• Privacy & Policy
  • Kontak
  • Tentang Kami
    • Profil
    • Redaksi dan Manajemen
    • Dewan Penasihat
  • Mata Air di Dunia
    • Arabic
    • Deutsch
    • English
    • Spanish
    • Turkish
  • FAQ
  • Kirim Artikel
  • Karir
Monday, October 2, 2023
  • Login
Majalah Mata Air
Advertisement
  • Home
  • Rubrik
    • Sains
    • Budaya
    • Spiritualitas
  • Penulis
    • M. Fethullah Gülen
    • Dr. Ali Unsal
    • Astri Katrini Alafta S.S. M.Ed.
    • Abdullah Farid
  • Event
  • Tetes Mata Air
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Produk Kami
    • Buku Digital
    • Majalah Digital
    • Mata Air dalam Genggaman
  • Semua Membacanya 2023
No Result
View All Result
  • Home
  • Rubrik
    • Sains
    • Budaya
    • Spiritualitas
  • Penulis
    • M. Fethullah Gülen
    • Dr. Ali Unsal
    • Astri Katrini Alafta S.S. M.Ed.
    • Abdullah Farid
  • Event
  • Tetes Mata Air
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Produk Kami
    • Buku Digital
    • Majalah Digital
    • Mata Air dalam Genggaman
  • Semua Membacanya 2023
No Result
View All Result
Majalah Mata Air
No Result
View All Result
Home Spiritualitas

Apakah Substansi dan Esensi Allah?

by M. Fethullah Gulen
9 years ago
in Spiritualitas, Tanya Jawab
Reading Time: 3 mins read
Share on WhatsappShare on FacebookScan and read on your phone

Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluk-Nya, baik secara hakiki maupun secara nisbi. Manusia yang hidup di alam terbatas ini memiliki pikiran, pandangan, dan pengindraan yang juga terbatas?

 

Ya. Ukuran yang bisa dilihatnya di alam ini kurang lebih hanya sebatas lima per sejuta. Demikian pula dengan apa yang dapat didengarnya. Ia, misalnya, tidak bisa mendengar suara dengan frekuensi 40 Hz per detik. Begitu pula bila frekuensi suara mencapai ribuan Hz per detik, ia juga tidak bisa mendengarnya. Jadi, indra pendengaran manusia sangat terbatas. Indra ini hanya bisa mendengar sedikit dari sejuta. Jangkauan penglihatan dan pendengaran manusia pun sangat terbatas. Kalau demikian, bagaimana mungkin manusia yang dalam hal pengetahuan, penglihatan, dan pendengaran amat terbatas ini berani bertanya: Mengapa Allah SWT tidak terlihat? Bagaimana Dia? Apabila manusia mengajukan pertanyaan semacam ini, lalu berusaha mengukur besaran dan gambaran Allah SWT, atau berusaha memikirkan zat-Nya, itu sungguh ini merupakan sebuah kelancangan dan tindakan melampaui batas.

 

RelatedArticles

Sakinah dan Thuma’ninah atau Ithmi’nan

Generasi Bahagia

Siapa engkau, wahai manusia, dan apa yang engkau ketahui hingga berani bertanya dan berusaha mengetahui zat Allah SWT ? Allah SWT tidaklah seperti gambaran dan jangkauan manusia. Ia suci dari kuantitas dan kualitas. Dia tidak bisa dicapai oleh ukuran-ukuranmu yang terbatas. Seandainya engkau pergi dengan kecepatan cahaya selama satu triliun tahun menuju berbagai alam yang lain, lalu engkau mengakumulasikan satu alam dengan alam lainnya, maka apa yang kau saksikan itu tidaklah sampai sebutir atom atau setitik debu bagi-Nya.

