Salah satu hal yang dapat mendekatkan manusia kepada Sang Pencipta Maha Kuasa, Yang Maha Rahman dan Rahim adalah cobaan berupa penyakit. Dengan penyakit pula kita dapat merasakan lemahnya diri dan kebergantungan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Itulah mengapa kita diminta senantiasa berdoa setiap waktu dan dalam keadaan apapun.
Doa memiliki pengaruh material dan spiritual bagi orang yang sakit. Pengaruh material dari doa, umumnya terlihat dengan menjadi sehatnya tubuh orang yang berdoa tersebut. Salah satu sisi penting dari doa, selain mengucapkannya dengan lisan, adalah ikhtiar atau berusaha mencari jalan keluar bagi kesembuhan. Hal ini dianggap sebagai upaya untuk berdoa melalui ‘hal’ yaitu keadaan dan perbuatan. Selain berdoa, orang yang sakit sepatutnya juga pergi ke dokter ahli, menggunakan obat-obatan yang berkhasiat, dan menjalani perawatan rumah sakit jika perlu. Sebab, Allah yang Musabbib’ul Asbab (Maha Sebab dari segala Sebab) mengaitkan segala sesuatu yang terjadi di dunia serta alam ini pada sebab-sebab tertentu. Oleh karena itu, kita mematuhi sebab-sebab ini sembari berharap hasilnya dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Selain obat dan terapi, kedokteran modern mementingkan juga penguatan moral dan spiritual bagi pasien. Meski demikian di lingkungan kedokteran modern tetap diperdebatkan apakah doa dapat digunakan atau tidak sebagai salah satu sarana dalam pengobatan dan apakah diperlukan penguatan spiritualitas pasien. Hal inilah yang kemudian mendorong banyaknya penelitian dan riset dilakukan untuk melihat dan membuktikan kebenaran tersebut.
Demi melawan serangan penyakit, dari masa ke masa manusia telah berdoa untuk meminta penyembuhan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal ini merupakan sebuah keyakinan dan praktik yang telah dimulai sejak dari masa nabi – nabi pertama hingga sekarang. Contoh yang terbaik dapat kita lihat pada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallâm, Beliau juga berdoa dengan tujuan meminta penyembuhan, dan hal ini merupakan salah satu tradisi sunnah yang kuat dari Beliau.
Di sisi lain, dunia Barat pun melakukan pengobatan melalui doa dan sugesti bahkan mereka menganggap beberapa tempat sebagai tempat suci yang berguna bagi pengobatan.
Kebutuhan Spiritual bagi Pasien
Sebenarnya setiap manusia, apapun keadaan kehidupan ibadahnya, baik orang yang taat beribadah maupun yang bahkan tidak menjalankan ibadah sehari-harinya sekalipun tetaplah memiliki dimensi agama atau keyakinan Pada Sang Maha Pencipta di dalam dirinya.
Menurut Henderson, Tujuan dari perawatan pasien ialah membuat pasien mandiri dalam hal memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasar dan “ketika pasien beribadah sejalan dengan keyakinannya” maka hal itu berarti ia telah pula memenuhi salah satu kebutuhan dasarnya tersebut. Oleh karenanya penentuan dan penanganan kebutuhan rohani si sakit adalah tahap awal yang penting dari rangkaian perawatan terhadap pasien
Memberikan dukungan spiritual pada pasien dapat juga diberikan oleh para perawat medis. Apalagi bila disertai dengan lingkungan perawatan yang tenang dan diberikannya kesempatan bagi pasien untuk berdoa serta membaca buku-buku yang mampu memenuhi kebutuhan dahaga spiritualnya. Namun sayangnya pada beberapa penelitian yang telah dilakukan ditunjukkan bahwa para perawat tidak cukup memberikan dukungan atau dorongan dalam memenuhi kebutuhan rohani pasien. Terlebih lagi kewajiban untuk memberikan bimbingan spiritual bagi ruhani pasien justru seringkali menjadi tugas yang sering dihindari oleh mereka. Fish dan Shelly menyatakan: “Oleh karena banyak perawat yang melihat hubungan antara pasien dengan Tuhan merupakan suatu hal yang pribadi maka mereka seringkali ragu dalam membantu memenuhi dan menjawab kebutuhan spiritual pasien. Bahkan agar mereka mengerti dan mampu menilai kebutuhan spiritual pasien tersebut Perawat justru membutuhkan pendidikan agama bagi dirinya sendiri.
