Proses penyerbukan pada sebagian besar bu-nga di bumi ini dibantu dengan perantara serangga dan burung-burung, serta sebagian kecil dibantu pula oleh cicak dan kelelawar. Pada struktur tubuh hewan-hewan yang bertugas membantu proses penyerbukan tersebut diberikan suatu mekanisme yang membuatnya memiliki rasa ketertarikan dan perhatian khusus terhadap suatu bunga. Oleh karenanya, hewan-hewan tersebut akan lebih tertarik pada bunga-bunga yang memiliki warna tertentu yang sesuai dengan rasa ketertarikan hewan tersebut.
Fenomena ketertarikan hewan-hewan yang bertugas membantu proses penyerbukkan pada bunga dengan warna-warna tertentu dimana hewan tersebut seolah memiliki suatu ikatan yang pernah terjalin sebelumnya dengan sang bunga, rupanya menarik perhatian para peneliti. Misalnya lebah besar akan cenderung tertarik pada bunga yang berwarna coklat. Sedangkan hewan-hewan yang membantu penyerbukkan pada malam hari seperti kelelawar dan beberapa jenis kupu-kupu lebih senang hinggap di bunga-bunga yang berwarna pucat atau putih yang memiliki bau yang kuat. Sementara kupu-kupu, lebah, dan burung-burung yang membantu penyerbukan pada siang hari lebih menyukai bunga-bunga berwarna menyala. Sebagaimana manusia yang diciptakan dengan kemam-puan melihat warna-warna pada batas panjang gelombang tertentu, begitupun dengan burung-burung, mereka mampu untuk mengenali warna pada kisaran panjang gelombang yang terbatas. Jika dibandingkan dengan mata manusia, mata burung memiliki kemampuan lebih dalam mengenali warna. Mata burung diciptakan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap warna merah. Bunga dengan gradasi warna merah menyala akan menarik burung-burung kolibri (Trochilidae) untuk hinggap di atasnya. Seolah tahu sensitivitas burung terhadap warna tertentu, sintesa molekul-molekul penghasil warna merah menyala atau kuning jeruk akan menjadi aktif pada bunga-bunga tersebut.
Peristiwa penyerbukan ini menunjukkan adanya keterhubungan dan saling mengenal pada setiap tingkatan di alam semesta ini. Kita tidak akan pernah mendapatkan satupun jawaban yang memuaskan akal dan pikiran kita, jika kita mencoba mencernanya hanya dengan pengetahuan kita sendiri tanpa meyakini bahwa peristiwa ini merupakan salah satu dari karya Sang Pencipta alam semesta beserta seisinya. Karena sebagian besar kupu-kupu dan lebah tidak dapat mengenali atau buta terhadap panjang gelombang warna merah, maka mereka sangat jarang mengunjungi bu-nga-bunga berwarna merah menyala maupun kuning jeruk. Sebaliknya, Sang Pencipta yang Maha Rahman dan Maha Kekal telah menciptakan kupu-kupu dan lebah-lebah ini lebih sensitif terhadap warna-warna lain seperti kuning, biru, dan ultraviolet. Mahluk-mahluk ciptaan Allah itu jatuh cinta pada warna-warna terse-but. Oleh karena itu, bunga-bunga yang penyerbukannya dibantu oleh kupu-kupu dan lebah diciptakan berwarna biru atau kuning. Selain itu, struktur bunga-bunga tersebut dirancang juga agar terlihat hanya jika bunga itu disinari sinar ultraviolet. Sebagai salah satu dari anggota rantai makanan, ketika ekosistem lebah menurun atau bahkan hilang sama sekali, maka keselarasan ekosistem akan terganggu. Jika bukan karena Sang Maha Pendidik dan Pemilik Kekuatan Mutlak yang membangun keterhubungan antarmahluk melalui warna, yang membuat antara mahluk yang satu dengan mahluk yang lain seolah sudah pernah mengenal satu sama lain sebelumnya lalu mengsinergikan mereka dalam satu keteraturan yang luar biasa ini, maka seberapa jauh susunan yang rumit ini akan dapat bertahan dalam tatanannya?
Apakah yang memberi warna pada bulu-bulu burung yang mempesona itu?
