurut penelitiannya, manusia memiliki sekitar 20-25 ribu gen dengan protein yang telah dikodekan dan sekitar 3 milyar pasangan basa (Adenin-Timin dan Guanin-Sitosin). Ilmu pengetahuan barat mengklasifikasikan (filogenetis) makhluk hidup sesuai dengan tingkat kekerabatannya dan menempatkan manusia pada posisi teratas. Memang manusia adalah makhluk hidup yang paling kompleks dan tentu seharusnya pula memiliki genom yang paling kompleks. Namun menurut jumlah angka, huruf dan genom manusia yang terdapat pada proyek peta genom tersebut justru terbalik dengan perkiraan para ahli yang mempercayai evolusi, sebagai filogenetiknya ternyata manusia adalah makhluk hidup pada tataran rata-rata atau sedang. Dengan kata lain dari segi jumlah gen maupun dari segi jumlah pasangan basa yang membentuk gen-gen ini, manusia tidak berada pada posisi paling atas pada pohon evolusi. Genom manusia memiliki besar yang sama dengan banyak genom hewan mamalia. Misalnya, seperti manusia,pada sapi, tikus dan beberapa hewan lain juga memiliki sekitar 3 milyar pasangan basa. Sedangkan pada genom ikan paus tertulis sekitar 50 milyar pasangan huruf. Ikanikan yang memiliki paru-paru secara filogenetis berada di bawah dari segi jumlah huruf yang berada di genomnya, 10-15 kali lebih besar dari yang ada pada manusia
Poin yang menakjubkan ini semakin menjadi menarik dengan jumlah gen yang dibawa oleh manusia. Sebelum proyek dimulai, diyakini bahwa jenis manusia memiliki sekitar 140.000 gen dan dari sisi filogenetis merupakan makhluk hidup yang paling kompleks. Namun jumlah gen yang sebenarnya hanyalah seperempat dari jumlah ini dan dengan proyek tersebut angkanya tercatat pada 25-30 ribu. Hal ini berarti manusia dari segi jumlah gennya bukanlah makhluk hidup yang unggul seperti yang diklaim oleh para ahli evolusi.
Sebenarnya dua perkembangan ini merupakan bukti nyata bahwa spesies-spesies makhluk hidup tidak dapat berkembang dari satu jenis menjadi spesies-spesies lainnya Semua spesies memiliki sebuah arsitektur yang dibekali dengan keaslian dan hikmah penciptaannya. Tentu saja, penciptaannya sesuai dengan sebuah tujuan yang jelas. Namun para ilmuwan masih sulit untuk dapat mengakui terus terang kebenaran fakta ini. Informasi ini telah menyebabkan sebuah perubahan pada mental atau benak para ilmuwan, walaupun mereka masih membisu dan tidak mau mengungkapkannya. Mereka malah melontarkan teori lain yang disebut “Desain pintar / intellegent design” ketimbang menerima atau mengakui langsung adanya konsep penciptaan.
Bahasa Penciptaan dan Keaslian Spesies
Sebuah spesies dan gen-gen yang telah ditentukan kualifikasinya yang berkaitan dengan spesies itu adalah sepenuhnya kekhususan dari jenis tersebut. Dengan ilmu dan hikmah-Nya, Allah memberikan ketetapannya, misalnya pada padi diberikan 30-40 ribu gen yang mengkode proteinnya sementara pada penciptaan manusia terdapat 20-25 ribu gen yang terkode tersebut. Namun banyak ilmuwan yang mempercayai evolusi justru berkeyakinan bahwa tidak mungkin insan manusia sesederhana ini dan merasa merasa berat untuk mengakui penemuan ini. Apakah rasio besarnya genom dengan pasangan basa, ataukah jumlah gennya, atau jumlah informasi yang terdapat pada genom yang mendasari perdebatan tersebut; sejauh ini belum ada kesepakatan bagaimana mengukur besarnya genom secara akurat.4
Kutu benang (Caenorhabditis elegans) adalah kutu yang hidup pada bagian akar tumbuh-tumbuhan dan tidak membahayakan manusia. Seekor kutu benang dewasa yang terdiri dari 900-1000 sel, panjangnya hanya 1mm. Kutu benang yang merupakan makhluk hidup pertama yang dipetakan gennya memiliki sekitar 20.000 gen. Angka ini mendekati jumlah yang dimiliki manusia dan sebagian gen memiliki kemiripan dengan manusia. Sebagian ilmuwan yang mempercayai evolusi mengakui keterkejutan mereka karena ketidakadaanya perbedaan yang signifikan antara manusia dan kutu benang dari segi jumlah huruf yang membentuk struktur genetis kutu benang. Menurut teori evolusi, manusia memiliki kemiripan hingga 95% dari segi jumlah huruf dan urutannya dengan monyet yang dikatakan oleh mereka sebagai nenek moyang terdekatnya. Padahal, ada juga kesamaan yang mendekati hal tersebut pada seekor kutu benang. Namun ternyata hal ini tidak mengubah kenyataan. Perbedaan antara manusia, monyet dan kutu benang sebenar bukan terdapat pada jumlah huruf-huruf genom dan urutannya melainkan bersumber pada kekompleksan informasi yang terkandung di dalamnya dan penyusunannya yang dinamis. Karena tidak ada hubungan yang berarti antara kekompleksan organisme dengan jumlah DNA yang dimiliki makhluk hidup tersebut dan urutan hurufnya Perbedaan sebesar 5% yang bersumber dari jumlah DNA dan urutan huruf-hurufnya, dapat menyebabkan perbedaan besar dari segi informasi dan maknanya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menciptakan seluruh makhluk hidup dengan menggunakan lisan yang sama. Lisan ini tersusun dari 64 kata (codon) yang terbentuk menjadi kombinasi tiga-tiga dari empat huruf. Sebagian dari 64 kata ini digunakan untuk mengkodekan asam amino. Maka yang disebut sebagai ilmu dan mukjizat adalah terciptanya berbagai variasi biologis di dunia ini hanya dengan menggunakan sedikit huruf dan kata.
