Di belahan bumi manapun, pemenuhan kebutuhan pangan bagi manusia merupakan permasalahan yang penting. Di tempat-tempat yang kebutuhan akan pangannya kurang bisa terpenuhi, masalah ini bisa menjadi masalah kemanusiaan yang besar. Makanan pokok kita adalah sayur mayur, biji-bijian, dan buah-buahan. Sementara itu, produksi daging, susu, dan telur yang kita manfaatkan dari hewan sangat bergantung pada keberadaan tanaman. Sumber dari semua ini tak lain adalah tanah. Di samping manfaatnya yang sangat banyak, melalui berbagai macam tanaman yang tumbuh di atasnya, tanah merupakan sumber penuh berkah yang hidup, dinamis, dan terus menerus dapat diperbarui. Ia seperti harta karun yang tak pernah habis. Tak habisnya harta karun ini, atau dengan kata lain kesuburan tanah bergantung pada beragam sebab. Yang terpenting dari sebab-sebab tersebut ialah makhluk-makhluk yang hidup di dalam tanah. Semakin banyak jumlahnya, maka semakin tinggi pula kesuburan tanah. Makhluk hidup dalam tanah yang memiliki peran terpenting di antaranya ialah jamur, bakteri, serangga, dan cacing. Makhluk-makhluk ini adalah pekerja di pabrik tanah yang bekerja tak kenal lelah dalam menjalankan tugas yang diberikan pada mereka. Sumber energinya adalah zat-zat organik. Oleh karena itu jumlah mereka sangat bergantung pada jumlah zat-zat organik yang ada di dalam tanah. Makhluk-makhluk tanah ini menyukai tempat-tempat yang secara teratur mendapat pasokan limbah yang berasal dari hewan dan tanaman. Mereka akan mengambil makanan sesuai dengan kebutuhan mereka dan meninggalkan zat-zat yang berguna bagi perbaikan struktur tanah serta bagi pemenuhan nutrisi bagi tumbuhan. Dengan begitu, tanah akan mendapatkan keberlanjutan kesuburannya.
Secara alami, sebagian besar tumbuh-tumbuhan akan kembali ke tanah; hancur, membusuk, kemudian bertransformasi menjadi zat mineral yang merupakan sumber nutrisi bagi tumbuh-tumbuhan. Begitu pula yang terjadi pada hewan. Ketika hidup mereka membuang kotorannya ke tanah. Pada akhirnya saat mati dan mereka pun akan kembali ke tanah, menjadi kompos.
Seiring dengan tumbuhnya urbanisasi dan industrialisasi, pasokan sampah dan limbah pada tanah mengalami penurunan drastis. Zat-zat ini mulai dikumpulkan hanya di satu tempat pengumpulan sampah. Dengan demikian, tanah akan kehilangan sumber zat-zat esensialnya dan masalah lingkungan yang serius juga sangat mungkin terjadi. Sayangnya, karena kurangnya pengetahuan akan besarnya manfaat sampah dan kotoran organik bagi tanah, penggunaan zat-zat organik tidak banyak diterapkan pada lahan-lahan di pinggir kota yang dimanfaatkan untuk produksi pertanian dan peternakan. Alih-alih menggunakan zat-zat organik tersebut untuk menyuburkan tanah, mereka justru menggunakan pupuk buatan dan seiring dengan bertambah tandusnya tanah dari tahun ke tahun dikarenakan hal ini maka terbentuklah lingkaran masalah yang tidak ada putusnya. Hal ini menyebabkan tanah dan juga air lambat laun menjadi semakin kotor. Di satu sisi, pasokan zat organik pada lahan pertanian sangatlah sedikit sedangkan di sisi lain penggunaan pupuk buatan dan obat-obatan pertanian sebagai penyebab rusaknya sistem ekologi, berujung pada lambatnya pembentukan kompos. Ini sama saja dengan eksploitasi tanah secara tidak berkelanjutan. Diperlukan pendekatan baru yang memastikan transformasi kotoran organik dari tumbuhan dan hewan menjadi tanah sealami mungkin sehingga mampu mewujudkan kelestarian kehidupan tanah dan keberlanjutan produktivitasnya. Para ilmuwan yang berkecimpung di bidang pertanian lah yang pada berbagai penelitian dengan pendekatan atau penerapan mengenai hal ini.