Apakah doa berpengaruh dalam pengobatan ?
Pada dunia sains modern, pengaruh doa dalam proses penyembuhan masih diperdebatkan. Di USA, dana jutaan dolar dialokasikan untuk riset- riset yang meneliti topik ini.
Dalam sebuah penelitian 73 % dari para peserta mempercayai doa pribadi untuk orang lain akan membantu penyembuhannya dan terdapat pengaruh positif dari doa bagi penyakit jasmani. Didapatkan bahwa kesehatan mental dan spiritual mempengaruhi kesehatan material dan fisik.
Penelitian juga menunjukkan bahwa kegiatan keagamaan dan amal sangat bermanfaat dalam mencegah dan mengobati penyakit, mengurangi nyeri, mengatasi kekhawatiran dan kegelisahan serta meningkatkan kualitas dan semangat hidup. Di atas semua-nya itu ternyata aktivitas rohani juga membantu mengatasi permasalahan yang kita hadapi. Dikemukakan bahwa doa yang merupakan salah satu kewajiban dalam agama ternyata dapat membantu penyembuhan beberapa penyakit yang berkaitan dengan jantung, lambung dan usus. Doa tetap bisa berpengaruh dalam memberikan ketenangan mental dan mengurangi rasa sakit atau nyeri karena penyakit tertentu. Sangat menarik, para ahli fisikawan modern amat menyarankan kita untuk berdoa.
Pengaruh ibadah dan doa bagi orang sakit, dan bagaimana hal ini dapat mempercepat penyembuhan adalah sesuatu yang telah menarik perhatian dan amat dianjurkan oleh para dokter. Majalah Newsweek pada tahun 2003 menurunkan tulisan dengan tajuk “God and Health: Is Religion Good Medicine? Why Science Is Starting to Believe?” (Tuhan dan Kesehatan: Apakah Agama Obat Yang Baik? Mengapa Sains Mulai Mempercayainya?), mengangkat tema tentang pengaruh agama dan doa dalam penyembuhan penyakit sebagai bahasan utamanya. Diulas bahwa keimanan kepada Tuhan meningkatkan harapan pasien dan membantu pemulihan mereka dengan mudah, dan bahwa ilmu pengetahuan mulai meyakini bahwa pasien dengan keimanan agama yang tinggi akan pulih lebih cepat dan lebih mudah. Menurut pendataan oleh Newsweek, 72% masyarakat Amerika mengatakan mereka percaya bahwa berdoa dapat menyembuhkan seseorang dan berdoa membantu kesembuhan.
Keutamaan Mendoakan Orang Lain
“Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa itu) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Aamiin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”(H.R. Muslim dari Ummu-Darda’, Shahih Muslim 2733)
Doa bisa kita tujukan untuk diri sendiri maupun untuk orang lain dan akan sangat besar manfaatnya bagi diri kita. Walaupun kita tidak mengenal orang yang kita doakan dan orang itu juga tidak tahu ada yang mendoakan dirinya. Maka mendoakan orang lain tanpa sepengetahuannya akan lebih mujarab. Pengaruh doa untuk orang lain ini terbukti di sebuah riset yang dilakukan di Unit Jantung Koroner Rumah Sakit Umum San Francisco USA terhadap 393 pasien penderita jantung koroner oleh Dr. Byrd. Orang-orang yang mendoakan menunggu di luar ruangan dan mereka terus berdoa hingga pasien pulang. Terpantau bahwa pasien yang dikirimkan doa mengalami pengurangan sumbatan pembuluh darah, hanya membutuhkan antibiotik dalam dosis kecil dan lebih sedikit menderita demam ketimbang pasien yang tidak didoakan.
Dalam Penelitian terhadap pasien yang mengalami operasi angio jantung yang dilakukan di Duke University, pasien yang didoakan lebih sedikit mengalami komplikasi dengan persentase meninggal lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak didoakan. Pengamatan dilakukan hingga 6 bulan setelah pasien pulang ke rumah. Sama halnya pada penderita AIDS yang didoakan dari jauh ternyata lebih memiliki harapan hidup dan rasio kematiannya pun berkurang.