Perubahan hanya pada satu asam amino, namun dapat menyebabkan perubahan besar pada sebuah rantai protein. Salah satu contoh yang paling baik untuk menjelaskan hal ini adalah pada molekul hemoglobin sel darah merah manusia. Pada penyakit anemia dengan sel sabit, hanya satu yang berbeda dari asam amino ke-146 dalam struktur hemoglobin sub unit beta. Asam amino glutamin yang berada pada posisi ke-6 dari rantai beta berjumlah 146 asam amino digantikan dengan asam amino valin (dengan kata lain pada rantai DNA hanya terjadi satu perubahan pada satu asam amino (tiga huruf). Namun perubahan satu kata pada 146 asam amino ini menyebabkan kristalisasi hemoglobin yang berada pada sel darah merah saat melewati pembuluh darah kapiler, menjadikannya berbentuk sabit karena kehilangan elastisitas dari sel-selnya dan menyebabkan robeknya selaput luar. Sebagai akibatnya, sel-sel darah merah tidak hanya mati karena hancur berkeping-keping namun juga menyumbat pembuluh kapiler yang dilewatinya sehingga menyebabkan permasalahan medis pada tingkat lanjut. Sebagaimana kita tidak bisa menganggap remeh perubahan satu asam amino pada rantai protein yang terdiri dari 146 asam amino, karena hal tersebut dapat juga menyebabkan perubahan yang benar-benar signifikan pada sebuah protein dan dapat menyebabkan matinya sel.
Saat kita membicarakan tentang gen, maka tidak akan ada habisnya. Namun setidaknya ada satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya dari pembahasan di atas. Sekitar 25-30 ribu gen yang berada di dalam 3 miliar pasangan basa yang mengkode informasi genetis manusia membawa informasi bersandi milik protein yang digunakan di dalam tubuh kita. Namun di dalam tubuh manusia diproduksi sekitar 100-125 ribu protein yang berbeda. Selama ini keyakinan tentang pemasangan satu gen dengan satu protein juga terbukti keliru. Banyak pula pendekatan yang disajikan dengan pemikiran sempit manusia dan diketengahkan seolah-olah sebagai fakta ilmiah pun saat ini telah banyak yang terbukti keliru atau memiliki kekurangan. Produk-produk hasil gen yang mengkode protein pada manusia bukanlah suatu hasil akhir. Masih banyak pergantian tempat, penambahan dan pengurangan yang bisa terjadi.
Kemiripan Fisik dan Perbedaan–Perbedaan Besar
Dua hormon bernama oksitosin dan antidiuretik disekresi dari bagian belakang hipofisis yang berada di otak manusia. Hormon antidiuretik berperan amat penting pada ketahanan tubuh manusia saat kehausan. Saat cairan tubuh berkurang dikarenakan berbagai sebab (puasa, kehausan, lama berada di tempat yang panas dan kering, dll), hormon ini memiliki tugas vital untuk mempertahankan cairan tubuh oleh ginjal hingga cairan yang berkurang tersebut tergantikan. Saat hormon ini berkurang atau tidak diproduksi, ginjal tidak akan lagi bisa mempertahankan cairan tubuh dan membuangnya melalui urine. Pada orang-orang yang menderita kekurangan hormon antidiuretik ini, maka dalam sehari akan memproduksi 10-15 liter urine dan jika cairan tubuh yang hilang tersebut tidak digantikan maka akan membahayakan kelangsungan hidupnya (penyakit diabetes non-insulin).
Oksitosin adalah hormon yang membantu proses kontraksi sebagai proses awal kelahiran pada rahim ibu pada masa akhir kehamilan. Jika hormon ini tidak ada maka proses kelahiran tersebut akan amat sulit. Hormon ini juga memiliki tugas lain pada masa setelah persalinan. Saat seorang ibu menyusui anaknya pun tetap membutuhkan hormon ini agar ada asupan susu yang cukup bagi bayi. Pada saat itu hormon tersebut akan membuat otot yang ada di sekeliling kelenjar susu ibu berkontraksi sehingga susu dapat diproduksi dengan lancar.
