Pertanyaan :
Ada anggapan sebagian orang bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya diutus khusus bagi kaum di zamannya dan untuk orang-orang Arab saja. Dapatkah perihal ini dijelaskan ?
Jawaban :
Sebagaimana tidak ditemukan adanya sedikit pun bukti dan isyarat bahwa kenabian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam khusus bagi zamannya saja, begitu pula tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Beliau dikirim hanya bagi orang-orang Arab saja. Sebaliknya, semua bukti yang ada justru menyatakan bahwa di sepanjang hidupnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin menyebarluaskan agama Islam hingga ke segala penjuru dunia dengan mengerahkan seluruh daya dan upaya yang dimilikinya.
Aleksander Agung, atas nama dominasi dunia; Yulius Kaisar, demi orang-orang Romawi dan Roma; Napoleon Bonaparte karena takhta, mereka semua bertekad menaklukkan dunia demi kekuasaan dan guna mendirikan sebuah negara yang menguasai dunia. Sementara Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang merupakan esensi penciptaan semesta serta tuan bagi segala ruang dan masa, tujuan Beliau ketika memberikan instruksi kepada mereka yang ada di belakangnya untuk menaklukkan dunia tak lain adalah untuk membersihkan sumbatan yang ada di jalan menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, demi mengantarkan manusia yang diciptakan sebagai makhluk termulia, yang terjerumus ke dalam kesesatan menuju titik tujuan penciptaan, dan untuk mengembalikan martabat agung yang hilang dari diri umat manusia. Demi mewujudkan tujuan-tujuan itu, pada setiap saat kehidupannya, Beliau pun mengulurkan tangannya yang diberkati ke seluruh penjuru dunia, sebagai utusan Allah dan di bawah komando serta arahan dari-Nya. Beliau menyampaikan pesan-pesan yang diperoleh dari Dzat Yang Mahabenar kepada semua orang yang dapat mendengarkan suaranya, di mana pun mereka berada.
Sekarang, mari kita perhatikan dengan saksama hal-hal yang membuktikan bahwa tugas Beliau adalah bersifat menyeluruh dan kenabiannya mencakup semua kalangan berikut ini:
1) Saat masih berada di Makkah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim beberapa Sahabat ke Abyssinia (Ethiopia). Berkat para mursyid pertama ini, akhirnya banyak orang yang ada di sana berkesempatan berkenalan dan mengenal Islam. Sebenarnya, secara zahir perjalanan mereka yang membawa pesan pertama ke Abyssinia adalah sebuah hijrah. Namun, berkat usaha mereka, maka masuk Islamnya Raja Najasyi dan orang-orang di sekitarnya pun seakan-akan menjadi isyarat dan ungkapan “Ya”, pada pernyataan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi yang diutus bagi seluruh dunia.
2) Di zaman Al-‘Ashr Al-Sa’adah1, ada beberapa sahabat yang bukan berasal dari Arab seperti Sayidina Bilal bin Rabah dari bumi Abyssinia, Sayidina Suhaib dari tanah Romawi, dan Sayidina Salman Al-Farisi dari negeri Persia yang menempati barisan pertama di antara orang-orang Muslim. Fakta bahwa mereka berasal dari ras yang berbeda tersebut merupakan hal sangat penting dan menjadi contoh atas diberikannya derajat tinggi pada orang yang bukan Arab, di atas kebanyakan orang Arab saat itu, serta bagi aspek penyampaian betapa Islam datang dengan pemikiran yang universal.
3) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada Suraqah bin Malik yang ditugaskan membuntuti Beliau di perjalanan hijrah menuju Madinah, bahwasanya dia akan memakai gelang Kisra bin Hurmuz, penguasa Iran. Ucapan itu disampaikan bahkan bertahun-tahun sebelum penaklukan Irak diwujudkan.2 Hal itu merupakan isyarat dan pertanda bahwa pesan-pesan yang berkenaan dengan kenabiannya harus dibawa ke Iran. Dan tidak lama setelahnya, isyarat yang Beliau berikan itu pun menjadi kenyataan, Irak secara keseluruhan diambil alih kaum Muslimin. Suraqah juga mengambil gelang Kisra dan memakainya di lengannya.3
4) Ketika tengah beristirahat di kediaman kerabatnya, Ummu Haram binti Milhan, istri Sahabat Ubadah bin Shamit, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertidur lalu bermimpi. Pada saat bangun, sembari tersenyum Beliau bersabda:
نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ، يَرْكَبُونَ ثَبَجَ هَذَا الْبَحْرِ مُلُوكًا عَلَى الْأَسِرَّةِ
“Sekelompok umatku diperlihatkan (Allah) kepadaku. Mereka berperang di jalan Allah mengarungi lautan bagaikan para raja di atas singgasana.”4
Sebagaimana pada kasus sebelumnya, di sini diberikan informasi dan isyarat terkait penyebaran risalah Ilahi ke negara luar. Dan kabar gembira itu lalu terwujud di masa para Sahabat.5
5) Suatu ketika Rasulullah berkata kepada para Sahabatnya: “Mesir akan ditaklukkan sepeninggalku kelak. Bersikaplah baik dan lembut kepada orang-orang Mesir karena ada ikatan kekerabatan dan budi di antara kalian dan mereka.”6 Bahkan di masa Sahabat, Beliau telah mengabarkan bahwa cahaya Islam akan menyebar mencapai negeri Mesir dan Beliau menginginkan agar kekerabatan yang diperoleh melalui wasilah Ibunda Maria Al-Qibtiyah senantiasa mereka jaga.
6) Dalam peristiwa Perang Khandak, saat Rasulullah menggali parit di sekitar Madinah, Beliau bergabung di tengah-tengah Sahabatnya, menggali tanah menggunakan sekop. Di sela-sela itu, Beliau menyampaikan bahwa negeri Al-Hirah akan ditaklukkan, tiang-tiang Kisra akan diruntuhkan, dan Damaskus akan jatuh ke tangan orang-orang Islam.7
Kini, setelah semua bukti yang ada, apakah kita masih dapat berasumsi bahwa kenabian Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hanya terkhusus bagi orang-orang Arab dan khusus bagi zamannya saja? Karena jika tidak, akankah kita menganggap bahwa negeri Al-Hirah8, Kisra9, dan Damaskus10 adalah bagian dari Semenanjung Arab dan orang-orang yang berasal dari sana adalah juga orang Arab? Selain itu, sangat mungkin untuk menyebutkan banyak sekali ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi yang menyatakan bahwa tugas Rasulullah bersifat umum dan dakwahnya bersifat universal.
Sekarang, sebagai contoh, mari kita tunjukkan beberapa saja darinya:
1) Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
“Dan nabi-nabi terdahulu (sebelumku) diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada manusia keseluruhannya.” 11
Dalam riwayat lain dengan sedikit penambahan, Beliau bersabda:
كَانَ كُلُّ نَبِيٍّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى كُلِّ أَحْمَرَ وَأَسْوَدَ
“Nabi-nabi terdahulu (sebelumku) diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada manusia, yang berkulit merah dan hitam.”12
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Thabari menekankan hal ini, bahwasanya, “Aku diutus kepada semua manusia sebagai rahmat. Tunaikan dan sempurnakanlah tugasku. Semoga kalian mendapatkan rahmat dari-Nya.”13
2) Ketika utusan Kisra datang menemui Rasulullah, Beliau bersabda bahwa suatu saat nanti, Islam dan kekuasaannya akan sampai hingga ke takhta Kisra.14 Beliau menyampaikan bahwa tugasnya adalah untuk menyampaikan pelita kebenaran kepada seluruh semesta, yang mencakup Iran dan Turan15 di dalamnya.
3) Berabad-abad sebelum Anatolia dan Istanbul jatuh ke tangan orang Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menginformasikan bahwa suatu saat nanti pasukan penakluk akan pergi menuju gerbang Eropa. Beliau memotivasi orang-orang untuk melakukan penaklukan itu serta memuji sang komandan dan para prajuritnya. Dengan sabdanya berikut, Rasulullah memperlihatkan gambaran dunia kepada para Sahabatnya.
لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ، فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا، وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ
“Kostantinopel pasti akan ditaklukkan. Sebaik-baiknya komandan adalah komandan itu dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukan itu.”16
Begitu pula pernyataan Al-Qur’an tentang hal ini sangatlah jelas hingga tidak membutuhkan penafsiran dan penakwilan apapun. Misalnya saja:
- Dalam surat Shad, Allah berfirman:
إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرࣱ لِّلۡعَـٰلَمِینَ
‘’Dia tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam.’’17
Di sini kita diingatkan bahwa Rasulullah diutus sebagai penyeru bagi seluruh umat manusia.
