Bagi manusia, menghirup udara yang bersih sama esensialnya dengan mengonsumsi makanan sehat lagi bergizi dan minum air bersih. Sayangnya, laporan Kualitas Udara Dunia 2021 yang dirilis oleh IQAir menunjukkan bahwa hanya 3% kota di seluruh dunia yang memenuhi pedoman kualitas udara yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO).1
Polusi udara telah menjadi pembunuh senyap yang berbahaya bagi kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia. Setiap menit, seorang anak meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh polusi udara. Setiap menit, 10 orang dewasa mengalami kematian dini akibat menghirup udara kotor sepanjang hidupnya. Total terdapat 5 juta kematian setiap tahun akibat polusi udara, sayangnya angka ini lebih besar daripada jumlah kematian tahunan akibat perang, pembunuhan, malaria, TBC, HIV/AIDS, dan virus Ebola.2
Secara garis besar, polusi udara kita bersumber dari aktivitas manusia, yaitu bergerak, berproduksi, menghasilkan energi, dan mengelola sampah. Selain yang dihasilkan oleh manusia, sebenarnya alam juga sudah menghasilkan polutan udara, misalnya abu dan gas vulkanik yang dikeluarkan bersamaan dengan letusan gunung berapi, aktivitas penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme, dan kebakaran hutan.3
Aktivitas Olahraga dan Kualitas Udara
Terdapat asumsi bahwa olahraga pagi itu baik. Ini karena pada pagi hari udara terasa sejuk dan belum banyak orang memulai aktivitasnya. Selain itu, terdapat studi yang menunjukkan bahwa olahraga pagi tidak hanya mampu meningkatkan kesehatan jasmani dan mengurangi prevalensi4 beberapa penyakit, ia juga bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan intelegensi dan emosi serta meringankan tekanan mental.5 Namun, para pencinta olahraga outdoor kini harus lebih memerhatikan tingkat polusi udara. Oleh karena kadar polutan terus berubah, penting bagi kita untuk mengetahui kapan waktu yang paling tepat untuk berolahraga di udara terbuka.6
Sayangnya, udara Jabodetabek kurang aman untuk olahraga outdoor. Ironisnya lagi, udara pada pukul 04.00 sampai 08.00 lebih buruk kualitasnya dibandingkan pada pukul 16.00-20.00, karena hal ini bersifat dinamis, sebaiknya kita cek dahulu kualitas udara sebelum memutuskan berolahraga. Jika kualitasnya sedang tidak bagus, sebaiknya kita berolahraga di dalam ruangan, khususnya yang telah dilengkapi air purifier. Lantas, mengapa udara di pagi hari yang terkenal sejuk dan nyaman justru kadar polusinya menjadi tinggi?
Planetary Boundary Layer serta Perbedaan Konsentrasi Polutan Setiap Waktu
Planetary Boundary Layer (PBL) adalah fragmen troposfer yang mendapat pengaruh secara langsung dari permukaan Bumi dengan rentang waktu respons sekitar satu jam atau kurang. ABL memiliki pengaruh besar terhadap proses fisika di atmosfer dan sistem iklim secara keseluruhan.7
Pada siang hingga sore hari, permukaan Bumi mencapai panas maksimum. Turbulensi panas terjadi dengan kuat menyebabkan angin permukaan berembus kencang hingga menambah luas boundary layer menjadi setinggi 1-1,5 km dari permukaan Bumi. Hal ini menyebabkan bertambah luasnya ruang gerak polutan udara sehingga kepekatannya pun berkurang.