 

Ketika kita tidak mampu bahkan untuk sekadar mengetahui benua Antartika, bagaimana mungkin kita dapat mengetahui substansi dan esensi Allah SWT, Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta ini? Sungguh sangat jauh. Allah SWT sebagai Tuhan, Mahasuci  dari gambaran dan perhitungan manusia. Dia di atas seluruh gambaran dan imajinasi kita. Para ulama ahli kalam berkata, “Apa pun yang terlintas dalam benakmu, maka Allah adalah selain itu.” Sementara para ulama sufi berujar, “Apa pun yang terlintas dalam benakmu, Allah jauh, jauh, dan jauh di luar itu.” Engkau terbungkus oleh banyak tabir seolah-olah berada dalam lentera. Descartes mengatakan, “Manusia terbatas dari semua sisi. Entitas yang terbatas tidak mungkin mampu memikirkan sesuatu yang tidak terbatas.” Wujud Allah adalah wujud yang tidak terbatas dan tidak terhingga. Karena itu, manusia yang lemah dan terbatas ini tidak mungkin mampu menjangkau-Nya.

 

Seorang sastrawan Jerman, Goethe bertutur: “Mereka menyebut-Mu dengan seribu satu nama, wahai Zat Yang Tidak Terjangkau. Seandainya aku menyebut-Mu dengan tidak hanya seribu nama, tetapi dengan ribuan nama, aku tetap tidak bisa memuji-Mu secara sempurna. Sebab, Engkau di luar dan di atas semua gambaran.”

 

Para pemikir berpendapat bahwa Allah ada, tetapi wujud-Nya tidak dapat difahami dan dijangkau. Allah bukanlah sesuatu yang bisa dijangkau. Mata tidak bisa melihat-Nya dan telinga tidak bisa mendengar-Nya. Jika demikian, yang harus kau lakukan hanyalah mengikuti ajaran para nabi mengenai-Nya seraya beriman kepada-Nya.

 

Bagaimana mungkin manusia mengetahui Allah SWT yang merupakan Sang Mahaawal dan sebab pertama bagi keberadaan dan ilmu. Keberadaan kita adalah bayang-bayang dari cahaya wujud-Nya. Ilmu kita adalah embusan dari pengetahuan-Nya yang meliputi segala sesuatu. Dalam tingkatan tertentu memang terdapat jalan untuk mengetahui Allah dan untuk sampai kepada derajat makrifat. Namun, ini bukanlah jalan biasa untuk mengetahui sesuatu.

 

Ini adalah jalan yang sangat berbeda. Mereka yang berusaha mengetahui Allah dengan cara meniti jalan menyimpang adalah golongan orang malang yang tidak mampu mengalahkan tipuan nafsu serta tidak mampu mengenal dan merasakan ilham dalam batin. Karena itu, mereka berujar:“Aku telah mencari Allah dan tidak menemukan-Nya.” Ini adalah ungkapan kesesatan nyata serta pernyataan palsu atas nama ilmu dan filsafat. Allah SWT adalah Tuhan yang menampakkan diri-Nya di jagat raya dan pada diri kita saat ruh dan kalbu naik menuju-Nya.

 

Keberadaan-Nya tertanam secara kuat jauh di dalam lubuk hati dan ruh kita. Perasaan jiwa yang menjadi landasan seluruh pengetahuan kita ini lebih kuat daripada semua pengetahuan kita yang terbatas, serta daripada semua akal dan pemikiran kita. Namun, kita sering lalai terhadap diri kita dan terhadap potensi ini sehingga terjatuh dalam kesalahan dan kesesatan. Alam Semesta menjadi saksi atas Allah SWT dan mengungkapkan hal itu lewat seribu satu lisan. Al Qur’an pun mengingatkan dengan lisan yang paling fasih, dan Rasul adalah utusan dan penyampai yang paling fasih dan paling sempurna. Seorang penyair sufi, Ibrahim Haqqi1 menggubah:

 

Sang Mahabenar berfirman,“Aku adalah perbendaharaan harta karun yang tidak tertampung oleh bumi dan tidak pula oleh langit,tetapi kalbu dapat menampung-Ku”

 

***

 

1Ibrahim Haqqi (1703–1780) lahir di Erzurum di kampung Hasan Qal‘ah.

Ia adalah salah satu penyair sufi. Bukunya yang terpenting adalah Makrifatname yang dianggap sebagai ensiklopedia pada masanya.

