Lingkungan masa kanak-kanak meninggalkan jejak pada DNA
Pengaruh lingkungan terhadap gen bisa sangat mendalam. Lingkungan kita mungkin tidak secara langsung mengubah urutan DNA yang kita miliki, tapi pasti dapat mendikte bagaimana gen kita akan ditranskripsi. Studi epigenetika meneliti perubahan yang dapat diwariskan di dalam ekspresi gen yang disebabkan oleh mekanisme nongenetik, yaitu mekanisme selain perubahan dalam urutan DNA itu sendiri. Metilasi DNA adalah salah satu modifikasi epigenetik utama untuk mengatur ekspresi gen. Penambahan kelompok metil pada urutan DNA bertindak seperti lampu dim pada saklar lampu, yang akan mengubah gen tertentu itu ‘hidup’ atau ‘mati’. Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa pengalaman hidup pada masa kecil seseorang membentuk pola-pola metilasi DNA mereka. Tim peneliti menemukan bahwa kemiskinan pada masa kanak kanak (bukan status sosial ekonomi mereka sebagai orang dewasa) sangat berkorelasi dengan tanda metilasi berbeda yang tersisa pada gennya. Meskipun anak-anak di rumah tangga kaya dan miskin memiliki kumpulan gen yang identik, tingkat kesulitan atau stres di rumah menentukan kombinasi gen-gen yang diaktifkan atau dibungkam melalui metilasi DNA diferensial. Orang dapat membayangkan bahwa perubahan epigenetik seperti itu mungkin menyebabkan beberapa perubahan dalam program gen ekspresi pada orang buta terhadap beberapa sinyal tertentu dari lingkungannya atau bahkan membuat mereka menjadi lebih sensitif. Mungkin perubahan tersebut bisa membuat beberapa orang lebih adaptif terhadap kondisi kehidupan yang keras, bahkan meningkatkan daya juang mereka untuk bertahan hidup. Temuan ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan awal kehidupan membentuk epigenome kita secara permanen sehingga mempengaruhi pengalaman hidup kita, kesehatan dan mungkin banyak hal lain lagi yang belum kita sadari.
Sumber: Factors underlying variable DNA methylation in a human community cohort. L.L. Lam et al. PNAS October 16, 2012 vol. 109
Sebuah Planet Asing di Sebelah Kita
Para astronom baru saja menemukan sebuah planet asing seukuran bumi yang tepat berada di sebelah sistem tata surya kita. Sebuah Planet baru seperti bumi, bernama Alpha Centauri, hanya sejauh 4,4 tahun cahaya. Itu berarti sekitar 40 triliun km jauhnya dari bumi! Meskipun massa planet berbatu ini mirip dengan Bumi, ia mengorbit lebih dekat (25 kali lebih dekat dari Bumi) ke bintang induknya Alpha Centauri B (host star). Sebagai akibatnya, setahun berlangsung 336 hari dan suhu permukaan planet mencapai sekitar 1200 ° C, yang membuat planet ini tidak mampu mendukung setiap bentuk kehidupan seperti yang kita kenal. Namun, sistem tata surya dengan alam berbatu biasanya diperkirakan memiliki planet ganda. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa Alpha Centauri A, saudara yang lebih besar dari Alpha Centauri B, mungkin merupakan host dari beberapa planet yang tidak diketahui dan belum ditemukan dengan zona yang lebih layak huni. Meskipun penemuan baru-baru ini telah memicu mimpi banyak orang untuk melakukan perjalanan ke sistem bintang lain di luar sistem tata surya kita, namun misi eksplorasi tersebut tampaknya masih belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Sekalipun dengan roket riset berukuran sebesar sebuah ponsel yang diakselerasi hingga 10% dari kecepatan cahaya, tetap saja membutuhkan 40 tahun waktu perjalanan nonstop untuk mencapai target yang diinginkan. Jadi, apa hal terbaik berikutnya yang harus dilakukan? Apakah kita harus mengambil foto atau menempatkan satelit di permukaan planet jari potensi atmosfer ya. Sepertinya sementara bekerja keras untuk dan mempelajari kara bintang baru ini, para lain harus fokus pada sistem tenaga pendorong super cepat, yang mungkin akan mencakup konsep-konsep baru seperti roket nuklir dan penggerak fusi antimateri.
Sumber: An Earthmass planet orbiting Alpha Centauri B. X. Dumusque et al. diterbitkan secara online 17 Oktober 2012, Nature
Discussion about this post