Doa dalam pengobatan penyakit jiwa
Ada banyak penelitian yang menguatkan betapa pengaruh dan pentingnya doa untuk mencegah dan mengatasi, serta menyembuhkan gangguan jiwa dan depresi. Dengan doa dan penguatan amal ibadah beberapa gangguan psikologi seperti gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, sensivitas berlebihan, kekhawatiran karena rasa takut, pikiran paranoia dan keadaan psikotik lain dapat diatasi. Firman Allah dalam Surat Yunus: 57, “Hai manusia telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Penelitian yang dilakukan oleh Carson dan Huss’ amat bermakna guna melihat hubungan erat antara doa dan skizofrenia (gangguan kejiwaan kompleks). 20 pasien penderita skizofrenia dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok didampingi, dibantu untuk berdoa dan didoakan serta diarahkan pada kegiatankegıatan spiritual. Kelompok yang lain menjalankan pengobatan tanpa doa. 10 Minggu kemudian terlihat bahwa kelompok yang didoakan mengalami penyembuhan signifikan, mereka bisa mulai berekspresi dengan benar, berpandang positif dan nyeri di tubuhnya berkurang.
Tingkat ketulusan dan keikhlasan doa seseorang akan sangat mempengaruhi manfaat doa tersebut pada kesehatan jiwa. Doa harus dipanjatkan dengan khusyuk dan tulus. Perasaan penuh cinta kepadaNya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sering bermunajat akan mengurangi gejala dan resiko gangguan jiwa pada dirinya. Orang yang berserah diri dan rajin dalam amal ibadahnya terlihat sehat dan segar secara fisik dan mental. Kesehatan mental dan jiwa seseorang sangat tergantung pula pada intensitasnya dalam berdoa.
Doa pada Pengobatan Penyakit Kronik dan Bedah
- Tekanan darah tinggi: Pada sebuah penelitiannya Brown tertarik untuk melihat manfaatnya doa terhadap pengobatan penyakit hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ditunjukkan bahwa doa membantu menormalkan tekanan darah dan mengurangi rasa sakit di tubuh. Seperti halnya ternyata doa juga mampu mengurangi kekejangan otot.
- Penderita Kanker: Semangat dan motivasi yang dilihat sebagai sebuah unsur yang paling penting dalam penyembuhan penyakit kanker terdapat dalam doa, tingkat keimanan penderita dan dukungan dari lingkungan yang mendoakan pasien. Dengan adanya unsur-unsur ini pasien akan memiliki perasaan optimis dan akan jauh terhindar dari depresi. Kondisi-kondisi ini akan mendorong pasien lebih cepat sembuh. Berdasarkan hasil penelitiannya terlihat bahwa penderita kanker yang berdoa mengalami pengurangan penderitaan akibat efek kankernya.
- Kesembuhan pasca operasi: Ditemukan bahwa rasio kesembuhan orang-orang yang beragama setelah operasi lebih tinggi daripada yang tidak beragama atau atheis. Pada penelitian terhadap pasien lansia yang mengalami operasi jantung terlihat bahwa pada pasien yang rajin beribadah dan berdoa maka secara signifikan ditunjukkan bahwa rasa sakitnya berkurang hingga 20 %. Terbukti secara ilmiah akan adanya “kekuatan penyembuhan dari doa”. Hal ini disimpulkan setelah ditunjukkan bahwa tingkat kematian di kalangan pasien penyakit jantung yang berdoa menurun 30% dalam satu tahun, pasca operasi yang mereka jalani. Doa berpengaruh juga pada penyakit migren. Berdasarkan penelitiannya terlihat bahwa sugesti spiritual yang diberikan kepada penderita migren dengan berdoa menunjukkan hasil bahwa setelah 2 bulan sakit kepala serta frekuensi depresi berkurang .
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallâm seringkali mengobati penyakitnya dengan membaca dua surat pendek Al-Falaq dan An-Nas. Sebagaimana dalam hadisnya: Aisyah RA bercerita; Rasulullah jika merasa sakit, Beliau membaca Muawwidzatain (Q.S Al-Falaq dan An-Nas) lalu meniupkannya (kemudian mengusapkan ke wajah dan bagian tubuh) (H.R. BukhoriMuslim).