Tags: 2014Pilihan EditorSpiritualitasTanya - JawabVolume 1 Nomor 4
Previous Post

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

Next Post

Cinta

M. Fethullah Gulen

M. Fethullah Gulen

Related Posts

Ketenagan Jiwa
Bukit-Bukit Zamrud Kalbu

Sakinah dan Thuma’ninah atau Ithmi’nan

3 weeks ago
Generasi Bahagia
Artikel Utama

Generasi Bahagia

4 weeks ago
Load More

Discussion about this post

POPULAR POST

  • Taubah, Inabah, dan Aubah

    Taubah, Inabah, dan Aubah

    888 shares
    Share 355 Tweet 222
  • Hewan-hewan yang Menantang Suhu Dingin

    783 shares
    Share 314 Tweet 196
  • Shuffah, Pusat Bagi Para Jenius

    743 shares
    Share 297 Tweet 186
  • Syair Rindu Sang Musafir

    697 shares
    Share 279 Tweet 174
  • Buku atau Gadget

    640 shares
    Share 257 Tweet 160

Majalah Mata Air menyuguhkan bahan bacaan untuk mengembangkan cakrawala pemikiran.

Ikuti Kami

Categories

Bulan Terbit

Kebakaran Hutan

Kesehatan – Ilmu Pengetahuan – Teknologi (Edisi 39)

September 18, 2023
Siang dan Malam dalam Al-Qur’an

Siang dan Malam dalam Al-Qur’an

September 18, 2023
Ketenagan Jiwa

Sakinah dan Thuma’ninah atau Ithmi’nan

September 12, 2023
  • Tentang
  • Ketentuan
  • Kirim Tulisan

© 2021 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

No Result
View All Result
  • Arsip
  • Berlangganan
  • Berlangganan Majalah
  • Blog
  • Buku Digital
  • Cart
  • Checkout
  • Checkout
    • Purchase Confirmation
    • Purchase History
    • Transaction Failed
  • Dashboard
  • Dewan Penasihat
  • Event
  • FAQ
  • FAQ Tetas Mata Air
  • Form Berlangganan
  • Form Kirim Artikel Semua Membacanya 2022
  • Gallery
  • Hubungi Mata Air
  • Instructor Registration
  • Jenis Pendaftaran
  • Karir
  • Kirim Artikel
  • Kirim Artikel Semua Membacanya 2022
  • Kirim Tulisan
  • Kuis Majalah Mata Air
  • langganan
  • Langganan Individu
  • Langganan Kelompok
  • LCCL Mata Air 2023
  • Liputan
  • Lomba Menulis Artikel
  • Majalah Digital
  • Majalah Mata Air Edisi 1
  • Majalah Mata Air Edisi 2
  • Majalah Tergantung
  • Mata Air dalam Genggaman
  • Mata Air On Air
  • My account
  • Paket Majalah
  • Pembahasan Try Out Cahaya Abadi
  • Pembahasan Try Out Sirah Nabawiyah
  • Pembahasan Ujian Cahaya Abadi
  • Pemenang SM21
  • Penulis
  • Penulis
  • Polling Cover Buku “Hening Sejenak”
  • Privacy Policy
  • Produk Kami
  • Produk Mata Air di Playbook
  • Profil
  • Proposal Landing Page
  • Quotes
  • Redaksi dan Manajemen
  • Relawan
  • Rubrik
  • Rubrik
  • Seminar 1
  • Seminar 2
  • Seminar 3
  • Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 1 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 2 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
    • Kuis 3 Lomba Semua Membaca Kehidupan Rasulullah
  • Semua Membacanya
  • Semua Membacanya 2022
  • Semua Membacanya 2023
  • Semua Membacanya 2023
  • Shop
  • Soal dan Kunci Jawaban Fikih Sirah
  • Soal dan Kunci Jawaban Cahaya Abadi 2
  • Soal dan Kunci Jawaban Khulasoh Nurul Yaqin
  • Soal dan Kunci Jawaban Mentari Kasih Sayang
  • Soal dan Kunci Jawaban Sirah Nabawi
  • Student Registration
  • Tentang
  • Terima Kasih
  • Try Out
  • Ujian Final
  • Workshop

© 2021 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist