Bagi anak-anak, permainan adalah seperti sebuah sekolah tempat mereka belajar tentang perannya kelak jika dewasa, sebuah sarana penyembuhan bagi stress dan konflik yang dirasakan dalam dunia batinnya, sebuah lingkungan bagi perkembangan interaksi sosialnya dan sebuah laboratorium untuk mengasah kecerdasan. Permainan juga merupakan sebuah kebutuhan penting bagi kelangsungan hidup setiap anak sebagaimana pentingnya air dan udara.
Saat mengenang masa kecil, kita akan teringat pada petak umpet, lompat tali dan bentengan, permainan-permainan yang biasa kita mainkan dulu yang mengembangkan kemampuan otak, interaksi sosial, dan kekuatan fisik. Kitalah yang menentukan peraturan permainan dan bertanggung jawab atasnya, dan dikarenakan permainan-permainan tersebut membutuhkan daya tahan fisik pemainnya maka dalam waktu tertentu biasanya permainan tersebut akan diakhiri, lalu sesampainya di rumah kita akan langsung terlelap pulas karena rasa lelah yang begitu manis. Orang tua pun tidak perlu harus banyak direpotkan mengurusi kestressan dan kenakalan yang kita perbuat. Sebagaimana banyak hal yang berubah seiring dengan adanya perkembangan teknologi, maka teknologi pun telah menjadikan sebuah perubahan mendasar atas kebiasaan bermain anak. Berbagai produk teknologi dirancang sesuai dengan keinginan pembuatnya dan bentuk-bentuk permainan yang dibuat itu mulai menguasai dunia anak-anak. Terkadang sambil berfikir untuk melindungi anak-anak dari banyak bahaya dunia luar dan kita berkata: “yang penting anakanak ada di depan mata!” lalu kita lebih memilih membiarkan mereka terus berkutat dengan komputer dan larut dalam permainan yang ada padanya. “Tidak apalah anak-anak sibuk dengan komputer dulu, jadi aku bisa menyelesaikan pekerjaan”, begitu mungkin yang ada di benak banyak orang tua, yang tanpa sadar bahwa lama kelamaan dialah yang telah menyebabkan anak kecanduan terhadap permainan-permainan yang ada di komputer tersebut. Keluarga-keluarga yang tidak membatasi penggunaan komputer bagi anak-anaknya, beberapa waktu kemudian baru akan sadar dan mencoba melarang penggunaan komputer tersebut namun pada saat itu masalah telah menjadi semakin rumit karena anak-anak tersebut terlanjur telah menjadi tawanan dari dunia maya yang digemarinya.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Mula-mula ada beberapa pertanyaan yang harus kita pahami seperti ‘Untuk apa anak berjam-jam berada di depan komputer? Permainan seperti apa yang mereka mainkan? Apakah durasi penggunaan komputer tersebut normal bagi anak seusia mereka? Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu kita akan memahami sumber permasalahan yang ada. Lalu, barulah bersama kita cari penyelesaiannya.
Mengapa anak bermain di depan komputer selama berjam-jam?
Tentu saja, setiap anak berhak untuk bermain, adalah tidak benar jika kita melarang mereka untuk bermain. Dengan bermain, seorang anak dapat melepaskan rasa stres dalam dirinya, mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, melatih hubungan sosial, dan menemukan kepribadiannya. Lalu, apakah semua ini bisa didapatkan dengan bermain di depan komputer? Tentu saja tidak! Jadi mengapa mereka dibiarkan berjam-jam terus bermain di depan komputer? Penyebabnya dapat kita urutkan sebagai berikut:
- Muatan dari sebuah permainan yang menyuguhkan level permainan yang terus meningkat membuat akal manusia merasakan bahwa ia sedang melakukan ‘sebuah pekerjaan serius’. Perasaan ini memerintahkan otak untuk memproduksi molekul dopamin. Hal ini menyebabkan munculnya perasaan senang dan puas. Rasa senang dan puas khas yang dirasakan secara terus menerus ini setelah beberapa waktu kemudian akan memperkuat ikatan dan ketergantungan pada permainan atau game di komputer tersebut.
