Pada bukunya yang berjudul Metamorphosis, Ovid menceritakan cerita tentang Narcissus. Alkisah Narcissus adalah seorang pemburu, seseorang dengan talenta, keagungan, dan pesona luar biasa. Akan tetapi, ia seorang yang egois. Ia hanya memikirkan dirinya sendiri, sampai-sampai ia tidak memandang akan keberadaan orang lain selain dirinya saja. Eco jatuh cinta kepadanya. Tetapi, karena mengetahui kelemahan Narcissus, Nemesis membawa Narcissus ke sisi sebuah kolam dan menunjukan bayangan dirinya. Narcissus kemudian menjadi amat jatuh cinta pada bayangan ini.
Narcissus, atau seorang Narsis, jatuh cinta pada apa yang ia lihat di dalam kolam. Ia mencintainya seolah-olah itu adalah kenyataan hidup yang terjadi padanya. Di satu sisi, saat ia terhanyut pada kolam tersebut, kenyataan hidupnya sangat bertolak belakang. Bayangan yang digambarkan oleh kolam tersebut membuat ia bahagia. Narcissus bukanlah apa-apa tanpa kolam tersebut, itulah yang membuatnya menukar kenyataan dengan bayangan yang tergambar.
Begitu larutnya Narcissus dalam bayangannya sampai ia lupa bahwa bayangan hanyalah sebuah bayangan. Ia bermain-main dengan bayangan itu seperti layaknya bayi. Dalam pandangannya, apa yang ia lihat di kolam tersebut jauh lebih benar daripada kenyataannya sendiri. Narcissus berada dalam keadaan sakit.
Bagaimanapun, Narcissus tidak akan mampu lari dari kenyataan, walaupun ia mampu menipu dirinya sendiri. Suatu hari, ia menyentuh air kolam tersebut dengan jarinya. Air tersebut bergelombang, dan bayangannya menjadi jelek. Hal ini membuatnya tertekan. Jarinya telah memudarkan bayangannya dan menunjukan kenyataan. Namun, alih-alih berterima kasih pada kenyataan karena telah membebaskannya dari kerangkeng tipuan bayangan, ia malah marah dengan kenyataan, karena ia lebih memilih apa yang tampak daripada kebenaran itu sendiri. Situasi ini tidak hanya benar dalam perumpamaan, tetapi juga dalam kenyataan. Perbedaan antara kenyataan dan bayangan mengacaukan keseimbangan seorang Narsis. Baginya kenyataan itu pahit dan bayangan itu indah. Ia tidak tahu bahwa keindahan yang sesungguhnya dipupuk dari inti kebenaran.
Sayangnya, seorang Narsis tidak akan mampu melepaskan belenggu bayangannya. Ia siap melakukan kegilaan apapun untuk tetap mendapatkan kenyataan yang telah ia ubah. Narsis yang malang! Dalam kisah ini, karena tidak sanggup menahan jeleknya kenyataan, ia menceburkan dirinya kedalam kolam dan tenggelam. Ia lebih memilih terperangkap dalam kolam kecil itu daripada berada dalam keagungan kenyataan.
Setiap orang-orang yang narsis memiliki kolamnya. Kolam yang sama yang akan mengakhiri hidup setiap narsis. Ia membutuhkan kolam itu, karena tidak akan ada bayangan tanpa kolam tersebut. Kolam tersebut adalah tempat singgah virtual baginya untuk melarikan diri dari pahitnya kehidupan. Kolam tersebut adalah jebakan. Ia hanya menyuguhkan bayangan, tetapi menghilangkan karakter yang sesungguhnya.
Sayangnya, di kehidupan modern saat ini orang-orang narsis masih banyak ditemukan. Beberapa dari mereka membangun bayangan diri mereka sendiri di media yang disediakan mirip seperti kolam dalam kisah di atas. Sementara yang lainnya, terikat pada diri mereka sendiri, sangat terobsesi dan terhanyut dalam kenyataan khayalan mereka. Mereka akan tenggelam dalam kolam atau terperangkap selamanya dalam sebuah kebohongan.
Discussion about this post