Buku adalah sebuah “benda” yang sangat familiar dalam kehidupan manusia. Nyaris bisa dipastikan bahwa tidak ada manusia modern yang tidak mengenal buku. Jauh sebelum abad modern, buku juga telah muncul dalam bentuk dan bahan-bahan tertentu. Pada periode awal buku tampaknya memang hanya “diproduksi dan dikonsumsi” oleh sekelompok elit masyarakat (kalangan istana, bangsawan, saudagar). Hal ini sangat dimungkinkan karena buku meniscayakan hal lain, yakni kemampuan menulis dan membaca. Hanya kelompok-kelompok tadi yang lebih dahulu memiliki kemampuan tersebut. Dari sini tampak bahwa pada mulanya buku merupakan produk kebudayaan tinggi dalam arti berasal dari kelas masyarakat menengah atas. Namun, apapun dan dari kelompok manapun berawal, buku telah sangat lama menemani kehidupan manusia.
Kata Buku
Hal pertama yang menarik dalam mengurai topik tentang buku adalah soal penamaan buku itu sendiri. Mengapa setumpuk kertas yang memiliki jilid depan dan belakang tersebut dinamakan buku. Sepanjang mengacu ke dalam bahasa Inggris, book, saya belum menemukan definisi yang bersifat “paradigmatik” atau sebagai konsep dengan acuan makna di luar dirinya. Sejauh ini, definisi yang ditemukan sebatas makna leksikal yang terdapat pada kamus. Karena demikian, merujuk kepada Ferdinand de Saussure, saya ingin mengatakan bahwa penamaan ini bersifat manasuka (arbitrer).1 Kata book menjadi semacam nomen klatur yang awalnya dipungut secara “sembarang” sebelum kemudian menjadi…
Discussion about this post