- Meningkatnya kadar dopamin di otak secara biologis yang dipicu dari permainan yang dimainkan di internet, dapat menjadi penyebab munculnya berbagai masalah psikologis. Dasar dari permainan yang dibuat ‘selalu naik secara bertingkat/ level’ memberikan rasa bahagia saat ia berhasil melompati level-nya namun di saat yang bersamaan juga mengembangkan rasa ego berlebihan pada dirinya. Hal ini juga dikarenakan anak-anak tidak mendapatkan rasa dihargai atau penghormatan dalam kehidupan sosial nyatanya, namun mereka justru mendapatkannya di dunia maya dan terperangkap dalam permainan yang dilakukannya.
- Sebenarnya seorang anak mungkin berusaha menyibukan diri dengan permainan di komputer untuk melarikan diri dari berbagai tekanan. Anak yang terjebak dalam pertengkaran orang tua dan berada di lingkungan keluarga yang tegang dan tidak nyaman akan lebih cenderung untuk kecanduan game.
- Berbagai masalah psikologis pada berbagai usia dan berbagai hubungan sosial dapat menjadi penyebab ketergantungan pada game. Anak muda yang tidak merasa diterima dan dihargai sebagai seorang individu di dalam keluarga atau lingkungan sekolahnya akan merasa butuh untuk membuktikan keberadaan dirinya.
- Anak-anak menentukan kebiasaan bermainnya sesuai dengan lingkungan sosialnya. Obrolan mereka dengan teman-temannya biasanya akan berkisar pada permainan tersebut, bisa saja keberhasilannya pada permainan tersebut memberikan pengakuan atas keberadaan dirinya di antara teman-temannya.
- Pada remaja sering terjadi permasalahan kurangnya rasa percaya diri, terutama di masa perubahan menuju akil baligh. Dalam situasi ini mereka yang mengalaminya akan seolah tak acuh pada keinginan orang tua hanya untuk berusaha mendapat pengakuan dari teman-temannya. Masa remaja adalah masa yang paling penting jika dilihat dari sisi perkembangan sosialnya, pada masa ini mereka akan sibuk membangun jati diri dan melakukan berbagai percobaan untuk menemukan karakternya. Amat disayangkan sebagian remaja membangun jati diri palsu melalui game komputer yang dimainkannya, dan pada akhirnya jati diri ini akan membaur dengan dengan karakter aslinya.
- Dunia maya menyuguhkan kemungkinan untuk menciptakan karakter buatan bagi para remaja yang tidak menyukai karakter aslinya. Bahkan mereka yang bosan dengan karakternya di dunia maya dapat membuat karakter baru dengan memulainya kembali dari awal. Internet membuka peluang bagi remaja untuk membohongi diri mereka sendiri dengan memunculkan karakter yang diidamkan dan melalui teknologi ini, semua orang dapat menampilkan berbagai karakter sesuai keinginan mereka. Padahal sebetulnya masa ini merupakan masa dimana mereka seharusnya berusaha menerima diri berikut segala kekurangannya dan masa perkembangan bagi karakternya.
- Terus menerus berada dalam sebuah karakter palsu akan menekan psikologis anak sehingga membentuknya menjadi pribadi yang mudah tersinggung. Mereka yang mulai menunjukkan gejala ketergantungan terhadap internet dengan pemakaian yang berlebihan (Patologi/ Penggunaan Internet yang tidak sehat), akan memindahkan karakter dunia maya yang dibuat secara idealis di internet ke dalam dunia nyata dan selalu ingin tampak menjadi seperti itu. Dalam situasi ini, karakter asli mulai terancam. Pada akhirnya, individu-individu yang kesulitan menemukan jati dirinya di dunia nyata, mulai melihat internet sebagai media yang dibutuhkan untuk melarikan diri dari tanggung jawab di dunia nyata dan karakter aslinya.
- Akhir-akhir ini, pertemanan yang dibentuk melalui internet menjadi sangat populer di kalangan remaja. Mereka dengan sangat mudah ‘menyetujui’ atau ‘menerima’ hubungan yang dibuat melalui internet. Padahal hal ini sebenarnya sangat sulit dilakukan di dunia nyata.
- Beberapa game online menyediakan kesempatan kepada mereka yang tidak puas terhadap penampilan, jati diri, bahkan kedua orang tua dan tempat tinggalnya untuk membentuk kehidupan sekunder di dunia maya dalam karakter dan penampilan yang diinginkan bahkan dapat muncul di berbagai tempat sesuka mereka.