Pada malam hingga dini hari menjelang pagi, radiasi di angkasa menyejukkan permukaan Bumi. Proses ini mendinginkan udara di sekitarnya melalui proses konduksi molekuler, turbulensi, dan transfer radiatif8. Turbulensi termal tidak terjadi karena angin di sekitar permukaan Bumi berembus dengan tenang. Hal ini menyebabkan lapisan batas yang stabil terbentuk pada ketinggian beberapa ratus meter saja di atas permukaan Bumi. Lapisan ini dangkal sehingga hanya memberi sedikit ruang bagi partikel-partikel polusi untuk bergerak. Akibatnya, polutan terkonsentrasi sehingga tingkat polusi udara jadi lebih tinggi saat tengah malam hingga pagi tiba.9
Polutan Udara Paling Berbahaya: PM2.5
Terdapat banyak polutan yang memperburuk kualitas udara outdoor, misalnya particulate matter (PM), CO, O3, NO2, dan SO2. Di antara polutan-polutan tersebut, partikel halus PM2.5 merupakan polutan yang dapat menimbulkan risiko kesehatan terbesar. Partikel halus dengan diameter kurang dari 2.5 mikron ini dapat menembus masuk ke dalam paru-paru. PM2.5 bahkan bisa tembus ke dalam aliran darah. Sumber utama polutan ini adalah emisi mobil dan truk (khususnya mesin diesel), kebakaran hutan, penggunaan tungku berbahan bakar kayu, asap jalanan dan konstruksi, kegiatan agrikultur, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan fosil lainnya, produksi kertas, dan kilang minyak.10
Pajanan12 PM2.5 memiliki dampak seperti berkurangnya fungsi paru-paru, terjadinya bronkitis kronis, bahkan kematian dini. Pajanan jangka pendek (baik dalam durasi jam ataupun hari) dapat memperburuk penyakit paru-paru, serangan asma, bronkitis akut, serta meningkatkan kerentanan terhadap infeksi respiratori. Bagi orang-orang yang memiliki riwayat jantung, pajanan jangka pendek berhubungan dengan serangan jantung dan aritmia. Anak-anak dan orang dewasa yang sehat dilaporkan tidak menderita efek serius dari pajanan jangka pendek PM2.5. Meski begitu, mereka akan merasakan iritasi minor ketika konsentrasi partikel meningkat.13
PM2.5 sendiri tidak dapat difilter oleh pepohonan karena ia adalah partikel padat. Pepohonan bisa menyerap gas polutan secara terbatas dan tidak besar. Namun, pepohonan tidak dapat menyerap padatan. Untuk itu, banyaknya pepohonan di suatu wilayah tidak kemudian membuat udara di daerah tersebut aman dari ancaman PM2.5. Faktor alam yang dapat mengurangi konsentrasi PM2.5 adalah angin kencang. Penelitian yang dilakukan oleh Zhen Liu15 menyebutkan bahwa curah hujan memiliki efek pembilas yang lebih efektif pada PM10 dibandingkan pada PM2.5. Penelitiannya menerangkan bahwa angin kencang bisa mengurangi konsentrasi PM2.5 dan PM10 khususnya ketika kecepatannya di atas 2 m/s.
Mengurangi Dampak Kesehatan dari PM2.5
Di antara semua solusi tentu saja kebijakan pemerintah merupakan yang paling efektif. Terdapat banyak contoh kebijakan yang sukses mengurangi polusi udara,16 misalnya:
Industri: menggunakan teknologi untuk mengurangi emisi pada cerobong asap industri.
Energi: memastikan terbukanya akses alih energi di skala domestik untuk mengurangi pembakaran biomassa. Indonesia cukup berhasil dalam konversi ini lewat program pemberian subsidi LPG 3kg kepada masyarakat miskin.17
Transportasi: mengembangkan rapid urban transit, fasilitas ramah pedestrian, serta mendorong masyarakat terbiasa berjalan kaki dan bersepeda untuk beraktivitas.
Pembangkit listrik: meningkatkan jumlah renewable energy plant bertenaga Matahari, angin, hydropower, dan panas Bumi seperti yang sedang dikembangkan di PLTS Cirata, PLTS apung terbesar se-Asia Tenggara.
Pengelolaan sampah: mengembangkan strategi untuk mengurangi konsumsi sampah, baik domestik maupun industri.