Cacing: pabrik pengurai sampah menjadi pupuk
Beberapa tahun terakhir ini, cacing ditemukan mampu menjadi solusi atas permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh sampah dan kotoran organik serta dapat dimanfaatkan dalam mengembalikan elemen-elemen penting yang hilang. Contoh jenis cacing yang memiliki karakteristik ini adalah Eisenia fetida (tiger worm) yang banyak ditemukan di zona iklim sedang dan Lumbricus rebellus (red worm) yang lebih banyak ditemukan di zona iklim tropis yang panas. Dibandingkan dengan jenis lain, Eisenia fetida dikenal lebih cepat mengkonsumsi nutrisi, lebih cepat bereproduksi dan berkembang biak, serta dapat beradaptasi dengan berbagai iklim dan kondisi lingkungan yang beragam. Karena karakteristik inilah jenis cacing ini paling banyak dibudidayakan di dunia. Secara umum, semua cacing bermanfaat untuk tanah. Hanya saja untuk menghasilkan pupuk, dibutuhkan jenis cacing yang lebih cepat beranak pinak, lebih banyak mengkonsumsi dan mengurai. Cacing Eisenia tersebut adalah dari jenis cacing berkarakteristik demikian. Seperti halnya cacing-cacing yang lain, cacing ini juga pemilih, mereka tidak akan memakan tanaman yang masih hidup, mereka hanya akan memakan tanaman yang sudah busuk.
Hasil pemisahan zat-zat organik oleh mikroorganisme disebut kompos, sementara zat-zat organik yang dimakan lalu diurai oleh cacing dinamakan vermikompos. Vermikompos, dihasilkan dari pengubahan material organik menjadi material mirip humus oleh cacing. Kompos cacing, kotoran cacing, vermicast atau cast saja. Air selokan, genangan limbah, sampah organik, berbagai macam sampah dan limbah industri seperti industri minuman ekstrak buah-buahan, jamur, dan kertas, juga limbah supermarket, restoran, limbah dari olahan kentang, limbah dari peternakan ayam, sapi, kambing, domba, kuda, dan kelinci, limbah dari perkebunan berupa tanaman mati, potongan rerumputan, dan sisa-sisa lainnya, dapat diubah menjadi kompos oleh cacing.
Terdapat beberapa kesulitan selama proses produksi kompos. Karena tidak dapat difermentasi dengan cepat, adonan kompos mengeluarkan bau tak sedap dan juga mengundang nyamuk datang. Cara untuk mempercepat fermentasi adalah dengan mengangin-anginkan adonan kompos. Dengan begitu, terbentuk kondisi beroksigen yang akan membantu mempercepat aktivitas bakteri. Hanya saja, cara ini dinilai kurang praktis. Jika proses ini dikerjakan oleh cacing itu sendiri, sangat mungkin untuk menghilangkan nyamuk dan bau tak sedap pada kompos, serta dapat menghasilkan pupuk berkualitas tinggi.
Di negara-negara Eropa, India, dan juga Amerika telah dikembangkan budidaya cacing (vermikultur) dengan berbagai tujuan. Kegiatan bisnis vermikultur terfokus pada dua bidang fokus. Bidang pertama yaitu terfokus pada produksi vermikompos (kompos cacing), sementara bidang fokus yang kedua adalah produksi biomasa cacing. Produksi biomasa ditujukan sebagai sumber protein dalam pemanfaatan cacing pada peternakan ayam dan budi daya ikan. Sementara vermikompos merupakan proses pengomposan sampah dan limbah organik oleh cacing.
Pertanian lebih untung dengan kompos cacing
Di dalam kotoran hewan terdapat banyak sekali mikroorganisme. Jika kotoran ini diberikan langsung ke tanah tanpa melalui proses fermentasi atau pasteurisasi yang baik, kotoran ini bersama dengan bakteri dan jamur dapat merusak tanah. Selain itu juga dapat mengakibatkan bertambahnya benih rumput liar. Namun, ketika kotoran ini dikonsumsi oleh cacing kemudian diurai menjadi pupuk, benih rumput liar juga ikut tercerna oleh sistem pencernaan cacing sehingga tak bisa tumbuh dan menjadi rumput liar.
Sistem pencernaan cacing mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat, seperti jamur mikoriza dan bakteri pengikat nitrogen. Mikroflora-mikroflora ini memainkan peranan penting dalam mempercepat pengubahan zat organik menjadi kompos. Kompos cacing, berbentuk granul (butiran) tetapi bersifat homogen, tak berbau, dan secara mikrobiologis lebih aktif dibanding material-material yang dikonsumsi cacing. Di samping itu, tingkat kelarutan dalam air dari elemen nutrisi tanaman yang terdapat pada kotoran cacing jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kelarutan material sebagai nutrisi yang dikonsumsi oleh cacing itu sendiri. Kondisi sekitar kompos cacing diliputi oleh lendir. Oleh karena itu, elemen-elemen nutrisinya lebih lambat dilepaskan. Karena nutrisi-nutrisi ini lambat larut dalam air, maka tidak mungkin terjadi kebocoran yang menyebabkan hilangnya elemen. Selain itu, untuk melindungi diri dari bakteri jahat dalam tanah, cacing mensekresi lendir. Sekresi yang juga memiliki peran sebagai antibiotik ini menjalar tak hanya ke kotorannya tetapi juga ke tanah di sekitarnya. Dengan cairan ini, zat-zat yang aktif secara biologis seperti zat pengatur pertumbuhan tanaman dapat diserap oleh tanaman.
Kompos cacing memiliki jaringan yang tipis dengan pori-pori, pengaturan udara, drainase, kapasitas penyimpanan air, dan kadar aktivitas mikrobial yang tinggi. Oleh karenanya, kompos cacing merupakan pengatur tanah yang sempurna. Kompos ini mampu menyimpan air dua hingga tiga kali beratnya. Selain itu, kompos cacing juga tak berbau dan tidak mengandung zat-zat seperti patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Dari segi kegunaannya bagi tumbuhan dan tingkat konsentrasinya, elemen-elemen yang terkandung di dalam kompos cacing memiliki karakteristik yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pupuk-pupuk yang diolah secara tradisional. Sebagai contoh, kompos cacing mengandung mineral nitrogen yang lima kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan 10-15 cm lapisan tanah bagian atas yang kaya, tujuh kali lipat lebih banyak potasium yang dapat diambil, dan tiga kali lipat lebih kaya akan kalsium. 97% elemen nutrisi tumbuhan yang terkandung dalam kompos cacing, khususnya nitrogen, fosfor, dan potasium tersebut dalam kondisi yang siap diambil secara langsung untuk pertumbuhan tanaman. Tingkat aktivitas mikrobial pada kompos cacing 10 sampai 20 kali lipat lebih tinggi dari pada tanah. Tingginya keberagaman mikrobial ini berfungsi untuk menghasilkan zat-zat kimiawi seperti hormon pendorong pertumbuhan tanaman, enzim yang menekan pertumbuhan patogen-patogen tanaman yang berbahaya, dan berbagai macam senyawa yang lain.
Sebagaimana penggunaan kompos cacing dalam bentuk padat, beberapa tahun terakhir ini penggunaan cairan vermicast yang dihasilkan dari produksi kompos padat juga mulai marak. Tak hanya digunakan untuk melawan patogen-patogen tanaman, kompos cair ini juga digunakan sebagai pupuk. Dalam menghadapi penyakit-penyakit yang berasal dari tanah, jaringan vegetasi bawah tanah atau benih tanaman akan tertutupi oleh populasi mikrobial yang terdapat pada senyawa dalam cairan cast yang disimpan di dalam jaringan atau bagian tanaman tersebut. Kemampuan cairan vermicast dalam menekan perkembangan penyakit bergantung pada tingkat populasi bakteri yang pada cairan tersebut. Pembasmian patogen daun dan buah dengan menggunakan vermicast dilakukan dengan cara disemprotkan.
Informasi-informasi ini menunjukkan pada kita bahwa kompos cacing, cairan yang dihasilkan dari proses pembentukannya, serta bakteri-bakteri yang terkandung di dalamnya sangat berguna bagi para petani. Seperti termaktub dalam Al-Qur’an bahwa, “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Al-Jaatsiyah ayat 13)
Bagaimana caranya?
Beragam metode dapat dilakukan untuk mendapatkan kompos cacing. Secara sederhana, sampah dan limbah organik ditempatkan dalam bentuk gundukan-gundukan di atas tanah dengan jarak yang renggang atau bisa juga ditempatkan dalam bentuk lapisan-lapisan tipis di bedeng sedalam 50 cm dengan jarak yang teratur. Metode lainnya adalah produksi pada wadah-wadah sederhana berbentuk kasa. Sistem ini juga dapat dipasangi sistem tambahan yang secara otomatis dapat menambahkan nutrisi pada adonan kompos dan mengambil hasil komposnya. Cacing ditempatkan pada kasa di lapisan terbawah; jika nutrisi di lapisan ini habis, cacing akan naik ke lapisan kasa di atasnya melalui lubang-lubang di bawahnya. Pada lapisan kasa yang terbawah hanya tertinggal kotoran cacing saja yang merupakan kompos. Kompos pada lapisan-lapisan ini dapat langsung digunakan. Beragam metode dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan kapasitas. Tentunya harus dibarengi dengan pengetahuan-pengetahuan teknis yang lebih banyak lagi guna menghasilkan kompos cacing maupun cairan vermicast.
Allah Subhânahu wa ta’âla telah menciptakan dunia dan alam ini untuk memuaskan setiap kebutuhan manusia dan makhluk lainnya. Segala sesuatu yang kita inginkan ada di sini. Yang perlu kita lakukan hanyalah memahami bagaimana sistem yang telah ditentukan-Nya itu bekerja dan mempelajari fungsi dari setiap makhluk hidup maupun benda mati. Baik dengan menggunakannya secara langsung atau mengambil ilham dari makhluk ciptaan-Nya itu, akan selalu ada solusi bagi setiap permasalahan kita. Cacing pemakan sampah adalah salah satu contoh terbaik dalam hal ini.
Discussion about this post