Cukup mencengangkan saat kita melihat struktur kedua hormon yang disekresi dari tempat yang sama namun memiliki tugas yang amat berbeda ini. Kedua hormon tersebut masing-masing tersusun hanya dari 9 asam amino; yaitu hanya dari sebuah kalimat yang amat pendek. Namun hormon-hormon ini memiliki pengaruh yang sangat kuat. Lebih dari itu, walaupun memiliki dua tugas berbeda dan masing-masing terdiri dari 9 asam amino, hanya 2 asam amino yang berbeda dari struktur kedua hormon ini. Karena itu, saat melihat dua rantai DNA kedua hormon ini, kita akan menyaksikan perbedaan yang amat kecil pada salah satu bagiannya. Sangat jelas, betapa perbedaan yang amat kecil ini menyebabkan hasil yang amat besar.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi, menciptakan rumus-rumus biologis di dunia ini. Pada rumus kehidupan ini, informasi genetis tertulis dengan sebuah alfabet yang terdiri dari empat huruf (Adenin, Guanin, Sitosin, Timin). Protein yang menjadi hasil pembacaan alfabet ini berubah menjadi ribuan molekul berbeda yang memiliki tugas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup dalam keberlangsungan materi tubuhnya. Jika alfabet yang kita miliki hanya terdiri dari empat huruf maka berapa banyak kata yang bisa tersusun? Allah Yang Maha Kuasa menjadikan abjad yang terdiri dari empat huruf ini sebagai tabir dan memberikan kehidupan kepada bertrilyun-trilyun makhluk hidup yang berbeda-beda, baik yang bisa dilihat kasat mata ataupun tidak. Tentu saja Sang Pemilik llmu Hakiki inilah yang paling mengetahui kebenarannya. Dengan sebab-sebab yang belum kita ketahui hikmahnya, saat sebagian protein panjangnya beribu-ribu asam amino, sementara sebagian yang lain hanya tersusun dari tiga asam amino saja. Sebagaimana kemiripan satu sama lain dari sisi struktur tidak mengharuskan kesamaan fungsi, begitu pula kita tidak bisa menggeneralisasi tugas dan kekuatan dari segi panjang atau pendeknya.
Yang terlihat amat kecil dapat saja memiliki pengaruh yang sangat besar
Seperti yang telah kita singgung sebelumnya, agar kelenjar tiroid bekerja dibutuhkan kelenjar hipofisis yang membutuhkan sekresi sebuah hormon yang merangsangnya (TSH, Hormon perangsang tiroid). Namun, agar kelenjar hipofisis dapat merangsang kelenjar tiroid, dibutuhkan juga sebuah pusat atas (hipotalamus) yang sebelumnya harus terlebih dahulu memerintah kelenjar hipofisis tersebut. Perantara dari perintah yang sangat berpengaruh kuat pada tubuh manusia ini adalah sebuah hormon berstruktur protein (TRH Hormon sekresi tirotropin). Protein ini hanya terdiri dari tiga asam amino. Ya, protein perangsang yang hanya terdiri dari tiga asam amino ini, adalah syarat mutlak bagi produksi hormon tiroid yang memiliki pengaruh amat kompleks bagi seluruh sel-sel manusia dan kelangsungan produksi darah.
Sambil berimajinasi, mari kita lihat gen yang diperintahkan pertama dan disekresi dari hipotalamus. Protein yang terbuat dari tiga asam amino yang jika ketidak beradaannya akan sangat mempengaruhi perkembangan tubuh dan kecerdasan manusia ini, hanya menggunakan sembilan buah Asam nukleat (Adenin-Timin/Guanin-Sitosin). Akan tetapi agar kesembilan buah huruf ini bisa dibaca, dibutuhkan lebih banyak huruf untuk mengatur pembacaan informasi ini. oleh karenanya satuan yang kita sebut sebagai gen tersebut sebenarnya lebih kompleks dari apa yang bisa kita pikirkan.
Betapa pendek kalimat, namun betapa mengagumkan hasil yang didapatkan. Jika kita merenung dan memikirkan betapa penciptaan yang begitu sensitif dari berjuta-juta protein yang ada di seluruh tubuh dan seperti sebuah pabrik yang mengirimkan bahan baku yang tepat agar menjadi organ dan jaringan tubuh, maka amat mustahil jika hasil yang sempuma seperti ini hanya muncul dari sebuah tatanan dan mekanisme khayalan dari evolusi saja. JU
Sumber
- Watson JD, Crick FH. Genetical implications of the structure of deoxyribonucleic acid.Nature. May 30 1953;171(4361):964-967.
- Watson JD, The human genome project: past, present, and future. Science (New York, N.Y.). 1990;248(4951):44- 49.
- Lander ES. Initial sequencing and analysis of the human genome.Nature. 2001;409(6822):860-921.
- Hahn MW, Wray GA. The g-value paradox. Evol Dev. Mar-Apr 2002;4(2):73-75.
Discussion about this post