Hai Budi, apa kabarmu? Ini aku, kupu-kupu. Aku berterima kasih kepadamu karena telah memberiku kesempatan untuk bercerita kepadamu tentang diriku serta keajaiban-keajaiban yang ada pada penciptaanku. Sebagaimana dirimu yang melewati fase-fase perubahan dalam penciptaan dan kelahiranmu ke dunia ini, aku, kupu-kupu, juga melewati fase-fase yang serupa denganmu, tetapi dalam dimensi yang berbeda. Makhluk lentur, panjang, dan berkaki banyak, yang kebanyakan dari kalian, manusia, anggap sebagai hewan tersendiri yang kaunamai “larva”, sebenarnya tidak lain adalah salah satu bentuk fase yang kami, kupu-kupu, lalui.
Maksudku, setiap fase janin yang kalian, manusia, lalui di rahim ibu juga aku lalui di dalam telur yang ditetaskan oleh indukku. Fase perubahanku tidak berhenti hanya sampai saat aku keluar dari telur dalam bentuk ulat yang lentur dan panjang. Namun aku akan kembali masuk ke dalam kepompong yang kurajut sendiri, seakan-akan masuk ke dalam terowongan waktu sekali lagi. Aku tinggal di dalam kepompong untuk sementara waktu dalam kondisi yang menyerupai tidur, tetapi bukan tidur. Aku berubah di fase ini—dengan aktivitas misterius bernama metamorfosis—menjadi kupu-kupu. Di fase ini, aku benar-benar berbeda dari bentukku yang sebelumnya, yakni larva.
Pada musim semi di saat suhu udara mulai menghangat, kamu akan melihat banyak kupu-kupu dengan berbagai corak dan warna beterbangan di udara dengan manja, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Setiap dari kami terbang dan hinggap dari satu bunga ke bunga lainnya menggunakan sayap yang dipulas dengan corak dan motif beraneka ragam dan dilukis oleh kanvas Sang Pelukis Andal.
Ya, pastinya ada insinyur dengan kemampuan tak terbatas yang menggambar bentuk empat sayapku berdasarkan perhitungan aerodinamika, menutupinya dengan bulu berukuran mikroskopis berwarna-warni, serta menyusunnya dengan susunan teramat sempurna. Tentu saja tidak ada yang mampu melakukan hal serupa….
Discussion about this post