- Dalam surat Yasin, disampaikan dengan lebih jelas bahwa kenabian Rasulullah mencakup keseluruhan jin dan manusia yang hidup. Dan dijelaskan bahwa mengatakan yang sebaliknya dianggap sebagai kekufuran yang terlihat nyata, apa pun itu bentuknya:
لِّیُنذِرَ مَن كَانَ حَیࣰّا وَیَحِقَّ ٱلۡقَوۡلُ عَلَى ٱلۡكَـٰفِرِینَ
“Agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir”18
- Dalam surat Saba’ disebutkan:
وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا كَاۤفَّةࣰ لِّلنَّاسِ بَشِیرࣰا وَنَذِیرࣰا وَلَـٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا یَعۡلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.19
- Dalam surat Al-A’raf disebutkan dengan jelas bahwa Rasulullah adalah utusan yang diutus Dzat Yang Mahabenar kepada seluruh alam dan manusia:
قُلۡ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّی رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَیۡكُمۡ جَمِیعًا ٱلَّذِی لَهُۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ یُحۡیِۦ وَیُمِیتُۖ فَـَٔامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِ ٱلنَّبِیِّ ٱلۡأُمِّیِّ ٱلَّذِی یُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَكَلِمَـٰتِهِۦ وَٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai manusia, sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kalian semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk.”20
Setelah semua bukti ini, sangat sulit memahami klaim-klaim yang mengatakan dan menunjukkan seolah-olah Rasulullah menjadi nabi hanya bagi orang-orang sezamannya saja tanpa ada dalil dan hujjah yang muktabar serta yang mempersempit cakupan dakwah Beliau hanya pada zaman dan tempat tertentu saja.
Selain itu, di dalam Al-Qur’an juga dijelaskan secara rinci para rasul yang diutus hanya kepada kaum yang mereka ada di dalamnya saja, selain juga ditunjukkan perbedaan dan keistimewaan yang ada pada diri Rasulullah sebagai nabi yang diutus bagi seluruh semesta.
Misalnya berkaitan dengan Nabi Nuh ‘alaihi salam, Allah berfirman:
لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ یَـٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَیۡرُهُۥۤ إِنِّیۤ أَخَافُ عَلَیۡكُمۡ عَذَابَ یَوۡمٍ عَظِیمࣲ
“Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Tiada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (Kiamat).”21
Begitu pula dengan Nabi Hud ‘alaihi salam:
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمۡ هُودࣰاۚ قَالَ یَـٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَیۡرُهُۥۤ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Tiada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?”22
Begitu pula dengan Nabi Salih ‘alaihi salam:
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمۡ صَـٰلِحࣰاۚ قَالَ یَـٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَیۡرُهُۥۖ قَدۡ جَاۤءَتۡكُم بَیِّنَةࣱ مِّن رَّبِّكُمۡۖ هَـٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمۡ ءَایَةࣰۖ فَذَرُوهَا تَأۡكُلۡ فِیۤ أَرۡضِ ٱللَّهِۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوۤءࣲ فَیَأۡخُذَكُمۡ عَذَابٌ أَلِیمࣱ
“Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Salih. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Tiada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkan dia makan di bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.”23
Dan tentang Nabi Luth ‘alaihi salam, Allah berfirman:
وَلُوطًا إِذۡ قَالَ لِقَوۡمِهِۦۤ أَتَأۡتُونَ ٱلۡفَـٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنۡ أَحَدࣲ مِّنَ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luṭh, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini)”24
Demikian pula bagi Nabi Syu’aib ‘alaihi salam. Bahkan, di dalam Al-Qur’an, hampir di setiap ayat yang menceritakan tentang nabi-nabi tersebut, ditekankan bahwa mereka diutus sebagai nabi hanya bagi bangsa dan kaumnya saja. Dengan demikian, Al-Qur’an seakan-akan menjelaskan secara terperinci tanpa meninggalkan kesangsian perihal siapa nabi yang diutus bagi keseluruhan manusia dan siapa yang bukan, siapa nabi yang diperintah untuk menyampaikan dakwah bagi kaum dan kabilahnya saja, serta siapa nabi yang diembankan amanah untuk menerangi kemanusiaan secara keseluruhan.