Mungkinkah salah satu penyebab ketergantungan anak-anak kita terhadap game di komputer adalah karena kita tidak bermain dengan mereka, karena kita menjauhkan mereka dari lingkungannya sendiri? Menyinggung masalah ini saya ingin berbagi pengalaman yang saya alami. “Bulan lalu, Kami pergi bertamu ke rumah salah satu kerabat. Seorang keponakan yang berumur delapan tahun mengatakan bahwa sayalah yang paling dia sukai dibandingkan keempat om dan pamannya yang lain. Saya begitu penasaran mengapa ia menyatakan perasaanya tersebut pada saya walaupun kami tidak terlalu sering bertemu dan jawabannya membuatku terkejut. Ia berkata: “Karena walaupun paman sudah besar masih tetap mau bermain dengan kami yang masih kecil ini”, jawabnya.
Siapakah dari kita yang masih menyempatkan benar-benar bermain dengan anak-anak kita meskipun hanya sebentar? Menurut saya, berbagai kesibukan yang merepotkan kita di luar membuat kita mengabaikan keberadaan anak-anak di rumah. Sebenarnya anak-anak akan lebih memilih bermain bersama kita, orang tuanya daripada game di komputer maupun internet. Cukup sudah pemikiran kita untuk hanya membuat mereka sibuk, tetapi bermainlah dengan mereka saat bersamanya.
Ketergantungan pada game…
Anak dapat dikatakan memiliki ‘ketergantungan’ jika ia tetap tidak mau terlepas dari komputer meskipun telah terpengaruh efek negatif dari sisi sosial, psikologis, dan fisik sekalipun. Jika ia seringkali tidak mau atau terlambat pergi ke sekolah, mengalami penurunan prestasi dalam pelajaran, langsung membuka komputer setiap pulang sekolah ataupun setelah bangun tidur, mengeluh sakit pada tulang punggungnya, mengalami perubahan kebiasaan makan, dan mudah marah atau emosi jika dilarang berada di depan komputer, adalah beberapa tanda bahwa seorang anak telah memiliki kecanduan pada dunia maya.
Menurut beberapa penelitian, terlihat bahwa anak-anak yang terlalu sering bermain game di komputer akan kurang sensitif dalam kehidupannya sosialnya, mengalami kesulitan untuk membedakan pahlawan yang ditemuinya pada game dengan ‘pahlawan’ di dunia nyata, mereka akan kesulitan membangun hubungan pertemanan, persahabatan dan memiliki perasaan yang sensitif untuk berbagi, suka berlama-lama di kamar tertutup. Oleh karena terlalu banyak waktu yang dihabiskannya di depan komputer maka akan terlihat ketidakmampuannya dalam memahami masalah-masalah di kehidupan nyata, mereka kurang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan pengalaman bersama keluarganya. Selain itu, tidak seperti permainan di dunia nyata, permainan di komputer hanya menggerakkan jari dan mata saja sehingga tidak ada tenaga yang dikeluarkan. Hal ini akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan tubuh anak, membuatnya menjadi penuh emosi dan cepat marah karena tidak bisa menyalurkan energinya dengan benar, serta membuat mereka mengalami masalah nutrisi tidak seimbang dan berat badan berlebihan. Beberapa hal tersebut tampak menjadi penyebab dari masalah serius pada kesehatan dan perkembangan fisik anak.
Bagaimana menyembuhkannya?
Game online menanamkan berbagai hal yang bertentangan dengan nilai-nilai penting kehidupan nyata seperti berbagi, saling membantu dan pengorbanan. Anak-anak menjadi jauh dari nilai kehidupan karena sudah terbiasa berhadapan dengan berbagai macam kekerasan seperti memukul, menghancurkan, dan membunuh. Keadaan chaos ini menjadi dasar bagi keadaan menjauhnya anak dari rumah atau dekapan kita.Kalau begitu, apa saja yang dapat dilakukan?
- Jika anak sudah dalam tahap ketergantungan yang terlalu jauh maka sebaiknya kita harus berkonsultasi dengan para ahli.
- Patut diingat bahwa solusi yang paling mudah namun tidak berpengaruh adalah larangan. Lebih dari itu, hal ini justru membuat masalah semakin sulit diselesaikan dan dapat menyebabkan pertengkaran antara anak dan keluarganya. Oleh karenanya, berilah izin pada anak untuk bermain ‘dengan terkontrol’. Beri izin bagi mereka untuk bermain pada saat tertentu dan arahkan untuk semakin hari mengurangi durasi waktunya. Oleh karena kecanduan terhadap game dan internet bersifat lebih terselubung dibandingkan kecanduan lainnya, maka penyembuhannya pun harus secara bertahap
- Pertama-tama kita harus menemukan sebab mengapa anak menghabiskan begitu banyak waktunya di depan komputer atau internet. Cobalah untuk menjauhkannya dari sebab itu, karena sebaliknya hanya melarangnya menggunakan internet dan komputer tidak akan membuahkan apapun.