Annas bin Malik RA berkata kepada Tsabit yang mengadukan penyakit yang dideritanya: “Maukah kamu aku Ruqyah sebagaimana Rasulullah melakukannya padaku?” Tsabit berkata: “Tentu”. Lalu Annas berdoa: “Ya Allah Rabbnya Manusia, penghilang segala yang menakutkan, sembuhkanlah, sesungguhnya Engkau Maha Penyembuh, tidak ada yang dapat menyembuhkan kecuali Engkau. Kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit apapun.” (H.R. Bukhori, Abu Dawwud dan Tirmidzi).
Setelah melihat bagaimana dunia Barat saja sangat meyakini keampuhan dan peran doa dalam penyembuhan berbagai penyakit maka kita yang mengaku sebagai orang yang beriman selayaknya lebih meyakini dan menggunakan sumber-sumber Islam sebagai acuan kita dalam melakukan pengobatan. Orang beriman yang sejati haruslah senantiasa berdoa kepada Allah dan menerima apa pun yang datang dari-Nya.
“YA ALLAH hanya rahmat-MU yang aku harapkan, maka janganlah Engkau sandarkan urusanku kepada diriku sendiri biarpun hanya sekejap mata. Perbaikilah segala urusanku, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau.”
Referensi:
- Henderson V, Nite G,Harmer B. Principles and practice of nursing. USA: Macmillan, 1997.
- Fish S, Shelly JH. Spirituel Care: The Nurse’s Role. IL: Intervarsity Press, 1978.
- Targ E. Research methodology for studies of prayer and destant healing. In: Clinical research in complementary therapies: Principles, problems and solutions, Ed. Lewith GT, Jonas WB, Walach H. London: Churchil Livingston, 2002.
- Matthews DA. Prayer and spirituality. Rheum Dis Clin North Amer 2000;26:177-87.
- Nelson JC, Rosenfeld B, Breitbart W, Galietta M. Spirituality, religion, and depression in the terminally ill. Psychosomatics 2002;43:213-20.
- Baker DC. Studies of inner life: The impact of spirituality on quality of life. Qual Life Res 2003;12(Sup.1):51-7.
- Husain SA. Religion and mental health from the Muslim perspective. Handbook of religion and mental health, Ed. Koenig H. New York: Academic Press, 1998.
- Byrd RC. Positive therapeutic effects of intercessory prayer in a coronary care unit population. In: Psychological perspectives on prayer a reader, Ed. Leslie JF, Astley J. Leominster: Gracewing Press, 2001. s.156-63.
- Cha KY, Wirth DP. Does prayer influence the success of in vitro fertilization- embryo transfer? Report of a masked, randomized trial. J Reprod Med 2001;46:781-7.
- Sicher F, Targ E, Moore D, Smith HS. A randomized double-blind study of the effect of distant healing in a population with advanced AIDS: Report of a small scale study. West J Med 1998;169:356–63.
- Larson DB, Larson SB. Spirituality’s potential relevance to physical and emotional health: A brief review of quantitative research. J Psychol Theol 2003;5(31):37-51.
- Koenig HG. Faith and mental health. Philadelphia PA: Templeton Found. Press, 2005.
- Bradshaw M, Ellison CG, Flannelly KJ. Prayer, God imagery and symptoms of psychopathology. J Sci Study Religion 2008;47: 644–59.
- Brown CM. Exploring the role of religiosity in hypertension management among african americans. J Health Care Poor Underserved 2000;11: 19- 32.
- Elkins D, Anchor KN, Sandler HM. Relaxation training and prayer behavior as tension reduction techniques. Behavioral Engineering 1979;5:81-7.
- Harris WS, Gowda M, Kolb JW, et al. A randomized, controlled trial of the effects of remote, intercessory prayer on outcomes in patients admitted to the coronary care unit. Arch Intern Med. 1999;159:2273-78.
- Wachholtz AB. Does spirituality matter? Effects of meditative content and orientation on migraineurs. Bowling Green State University [Dissertation]. Ohio, 2006.
Penulis : Prof. Dr. Yavuz Şahin
Discussion about this post