Hai Budi, apa kabarmu? Sudah lama aku menanti detik-detik indah ini, masa saat aku akan bercerita kepadamu. Ketika teman-teman hewanku mengabari tentang dekatnya waktuku untuk berbicara kepadamu, aku pun melompat kegirangan saking bahagianya, tak kuasa menahan rasa senang. Dan dengan semangat menggelora, aku pun pergi menuju ke tempat yang lengang dan tenang. Alhamdulillah, pada akhirnya aku sampai juga. Jangan tanya mengapa! Kamu tahu ‘kan kalau kura-kura bergerak sangat lambat? Bukankah kamu juga yang menyematkan ungkapan “Manusia lamban bak kura-kura” pada seseorang yang kamu anggap pemalas?! Ya, akulah kura-kura itu! Namun apa yang bisa kuperbuat? Seperti inilah Tuhanku menciptakanku.
Ketahuilah bahwa yang membedakan diriku dengan saudara-saudara hewan lain adalah cangkang besar pada punggungku, yang menutupi seluruh tubuhku. Ya, tubuhku ditutupi sebuah cangkang perisai dari berbagai sisi yang terbuat dari cangkang tulang yang menyatu erat dengan badanku. Pada perisai ini, terdapat sebuah lubang di belakang, tepatnya di bawah ekorku sebagai tempat untukku mengeluarkan kaki, kotoran, juga telurku, serta lubang di depan agar aku bisa mengeluarkan kepala dan tanganku. Aku tidak bisa berpisah dari perisai ini untuk selamanya karena dia adalah bagian tak terpisahkan dari badanku. Keseluruhan tubuhku—kecuali tulang leher dan tulang ekor—menyatu sangat erat dengan perisai ini dari dalam. Namun saking beratnya, dia pun menghambat pergerakanku sehingga membuatku menjadi lambat saat pergi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Perlu kugarisbawahi di sini, Budi, bahwa jenis kura-kura darat (Tustedo)—yang darinya aku diturunkan—diciptakan untuk hidup di darat (kura-kura) dengan pergerakan yang sangat lambat. Ada pula jenis kura-kura yang diciptakan untuk hidup di laut (penyu) dan jenis lain yang hidup di air tawar (labi-labi). Kura-kura yang hidup di laut (Dermochelys, Caretta, Chelonia) memiliki keistimewaan kecepatan luar biasa dibandingkan dengan hewan laut lainnya. Mereka dibekali dengan sirip khusus oleh Sang Pencipta. Misalnya, penyu hijau (Chelonia Mydas) mampu berenang sejauh 480 km dalam 10 hari. Penelitian ilmiah menyatakan bahwa penyu belimbing (Dermochelys Coriacea) yang hidup di laut mampu berenang dengan kecepatan 35 km/jam. Adapun kami, kura-kura darat, berenang hanya sejauh 0,2-0,4 km/jam. Penelitian ilmiah juga menjelaskan bahwa penyu raksasa galapagos melakukan 6 km perjalanan setiap harinya.
Kaki dan Siripku
Tuhanku yang Maha Adil telah membekaliku dengan kaki silindris tebal berkuku besar untuk membantuku berjalan di tanah kering. Selain itu, kakiku juga bisa kugunakan sebagai sekop penggali. Aku bisa menggali lubang dengan kuku-kuku ini untuk kutinggali dalam waktu yang lama dan …







Discussion about this post