Peran Sapi bagi Pengobatan Penyakit Manusia
Manusia memelihara sapi untuk memenuhi kebutuhan daging dan susu selama ribuan tahun. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa sahabat kita yang bersahaja ini bahkan tidak hanya sekedar menawarkan dirinya sebagai bahan makanan saja. Para peneliti mengklaim bahwa antibodi sapi dapat membantu kita untuk mengobati infeksi yang mematikan. Antibodi adalah protein besar yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh kita untuk mengidentifikasi dan menetralisir zat-zat asing seperti bakteri, virus, dan parasit. Antibodi adalah molekul berbentuk “Y”, berbentuk ekor dan dua lengan identik. Lengan ini digunakan untuk meraih target spesifik yang disebut antigen. Pada bagian ujung dari senjata ini, ada satu set kecil lingkaran protein yang disebut-sebut saling melengkapi-menentukan daerah atau CDR. Pada penyusunan ulang dari gen dengan kode CDR, populasi yang sangat banyak dan beragam dari antibodi, dihasilkan dalam organisme untuk mengikat setiap penyerbu asing. Target khusus antibodi ditentukan di CDR H3, yang merupakan sub wilayah CDR. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa antibodi dengan wilayah CDR H3 lebih panjang dimungkinkan bekerja dalam infeksi virus akan jauh lebih efektif. Sayangnya CDR H3 panjang, jarang terdapat pada manusia. Menariknya, sapi membuat antibodi dengan sangat panjang di wilayah CDR H3. Analisis kristalografi genetik dan sinar X menunjukkan bahwa antibodi sapi terdiri dari tangkai panjang yang diatapi oleh tombol antigen-pengikat, yang berisi sulfur dengan tingkat yang sangat tinggi dan mengandung asam amino sistein. Residu sistein ini diperkirakan untuk membuat berbagai struktur lingkaran mini dengan mengikat diri mereka pada bentangan protein yang berbeda di wilayah CDR. Karenanya, antibodi sapi bertindak seperti roket satelit pada rangka panjang tipis, yang bisa masuk ke celah-celah sempit untuk mencapai dan mengikat patogen antigen unik yang antibodi biasa tidak bisa mencapainya dengan mudah. Tentu saja, sekarang semua orang bertanya, “Mengapa sistem kekebalan tubuh sapi perlu membuat antibodi seperti itu?” Salah satu penjelasan adalah karena bentuk sapi yang tidak biasa, berperut super besar, berisikan fermentasi rumput tentu tempat berkumpulnya bakteri dan virus, maka sistem antibodi ini yang bisa menjadi satu-satunya cara yang efisien untuk membuat pertahanan terhadap patogen tersebut. Kekuatan antibodi CDR H3 panjang memiliki variasi luas yang dapat diaplikasikan pada manusia dan hewan. Para peneliti berencana mengambil langkah pertama dengan mengimunisasi sapi dengan antigen HIV untuk melihat apakah antibodi dengan CDR H3 yang dipanjangkan dapat memulihkan dan mampu menetralisir virus penyebab AIDS. Setelah serangkaian percobaan berpotensi sukses, sistem antibodi yang baru ini diharapkan dapat diterapkan terhadap penyakit menular lainnya.
Pembaharuan Sel dan Asam Lemak Omega
Sebuah sel dapat menjadi sangat ekonomis dalam kondisi stres. Salah satu faktor utama stres bagi sel adalah kurangnya nutrisi. Dalam kondisi kelaparan, sel bergantung pada cadangan internal energi, atau dengan kata lain, sel akan mendaur ulang. Salah satu mekanisme utama bagaimana sel beradaptasi dan bertahan tanpa adanya sumber energi eksternal adalah yang disebut dengan autophagy, yang merupakan penghancuran sel-sel pada komponennya sendiri untuk kelangsungan hidup sel. Peningkatan autophagy dapat menyebabkan peningkatan pembersihan komponen sel tua atau rusak. Hal ini juga mengesankan bahwa autophagy dapat memperpanjang umur sel dengan mempertahankan fungsi sel. Selain itu, cacat pada fungsi autophagy juga berkaitan pada berbagai penyakit manusia seperti penyakit Parkinson, kanker, dan sindrom metabolik. Namun sayangnya, metabolit penggerak proses autophagy masih belum diketahui. Sebuah studi terbaru dari Massachusetts General Hospital menyoroti soal metabolit yang mengatur adaptasi sel selama kelaparan. Menggunakan cacing nematoda, Caenorhabditis elegans, peneliti menunjukkan bahwa lemak tak jenuh ganda (PUFA) yang ditemukan dalam minyak ikan, omega 3/6, meningkat selama kondisi kelaparan. Tingkat omega 6 PUFA yang meningkat memungkinkan cacing untuk menahan kelaparan dengan merangsang autophagy. Para peneliti kemudian menguji metabolit pada sel manusia dan mengamati hasil yang hampir sama. Autophagy tidak hanya memungkinkan untuk kelebihan komponen sel yang digunakan sebagai sumber energi internal, tetapi juga untuk melindungi organel dari kehancuran akibat kelaparan, jadi hal itu mengarah ke kelangsungan hidup sel-sel. Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan hubungan potensial antara PUFA yang kaya di dalam minyak ikan dengan peningkatan kelangsungan hidup dan umur panjang sel.
Mengapa Wanita Mengingat Wajah Lebih Baik
Mengapa beberapa orang bisa mengingat wajah jauh lebih mudah sementara yang lain cepat melupakan seseorang yang mereka baru kenal? Sebuah studi baru mungkin akan menjawab pertanyaan lama ini. Dalam studi ini, peneliti menunjukkan peserta studi secara acak memilih wajah-wajah di layar komputer. Dengan menggunakan teknologi pelacakan mata, mereka dimonitor di mana, dan untuk berapa lama, para peserta memandang wajah. Setiap wajah diberikan nama yang para peserta diminta untuk mengingat selama periode satu hari dan empat hari. Sebagaimana banyak diperkirakan berdasarkan dari pengalaman sosial mereka, didapatkan bahwa perempuan mengingat wajah jauh lebih baik daripada laki-laki. Ketika catatan pelacakan mata dianalisis, perempuan ditemukan terpaku pada ciri wajah jauh lebih banyak daripada laki-laki. Ini benar-benar di luar kesadaran perempuan, sebagaimana individu biasanya tidak melihat di mana mata mereka terpaku. Studi ini menunjukkan mekanisme spesifik gender baru untuk pembentukan memori episodik dan konsolidasi. Dalam kehidupan nyata, wanita mungkin tanpa sadar lebih memperhatikan pada wajah-wajah baru dibandingkan laki-laki, sehingga menciptakan memori lebih kaya dan unggul. Hasil ini juga membuka kemungkinan baru untuk pengobatan orang dengan gangguan memori hanya dengan meningkatkan pola gerakan mata dan aktivitas mengamati.
Discussion about this post