Secara individu, kesempatan kita terpajan PM2.5 bergantung pada jenis dan durasi aktivitas kita di luar ruangan. Jika konsentrasi PM2.5 tinggi, maka kita perlu mengurangi durasi aktivitas outdoor atau menggantinya dengan kegiatan lain, misalnya memilih olahraga jalan santai daripada jogging. Aktivitas dan olahraga outdoor bisa dilakukan saat konsentrasi PM2.5 rendah. Jikalau terpaksa keluar rumah saat polusi sedang tinggi, solusinya adalah batasi durasi dan gunakan masker. Untuk aktivitas dalam ruangan kita bisa menggunakan penjernih udara yang sudah menggunakan HEPA filter.
Berkaitan dengan anak-anak, jika memungkinkan, kita dapat mempertimbangkan sebuah tempat tinggal dengan lingkungan rendah polusi guna membesarkan mereka. Sebagaimana Rasulullah yang ketika kecil diserahkan dan dibesarkan oleh sang ibu susu, Sayidah Halimah Sa’diyah dari Kabilah Bani Sa’ad. Beliau dibesarkan di desa al-Hudaibiyah, Thaif, yang kualitas udaranya lebih bersih daripada Makkah dan daerah-daerah lain di tanah Hijaz. Seiring perkembangan zaman, kini terdapat banyak lembaga pendidikan berkualitas dengan fasilitas asrama yang bertempat di pedesaan, pinggir aliran sungai, pegunungan yang jauh dari polusi dengan masyarakat sekitarnya yang masih berakhlak dan bersikap baik yang bisa menjadi teladan bagi anak-anak kita.
Solusi lain yang terbukti efektif adalah mendorong legislasi (pembuatan undang-undang) untuk menjaga kualitas udara serta praktik penegakan hukumnya, mengurangi ketergantungan energi pada batu bara, serta membantu para petani untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian dengan teknologi ramah lingkungan. Menerapkan langkah ini dalam skala luas dan dalam tempo waktu yang cepat akan meningkatkan kualitas udara, merespons keadaan darurat perubahan iklim global, dan menghasilkan manfaat yang sangat besar bagi peningkatan kualitas kesehatan, lingkungan, sosial, dan ekonomi. Tidak ada ruang untuk mengelak, tidak ada waktu untuk berdebat. Udara bersih bukanlah tujuan kebijakan yang bersifat opsional. Ia adalah hak asasi manusia yang amat mendasar. Setiap orang berhak menghirup udara bersih. Sayangnya, miliaran orang saat ini tengah menghirup udara kotor lagi mematikan. Ini adalah krisis di bidang kesehatan, lingkungan, dan hak asasi manusia secara global. Solusinya sudah diketahui dan hanya perlu diimplementasikan. Lewat upaya pengurangan polusi udara ini, kita tidak hanya menyelamatkan puluhan juta nyawa dalam beberapa dekade ke depan, tetapi juga kesempatan luar biasa dalam rangka memenuhi kewajiban moral dan hukum kita sebagai penduduk Bumi.
Meski alam diberi kemampuan untuk mengembalikan kondisi dirinya seperti sediakala, tetapi ia tetap memiliki batas. Daya lenting lingkungan tidaklah permanen, statis, ataupun memiliki hubungan yang sederhana. Ia menjadi tak bermakna sebagai konsekuensi dari inovasi manusia dan perkembangan biologis yang tidak sepenuhnya kita ketahui.18 Untuk itu, manusia perlu menghormati alam semesta yang telah diciptakan Sang Maha Kuasa untuk memenuhi hajat hidupnya.
