Teknik Pengujian Darah Terbaru Dapat Memberikan Informasi tentang Setiap Virus yang Pernah Anda Miliki
Para insinyur telah mengembangkan sebuah perangkat baru yang dapat menguji adanya infeksi yang pernah terjadi di masa lampau dan yang sekarang terjadi pada seseorang dengan cara menganalisis setetes darah milik orang tersebut. Metode baru yang dikenal sebagai VirScan (Systematic Viral Epitope Scanning) ini jauh lebih baik dibandingkan metode-metode yang telah ada, yang hanya dapat digunakan untuk mencari sebuah virus untuk sekali pengujian. Ketika kita terinfeksi oleh virus, sistem kekebalan tubuh kita mulai bekerja melawan virus tersebut dengan menghasilkan antibodi yang tugasnya menetralisasi objek asing yang masuk ke dalam tubuh dan membawa penyakit. VirScan dapat dengan mudah mendeteksi antibodi-antibodi tersebut yang diproduksi untuk melawan sekitar 1.000 jenis dari total 206 spesies virus yang dikenal dapat menginfeksi manusia. Karena sistem kekebalan kita terus-menerus memproduksi antibodi-antibodi ini walaupun virusnya telah lama musnah maka Virscan mampu mendeteksi infeksi yang sekarang sedang terjadi dan yang telah berlalu. Sebagaimana hasil yang telah diperoleh pada studi awal, para ilmuwan telah menggunakan VirScan untuk mendeteksi darah dari 569 orang di Amerika Serikat, Afrika Selatan, Peru, dan Thailand. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa setiap pasien rata-rata memiliki antibodi sebanyak sekitar 10 spesies virus yang berbeda. Mereka juga menemukan bahwa sampel darah dari pasien dengan HIV menunjukkan jumlah antibodi yang lebih banyak untuk mengatasi virus-virus yang berbeda dibandingkan dengan pasien tanpa HIV. Pengujian ini relatif mudah dan hanya membutuhkan biaya sekitar 25 dolar. VirScan akan sangat berguna untuk diterapkan di negara-negara miskin, di mana alat ini dapat digunakan untuk menelusuri pola penyakit di antara populasi global yang bervariasi dan untuk mengembangkan pendekatan terapi yang diinginkan.
Komputer Baru yang dijalankan pada Tetesan Air
Setelah sepuluh tahun bekerja keras, para ilmuwan akhirnya telah membuat sebuah komputer yang dapat bekerja berdasarkan gerakan fisik dari tetes-tetes air. Mereka merancang sebuah sistem di mana tetes-tetes air ditangkap dalam sebuah medan magnetik. Ketika medan magnetik tersebut diputar maka tetes-tetes air tersebut bergerak ke arah dan jarak yang tepat, yang hasilnya sebuah komputer yang tersinkronisasi secara mendasar dengan seluruh sifat fisika air. Para peneliti menerapkan sifat-sifat fisika dari tetes-tetes air yang bergerak terhadap pengukur waktu, yakni sebuah komponen penting dari setiap komputer atau piranti berbasis komputer seperti telepon pintar (smartphones), pesawat terbang, dan bahkan internet. Hampir setiap program komputer menjalankan beberapa operasi secara bersamaan (simultan) dan sebuah pengukur waktu memastikan bahwa informasi yang dijalankan tersinkronisasi dengan baik. Secara teori, jenis komputer baru ini dapat melakukan operasi yang sama dengan komputer lain pada umumnya, meskipun komputer berbasis gerakan fisik air jelas akan berjalan lebih lambat daripada komputer konvensional berbasis gerakan elektron. Namun, komputer ini tidak ditujukan oleh para ilmuwan untuk bersaing dengan komputer-komputer yang memiliki CPU cair yang super cepat. Tujuan mereka adalah untuk membangun komputer dengan kelas yang benar-benar baru yang dapat memanipulasi sifat-sifat fisik benda, bukannya komputer yang mengolah informasi bit data. Chip-chip komputer saat ini berukuran sekitar setengah dari ukuran perangko, dan tetes-tetes air jauh lebih kecil daripada ukuran benih tumbuhan opium. Fakta bahwa medan magnetik dapat mengontrol jutaan tetes-tetes air secara simultan membuat sistem tersebut sangat praktis dan simpel. Para ilmuwan meramalkan bahwa teknologi ini dapat berpotensi mengubah komputer menjadi laboratorium kimia dan biologi yang sangat praktis dan efisien. Dibandingkan menjalankan reaksi-reaksi kimia di dalam tabung-tabung reaksi, setiap tetes dapat membawa sejumlah bahan kimia dan berperan seperti tabung reaksi, dan komputer tetes menawarkan kontrol yang sangat efektif untuk mengamati interaksi-interaksi tersebut.
Tarian Kosmik di Ujung Terjauh Sistem Tata Surya Kita
Para astronom menemukan bahwa pada jarak 4,5 trilyun mil dari Bumi, sistem Pluto lebih janggal dan kompleks daripada yang pernah dibayangkan orang. Hasil foto-foto Teleskop Ruang Angkasa Hubble membuktikan bahwa Pluto, dengan satelitnya yang terbesar yaitu Charon, dan satelit-satelit lainnya, yaitu Styx, Nix, Hydra, dan Kerberos menunjukkan gerak ritmik berputar (gerak girasi) yang tidak wajar, tidak seperti gerakan yang dilakukan benda-benda langit lainnya di tata surya kita. Para ilmuwan mengira bahwa perilaku satelit Pluto yang tidak dapat diprediksi ini disebabkan karena tarikan gravitasi yang dilakukan Charon. Karena Pluto dan Charon letaknya cukup dekat, apalagi Charon bergerak melingkari Pluto, keduanya mengorbit di sekitar sebuah pusat gravitasi. Pasangan benda langit ini seperti dua benda berbeda ukuran di ujung-ujung sebuah barbel fitnes kecil (dumbbell), dan barbel kecil itu berputar-putar. Para astronom mengatakan fenomena ini sebagai sebuah “planet biner”. Ketika Pluto dan Charon melakukan gerakan melingkarnya bersama-sama, keempat satelit yang lebih kecil digerakan melingkari keduanya, bergeser-geser sedikit ketika mereka mendekat ke salah satu dari Pluto atau Charon karena terdorong dan tertarik oleh dua benda yang lebih besar tersebut. Karena satelit-satelit yang lebih kecil tidak memiliki massa yang cukup besar agar gravitasi internalnya menjaga bentuknya tetap bulat sempurna maka keempat satelit tersebut bentuknya sedikit lebih lonjong (elips). Dengan satelit-satelit kecil yang bergeser-geser ke samping dan berputar-putar ke arah yang tidak jelas, jika Anda hidup di Nix, misalnya, matahari akan terbit di bagian langit yang berbeda pada hari yang berbeda. Setelah 9,5 tahun perjalanan melintasi sistem Tata Surya, pesawat luar angkasa New Horizon milik NASA yang berbiaya 700 juta dolar akan tiba di sistem Pluto pada bulan Juli tahun ini. Pesawat tersebut diharapkan dapat mengambil foto-foto Pluto dan satelit-satelitnya dengan resolusi yang sangat tinggi, dan para astronom berharap dapat memahami terbuat dari apa dan seberapa besar sistem Pluto itu sebenarnya.
Discussion about this post