- Ambillah keputusan bersama dengan anak mengenai penggunaan internet dan komputer, lalu konsistenlah pada keputusan itu.
- Keluarkan komputer dari kamar mereka dan letakkan di ruang keluarga.
- Dorong mereka untuk berolahraga.
- Suguhkan berbagai kesempatan kepadanya untuk belajar memiliki kemampuan-kemampuan sosial baru.
- Temukan kegiatan nyata bersama untuk menggantikan permainan di dunia maya.
- Dorong anak untuk membangun persahabatan yang baik dan melewatkan waktu bersama teman-temannya itu.
- Dukung anak untuk mau membagi pengalamannya di internet pada kita.
- Nasehati anak untuk tidak hanya mencari teman melalui internet
- Pengamanan internet bukanlah pengganti pengawasan orang tua saja, namun keduanya adalah sebuah mekanisme kontrol yang terpadu. Karena alasan tersebut, selain pengamanan internet, kita juga harus menggunakan program filter internet dan game yang baik.
- Seharusnya di setiap jalan, kampung atau perumahan harus dibangun tempat bermain yang aman bagi anak-anak.
- Bantulah anak untuk mendapatkan karakter dan akhlak yang kuat dengan menyiapkan baginya lingkungan yang mendukung pemenuhan kebutuhan ruhaninya.
- Sebagaimana kemudi pada sebuah kapal, penggerak seorang manusia adalah kehendak yang ada pada dirinya. Oleh karena itu berikan pendidikan untuk menanamkan kehendak bagi anak. Jika seorang anak dapat mengatakan, “Hari ini aku tidak akan membuka internet dan tidak akan bermain game”, dengan seluruh kehendaknya, maka ia akan dapat merasakan kenikmatan atas kemauan kuatnya itu.
Pada akhirnya, dalam masalah ini, penolakan terhadap teknologi bukanlah sebuah solusi. Masalah sesungguhnya adalah pengetahuan mengenai teknologi itu sendiri dan penggunaannya dalam kebaikan. Dengan demikian pengaruh buruk dari produk tersebut akan berkurang sementara manfaatnya akan semakin dirasakan. Bersama dengan itu, perlu diingat juga bahwa penemuan dan perkembangan teknologi pun sebuah nikmat. Nikmat, perlu disyukuri. Dengan syukur nikmat akan dilipat gandakan. Hal ini hanya dapat dimungkinkan dengan mematuhi perintah dan larangan Allah dan menggunakannya hanya di dalam lingkaran halal yang telah ditetapkan-Nya. Jika tidak, ‘teguran kasih sayang’ dari-Nya mungkin akan kita dapati. Apalagi jika ‘teguran’ itu berupa hilangnya anak dari genggaman kita, maka azabnya akan terasa amat perih. Oleh Karena itu, kita harus benar-benar menunjukkan kehati-hatian yang bijak dalam menggunakan internet dan komputer yang merupakan nikmat besar di abad ini.
Daftar Pustaka
- Gülen, M. Fethullah, Bilgisayar Oyunları ve İnternetin Zararları (Bahaya Internet dan Permainan Komputer), www.herkul.org, tgl: 07.12.2009.
- Bediüzzaman Said Nursî, Şualar, s. 367.
- Sherry, J. L. (2001a). The effects of violent video games on aggression : A metaanalysis.
- Human Communication Research, 27, 409432.
- Sherry, J. L., & Bowman, N. D. (2008).Computer games and child development. In P.
- Valkenburg (Ed).International Encyclopedia of Communication. Oxford: Blackwell.
- Wan, C. & Chiou, W. (2007). The motivations of adolescents who are addicted to online games: A cognitive perspective, Adolescence, 42, 179197.
- Yee, N. (2007). Motivations for Play in Online Games.CyberPsychology and Behavior, 9, 772775.
- Durkin, K. (2006). Game play and adolescents’ development. In P. Vorderer & J. Bryant (Eds.), Playing video games: Motives, responses, and consequences (pp. 415428).
- Sizinti, Agustus 2012
Penulis : Dr. Hasan Dogan
Discussion about this post