Teridentifikasinya Mineral Bumi Yang Paling Berlimpah, Penemuan Bridgemanite, Mineral yang Terbanyak di Bumi pada Pecahan Meteorit.
Sebuah tim ilmuwan telah mengidentifikasi dan menandai mineral bumi yang paling berlimpah, yaitu Bridgemanite yang terdapat sekitar 70 persen dari mantel bagian bawah bumi dan 38 persen dari volume totalnya. Mineral ini merupakan sebuah besi magnesium silikat (magnesium iron silicate) yang berkepadatan tinggi dan setelah tahun 1964 dinamakan sesuai nama ahli fisika peraih hadiah Nobel, Percy Bridgman. Selama beberapa dekade, para ilmuwan mengetahui keberadaan lapisan Bridgemanite padat di dalam mantel bawah bumi (660 hingga 2890 km di bawah permukaan) melalui teori-teori dan beberapa studi eksperimental. Namun karena mineral misterius ini tidak pernah sampai dengan selamat dalam perjalanan ke permukaan, tak seorangpun yang mampu membuktikan keberadaannya. Terdapat kecocokan bahwa kompresi kejutan yang terjadi pada tabrakan asteroid menciptakan sebuah temperatur terbalik yang identik (2100 C0) dan tekanan tinggi (240.000 kali lebih besar daripada permukaan laut), kondisi ini juga ditemukan pada lapisan-lapisan dalam bumi. Dengan demikian, para ilmuwan memutuskan untuk mengamati meteorit secara teliti, terutama satu yang jatuh di Australia pada tahun 1879. Dengan menggunakan sinar X-ray mikro fokus bersama dengan mikroskop elektron, mereka berhasil mendeteksi butir Bridgemanite untuk pertama kali. Penemuan kimia kristal Bridgemanite akan berdampak signifikan bagi studi-studi kimia dan geologi di masa depan terhadap mantel dalam bumi, dan mungkin studi tentang pembentukan alam semesta.
Sumber:
Tschauner 0. et al. Discovery of bridgmanite, the most abundant mineral in Earth, in a shocked
Pria Perokok Akan Kehilangan Kromosom Y Secara Mosaik
Kromosom Y adalah satu dari dua kromosom penentu jenis kelamin yang dimiliki oleh pria, satu kromosom X dan satu kromosom Y (wanita tidak memiliki kromosom Y, tetapi memiliki dua kromosom X). Saat terjadi pembelahan sel normal, salinan semua 23 kromosom termasuk X dan Y, disintesis dan diurutkan ke dalam dua sel anak yang baru. Proses yang rumit ini terkadang mengalami ketidakberesan, dan kromosom akan hilang. sel-sel dengan kromosom yang hilang biasanya mati, tetapi sel-sel tersebut dapat tetap hidup tanpa adanya kromosom Y. awalnya para ilmuwan berpikir bahwa pria kehilangan kromosom Y akibat pertambahan usia mereka dan itu adalah hal normal dari proses penuaan. Namun studi lebih lanjut menunjukkan bahwa jika kehilangan kromosom Y akibat usia, dapat mengakibatkan implikasi kesehatan yang serius, yaitu ada keterkaitannya dengan masa hidup yang lebih pendek dan peningkatan risiko kematian akibat kanker. Bahkan hasil yang lebih mengusik dari sebuah studi baru-baru ini adalah bahwa ditemukan adanya hubungan antara perilaku dan pilihan gaya hidup dengan penyakit. Perbandingan DNA di dalam sel darah pada lebih dari 6000 pria, hasil penelitian menunjukkan bahwa sel darah dari para pria perokok aktif adalah 3-4 kali lebih memungkinkan kehilangan kromosom Y dari pada yang (dalam kontrol) tidak merokok. Temuan ini dapat menjelaskan mengapa pria perokok memiliki peningkatan risiko kematian pada mayoritas kanker dibandingkan dengan wanita perokok. Para ilmuwan menghipotesis bahwa kehilangan kromosom Y dapat menjadikan sel kekebalan tubuh rusak sehingga tidak mampu melawan kanker dan pada akhirnya membuat tubuh rentan terhadap tumor. Namun kabar baik dari studi ini bagi para perokok adalah kromosom Y yang rusak akibat merokok bergantung pada keseringan dan banyaknya dosis rokok yang dihisap. Namun demikian adalah selalu lebih baik untuk tidak merokok, dan tidak pernah ada kata terlambat untuk berhenti merokok.
Sumber:
Dumanski et al. Smoking is associated with mosaic Joss of chromosome Y. Science, Desember 2014
Kasus Kanker Tertua di Dunia, Deskripsi dan Diagnostik Paleopatologi Metastasis/ Penyebaran Karsinoma pada Awai Bronze Age
Kanker adalah penyebab satu dari empat kematian pada masyarakat Baral. Sangat kuat diasumsikan bahwa kanker adalah sebuah penyakit di era modern. Karena manusia yang hidup di era sebelumnya lebih sedikit terpapar oleh racun dan hanya makan makanan alami serta terbiasa dengan gaya hidup yang mengharuskan mereka beraktivitas secara fisik. Banyak orang mengira bahwa tak seorangpun di peradaban lama yang akan mengidap penyakit kanker. Namun sebuah analisis terhadap sebuah kerangka manusia berusia 4500 tahun yang lalu pada suatu pemakaman di Cis-Baikal wilayah Siberia sangat bertentangan dengan pendapat tersebut di atas. Para peneliti memerkirakan usia orang Siberia tersebut sekitar 35 hingga 45 tahun sebelum ia meninggal karena kanker paru-paru atau prostat yang parah. Tulang orang kuno tersebut, dari kepala hingga pinggul, termasuk lengan bagian atas dan kaki bagian atas, dipenuhi oleh lesi dan lubang besar. Hampir dapat dipastikan bahwa kondisi rusaknya tulang yang tampak sedemikian itu membuatnya tidak bergerak dan akhirnya menyebabkan kematiannya sangat menyakitkan. Juga jelas dalam hal ini bahwa orang-orang di sekelilingnya memahami situasinya dan menempatkannya di dalam sebuah kuburan melingkar seperti letak posisi janin dengan terdapat beberapa artefak yang jelas-jelas berbeda dengan sisa-sisa penguburan lainnya di pemakaman tersebut. Meskipun kerangka kuno dengan bekas Iuka kanker relatif jarang, para ilmuwan menduga bahwa kanker mungkin telah umum terjadi pada zaman kuno, tidak seperti umumnya yang sekarang orang bicarakan, terutama ketika melihat pertimbangan variabel lain seperti terbentuknya karsinogen secara alami di samping usia harapan hidup yang lebih lama.
Sumber:
Lieverse AR et al. Paleopathological Description and Diagnosis of Metastatic Carcinoma in an Early Bronze Age (4588+34 Cal. BP) Forager from the Cis-Baikal Region of Eastern Siberia. PLOS ONE, Desember 2014.
Discussion about this post