Sebagai penutup, mari kembali kita simak pesan sang pemikir abad ini:
“…sebagaimana kesatuan Matahari yang merupakan lampu bagi seluruh alam menjadi petunjuk bahwa seluruh alam ini adalah milik Zat Yang Esa, maka udara yang berusaha melayani kepentingan semua makhluk, api yang dinyalakan untuk semua kebutuhan, awan yang menyirami Bumi, serta hujan yang turun untuk membantu semua makhluk pun juga adalah satu dan memenuhi panggilan semua makhluk. Tersebarnya sebagian besar makhluk, baik hewan atau tumbuhan, ke seluruh pelosok Bumi dengan jenis dan habitat yang sama, menjadi petunjuk yang tegas dan saksi yang jujur bahwa seluruh entitas dan habitatnya berada dalam kekuasaan Zat Yang Maha Esa.”19
Referensi:
- Detania Sukarja & Barran Hamzah Nasution, 2022, ‘Revisiting Legal and Ethical Challenges in Fulfilling Human Right to Clean Air in Indonesia,’ Jurnal HAM, Vol. 13. No. 3 December 2022, DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2022.13.557-580
- David R. Boyd, 2019. ‘Editorial: The Human Right to Breathe Clean Air,’ Annals of Global Health. 2019; 85(1): 146, hlm. 1. DOI: https://doi.org/10.5334/aogh.2646
- Philip J Landrigan, 2017, ‘Air Pollution and Health’, The Lancet, Vol. 2 Januari 2017.
- Jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah.
- Vella, S.A., Swann, C., Allen, M.S., Schweickle, M.J. and Magee, C.A. (2017). Bidirectional associations between sport involvement and mental health in adolescence. Med. Sci. Sports Exercise 49: 687-694.
- Xiu-Feng Ni, Shu-Chuan Peng, Ji-Zhong Wang, 2019, ‘Is Morning or Evening Better for Outdoor Exercise? An Evaluation Based on Nationwide PM2.5 Data in China,’ Aerosol and Air Quality Research, 19: 2093–2099, 2019, DOI: https://doi.org/10.4209/aaqr.2019.07.0362
- Vivi Fitriani et al. ‘Estimasi Ketinggian Planetary Planetary Boundary Layer Indonesia Menggunakan Data ECMWF Reanalysys Era-Interm’, Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 18 No. 1 Tahun 2017, hlm. 21-31
- Transfer radiasi adalah fenomena fisik transfer energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Penyebaran radiasi melalui medium dipengaruhi oleh absorpsi, emisi, dan proses pengaburan.
- Jeff Haby, ‘The Planetary Boundary Layer’ diakses di: https://www.weather.gov/source/zhu/ZHU_Training_Page/clouds/planetary_boundary_layer/PBL.html pada tanggal 28 September 2023 pkl 16:44.
- EPA, ‘What is PM”, diakses dari https://www3.epa.gov/region1/airquality/pm-what-is.html pada tanggal 28 September 2023 pada pkl 21.05 WIB
- Dikutip dari: https://twitter.com/piotrj/status/1596725995968483328?s=20
- Peristiwa yang menimbulkan risiko penularan.
- EPA, 2010, ‘Particle Pollution and Your Health’, dikutip dari: https://nepis.epa.gov/Exe/ZyPDF.cgi/P100RQ5N.PDF?Dockey=P100RQ5N.PDF
- Dikutip dari: https://twitter.com/nafasidn/status/1665690222980390914?s=20
- Zhen Liu et.al., 2020, ‘Analysis of the Influence of Precipitation and Wind on PM2.5 and PM10 in the Atmosphere’, Advances in Meteorology Volume 2020 | Article ID 5039613 | https://doi.org/10.1155/2020/5039613
- WHO, 19 Desember 2022, ‘Ambient (outdoor) Air Pollution,’ diakses dari: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ambient-(outdoor)-air-quality-and-health
- David R. Boyd, 2019. op. cit. Hlm 2
- Kenneth Arrow et al., 1995, ‘Economic Growth, Carrying Capacity, and The Environment,’ Ecological Economic, 15, page 92-93
- Badiuzzaman Said Nursi. 2018, al-Lamaat, Risalah Nur Press: Jakarta, hal. 653.
Discussion about this post