Sebenarnya, semenjak pertama kali Rasulullah diutus sebagai nabi, kenabiannya telah didengar dan diterima dengan baik di seluruh penjuru dunia; risalah yang Beliau sampaikan memberikan dampak yang sangat luas mulai dari Marrakesh25 hingga ke Transoksiana26 dan menghidupkan kehidupan; hukum-hukum yang Beliau bawa dari Allah telah diadopsi dan diimplementasikan oleh banyak negara Islam selama berabad-abad lamanya; dan prinsip-prinsip yang Beliau berikan kepada umat manusia senantiasa menyatu dengan kehidupan, berada di depan pemikiran, menjadi panduan bagi ilmu pengetahuan, dan menjadi pendorong bagi pemikiran serta penelitian. Terlebih lagi, meskipun telah mengalami berbagai intimidasi, tekanan, dan penindasan yang dilakukan musuh-musuh Islam selama berabad-abad lamanya, fakta bahwa prinsip-prinsip yang dibawa Rasulullah masih segar, baru, dan dicari. Bahkan hari ini, berdasarkan kesepakatan pernyataan ribuan ilmuwan dan pemikir bahwa penaklukan kembali umat manusia hanya akan mungkin dilakukan dengan semangat dan prinsip-prinsip yang dibawa olehnya semata, merupakan salah satu dari ribuan bukti kenabian Baginda Rasulullah yang universal.
Singkatnya, sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai kitab hadis dan buku sirah yang muktabar, demi mendeklarasikan kenabiannya ke seluruh penjuru dunia, Rasulullah pun mengirimkan surat kepada para raja di dunia seperti Kaisar Romawi Heraclius27, Raja Mesir Muqauqis28, Khosrau Iran29, Raja Negus Abyssinian.30 Semenjak hari pertama menyeru kepada agama yang benar hingga di zaman kita sekarang ini, Beliau senantiasa memperkenalkan dirinya sebagai nabi bagi keseluruhan semesta. Prinsip-prinsip agama yang dibawanya, yang dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar manusia menjadi bukti nyata bahwa diri Beliau adalah demikian adanya. Jadi, memunculkan kesangsian-kesangsian baru terkait permasalahan ini tak lain dan tak bukan bersumber hanya dari kebencian dan kedengkian semata.
Referensi :
- Masa ketika para Sahabat dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hidup.
- Ibnu Hajar, Al-Ishabah, 3/41.
- Al-Baihaqi, Al-Sunan Al-Kubra, 6/357-358.
- Bukhari, jihad 8. Muslim, imarat, 160-161
- Bukhari, jihad 8; Ibnu Hajar, Al-Ishabah, 4/441.
- Al-Thabari, Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk, 4/228.
- Ahmad bin Hanbal, Al-Musnad, 4/303; Ibn Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 4/116.
- Sebuah kota kuno di Mesopotamia yang terletak di sebelah selatan tempat yang sekarang disebut Kufah di tengah-selatan Irak.
- Sebuah kota di provinsi Silyana, Tunisia. Kotamadyanya terletak di selatan Silyana.
- Sebuah daerah yang terletak di timur Laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan Pegunungan Taurus.
- Bukhari, tayamum 1; salat 56; Muslim, masjid 3.
- Al-Hakim, Al-Mustadrak, 2/460; Al-Thabarani, Al-Mu’jam Al-Kabir, 11/61; Ibnu Al-Mubarak, al-Zuhd, 1/377.
- Al-Thabari, Tarikh Al- Umam wa Al-Muluk, 2/128.
- Ibn Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 4/116; Ahmad bin Hanbal, Al-Musnad, 4/303.
- Sebuah tempat bersejarah di Asia Tengah.
- Ahmad bin Hanbal, Al-Musnad, 4/335; Al-Hakim, Al-Mustadrak, 4/422.
- Shad, 38/87.
- Yasin, 36/70.
- Saba’, 34/28.
- Al-A’raf, 7/158.
- Al-A’raf, 7/59.
- Al-A’raf, 7/65.
- Al-A’raf, 7/73.
- Al-A’raf, 7/80.
- Sebuah kota di barat daya Maroko di kaki Pegunungan Atlas yang juga dikenal dengan sebutan “Mutiara dari Selatan”.
- Sebuah wilayah kuno yang terletak di Asia Tengah, antara Sungai Amu Darya dan Sungai Syr Darya.
- Bukhari, bad’ul wahyi 16; Muslim, jihad 74.
- Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 5/324.
- Bukhari, ilmu 7; Ahmad bin Hanbal, Al-Musnad, 1/423.
- Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 3/104.
Discussion about this post