Dalam hidup ini yang kita ketahui paling pasti adalah mati. Tetapi mati itu tidak benar. Artinya tidak sungguh-sungguh benar bahwa ada mati dalam konsep yang dimengerti orang secara umum, tidak riil dan tidak faktual bahwa ada mati yang benar-benar mati sebagaimana yang kita memahaminya saat kita hidup.
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; melainkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran: 169)
Kalimat bal ahya`un ‘inda Robbihim pada ayat tersebut berarti : “Melainkan hidup di sisi Tuhannya”. Bagaimana hal ini kita pahami? Apakah selama hidup di dunia kita tidak berada di sisi Allah? Yang dimaksud sebagai hidup dalam ayat itu bagaimana? Lalu, hidup dalam dan dengan ekosistem apa dan bagaimana? Hidup lahir batin juga atau hidup batin saja? Terlebih ketika jasad kita sudah mendebu dalam tanah. Tulang, daging kita sudah menyatu dengan turob1. Kepala dengan otak, dada dengan jantung hati sudah luluh menyatu dengan thiin2. Maka dalam posisi potongan ayat: ahya`un ‘inda Robbihim itu, apakah kita masih bisa berpikir dan bisa merasakan seperti sekarang?
Kita semua merasa penasaran oleh ketidaktahuan ini, sehingga…….
Discussion about this post