KESEHATAN – ILMU PENGETAHUAN – TEKNOLOGI
Daging Olahan Meningkatkan Resiko Terkena Kanker
Badan Internasional untuk Riset Kanker (The International Agency for Research Cancer/IARC) yang merupakan badan kanker WHO (World Health Organization) telah menemukan hampir 1.000 penyebab yang dapat meningkatkan resiko terkena kanker. Berdasarkan laporan 22 pakar dari sepuluh negara, IARC baru-baru ini menyiarkan bahwa konsumsi daging merah berlebihan kemungkinan dapat bersifat karsinogenik bagi manusia; produk-produk daging olahan termasuk sosis, hot dog, dan “sosis salami” termasuk beberapa contoh produk yang memiliki risiko karsinogen tertinggi bagi manusia. Para peneliti menemukan bahwa mengonsumsi 50 gram dari produk-produk daging olahan tersebut setiap hari meningkatkan resiko kanker usus besar sebesar 18%. Zat-zat karsinogenik di dalam daging olahan diperkirakan muncul dari zat-zat kimia yang terbentuk selama pemrosesan daging dengan pengasapan atau pengawetan. Bukti ilmiah dari 800 penelitian menunjukkan kaitan yang kuat antara daging olahan dan kanker, khususnya kanker usus besar, selain itu juga pada kasus kanker pankreas dan prostat. Meskipun resiko timbulnya kanker dari daging merah relatif lebih rendah, konsumsi yang tinggi dari daging merah meningkatkan resikonya secara signifikan. Penemuan ini selanjutnya mendukung rekomendasi kesehatan bagi masyarakat untuk menurunkan konsumsi daging merah dan daging olahan. Perlu dicatat juga bahwa resiko kanker dari teknik pengasapan pada daging tetap beberapa kali lebih besar, karena konsumsi daging asap menyebabkan 1 juta kematian akibat kanker selama setahun di seluruh dunia, sedangkan daging olahan menyebabkan 34.000 kematian akibat kanker.
Bakteri Berkomunikasi Seperti Halnya Otak baru menunjukkan bahwa mereka menggunakan mekanisme komunikasi dan mengeluarkan sinyal-sinyal listrik yang rumit, seperti halnya neuron-neuron di dalam otak. Para ahli meneliti komunikasi jarak jauh dari bakteri-bakteri di dalam biofilm, di mana jutaan bakteri-bakteri tersebut telah dikelompokkan sebelumnya. Sel-sel bakteri yang hidup di tepi terluar biofilm tumbuh dan berhenti berkembang hingga ukuran yang spesifik sehingga zat-zat makanan seperti glutamat dapat dialirkan secara terus-menerus ke inti sel yang terlindungi, hal ini memberi kepastian bahwa seluruh populasi bakteri dapat bertahan hidup dan mampu mengatasi serangan zat-zat kimia, seperti antibiotik. Para ahli menunjukkan bahwa koordinasi metabolisme di antara sel-sel bakteri yang saling berjauhan di dalam biofilm terjadi dalam bentuk sinyal-sinyal listrik. Saluran-saluran penghubung ion memicu bergetarnya potensial listrik dari membran-membran bakteri yang merambatkan sinyal-sinyal listrik dalam jarak jauh dengan cara merambatkan gelombang dari ion-ion kalium bermuatan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kelakuan bakteri di dalam biofilm bekerja seperti halnya “otak mikrobial”. Uniknya lagi, perpindahan sinyal-sinyal listrik dan perambatannya di dalam bakteri sepertinya muncul akibat dipicu oleh tekanan metabolik. Hal ini menyiratkan bahwa kelainan neurologis seperti epilepsi dan migren di kepala kemungkinan disebabkan oleh aktivitas metabolisme bakteri. Mungkin suatu teknik pengobatan baru untuk penyakit kelainan neurologis dapat dikembangkan lagi dengan menggunakan cara pandang atau perspektif bakteri ini.
Ilmuwan Berhasil Membuat Bahan (Material) Paling Hitam yang Pernah Dibuat Manusia
Para ilmuwan telah mengembangkan bahan paling hitam yang pernah dibuat manusia, yakni bahan yang dapat menyerap 99% cahaya yang datang di permukaannya dari berbagai sudut dan polarisasi. Bahan superhitam ini 26% lebih gelap daripada bahan superhitam yang ditemukan sebelumnya, yakni karbon nanotube. Inspirasi penemuan ini datang dari kumbang putih Cyphochilus, yang cangkangnya mampu merefleksikan banyak sekali cahaya yang datang padanya karena struktur cangkangnya yang seperti kristal dalam skala mikroskopik. Para ilmuwan menguji cangkang kumbang tersebut dan berusaha membalikkan susunan struktur kristalnya untuk menyerap sebanyak mungkin energi cahaya yang masuk. Material superhitam dibuat menggunakan batang nanopartikel yang didudukkan pada suatu bulatan nanopartikel yang sangat kecil yang panjangnya 30 nanometer. Permukaan dari material superhitam tersebut dapat menyerap 99% cahaya yang datang padanya dengan rentang panjang gelombang antara 400 sampai 1.400 nanometer. Warna dari permukaan tersebut sangat gelap sehingga mata manusia tidak mampu melukiskannya; sebaliknya, rasanya seperti melihat lorong gelap yang tiada berujung atau sebuah lubang hitam. Untungnya, material tersebut dapat diencerkan menjadi bentuk cairan dan dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti dalam proyek-proyek desalinasi global. Karena material yang sangat hitam menyerap lebih banyak cahaya atau energi foton, maka teknologi material superhitam diharapkan dapat menyempurnakan secara besar-besaran tingkat efisiensi dari panel-panel surya yang ada saat ini dan interkoneksi optik, di mana data fiberoptik direlay.
Discussion about this post