Burung-burung dengan bulu-bulunya yang menyilaukan mata itu, seakan akan melakukan pagelaran aksi terbang di udara. Sebagian zat yang memberikan warna-warni pada bulu burung adalah pigmen-pigmen seperti melanin, karotenoid, dan porfirin yang disintesa oleh sel-sel dalam tubuh burung. Melaninlah yang lebih berperan pada produksi warna hitam. Di samping itu, berdasarkan kepadatan butir-butir pigmen yang dikandung, melanin-melanin ini membantu terbentuknya berbagai macam corak warna bulu, dari yang cokelat kemerah-merahan sampai kuning pucat. Karotenoid yang didapatkan burung dari tumbuh-tumbuhan yang dimakannya, digunakan saat memproduksi warna merah menyala, kuning, dan kuning jeruk pada bulu burung. Kolaborasi antara karotenoid dan melanin akan menghasilkan corak warna yang lebih kaya lagi, seperti hijau zaitun, dsb. Sementara itu, profirin berperan dalam produksi corak warna seperti coklat, merah jambu, merah, dan juga hijau. Burung-burung jenis nuri atau beo mengambil pigmen langka ‘psittacofulvin’ yang terdapat pada sel-sel akar bulu sehingga menghasilkan warna merah yang menya-la. Lain lagi dengan burung kolibri, yang diciptakan dengan kelenjar khusus untuk menghasilkan corak versicolor (berwarna-warni, red.) dan warna-warna mencolok pada bulunya. Khususnya kelenjar yang mengeluarkan pigmen-pigmen karotenoid yang berperan pada pembentukan warna pada burung rang-kong papan (Buceros bicornis).
Sebagian jenis burung diciptakan dengan struktur bulu yang dapat mengekspresikan warna-warna tertentu. Misalnya saja warna terang bercorak versicolor pada bagian tenggorokan burung jenis kolibri, merupakan hasil dari pemecahan cahaya putih ke dalam beberapa bagian warna. Efek Tyndall yang merupakan suatu jenis difraksi cahaya atau sinar yang memberikan warna biru seperti pada burung-burung blue jay, dan burung burung berwarna biru lainnya. Di dalam kantung-kantung udara berukuran sangat kecil yang tersebar secara rapi pada struktur bulu burung ter-dapat partikel-partikel pemantul. Partikel-partikel ini memantulkan warna-warna seperti biru dan violet. Dalam kondisi normal, warna-warna pada struktur bulu menyatu dengan pigmen-pigmen yang ada menghasilkan desain-desain warna yang sangat indah. Warna hijau pada sebagian burung beo adalah hasil interaksi antara warna biru yang dimiliki oleh struktur bulu itu sendiri dengan pigmen-pigmen kuning.
Beberapa hewan mengecat tubuhnya dengan zat-zat kosmetik berwarna-warni yang terdapat di sekitar mereka maupun di dalam kelenjar dalam tubuhnya. Burung-burung jenis rangkong papan dan pelikan memiliki kemampuan untuk mengganti warna jambulnya yaitu dengan ‘mengecat’nya dengan pigmen-pigmen kuning atau merah yang disekresi oleh suatu kelenjar khusus. Ada juga warna-warna yang tidak dihasilkan sama sekali pada bulu-bulu burung. Burung bangkai berjanggut misalnya, ia akan membendung tubuhnya dalam tanah terra rossa (tanah merah) demi mendapatkan karakteristik corak warna tertentu. Ada berbagai sebab mengapa burung-burung mengecat tubuhnya sendiri. Salah satu penyebab yang paling diketahui untuk saat ini adalah untuk menarik pasangannya saat musim reproduksi dan untuk membu-at dirinya terlihat lebih indah. Penyebab lainnya adalah karena mereka menggunakan warna-warni pada tubuhnya sebagai sinyal dalam berkomunikasi dan sebagai tanda pengenal pada masing-masing burung. Singkat kata, warna pada bulu burung terjadi melalui tiga cara berbeda, yaitu:
- sintesa unsur-unsur senyawa kimia dalam sel-sel tubuhnya yang bertugas menghasilkan warna;
- karakteristik fisik khusus dari struktur bulu itu sendiri;
- penggunaan zat-zat kosmetik dari lingkungan seki-tarnya.
Proses reproduksi pada tumbuhan bergantung pada proses penyerbukannya; sementara proses penyerbukan bergantung pada ketepatan waktu hewan-hewan yang membantu penyerbukannya dalam me-ngunjungi tumbuhan tersebut. Demi menjaga kelan-caran dan keberlangsungan kunjungan hewan-hewan yang akan membantu proses penyerbukan tumbuhan ini, Sang Pemilik Kasih Sayang Abadi yang Maha Menguasai atas segalanya dan mengetahui segala yang dibutuhkan mahluk-mahluk ciptaannya telah menentukan pembagian tugas antara tumbuhan dengan hewan-hewan yang membantu penyerbukan seperti yang telah disampaikan pada tulisan ini. Pada intinya; tidak semua burung, lebah, atau kupu-kupu akan hinggap pada semua bunga. Bunga-bunga pun akan berhias untuk menarik perhatian hewan-hewan tertentu untuk hinggap dan membantu penyerbukannya. Karena apa warna yang akan menghiasi sekuntum bunga, hewan mana yang akan membantu penyerbukan bunga yang manapun semuanya telah tertulis pada rencana takdir. Dan karena setiap mahluk hidup telah dibekali dengan perangkat masing-masing yang sesuai dengan tugasnya masing-masing, maka tidak akan ada kerancuan maupun kekacauan yang akan terjadi pada alam yang memiliki sistem yang rumit ini.
Dimuat di Sızıntı edisi 404
Sumber:
- Why are tropical flowers so colourful? Science illustrated. Maret-April. 2010 hal.30
Discussion about this post