Sel yang merupakan struktur unit terkecil pada tubuh, berdasarkan fungsinya, merupakan sebuah organisasi yang bekerja dengan sistem sangat sempurna seperti sebuah negara. Pada umumnya struktur sel terdiri dari bahan-bahan yang rapuh dan mudah tercerai-berai. Misalnya, ketebalan selaput sel hanya berukuran 7-8 mikron saja. Namun, bagaimana bagaimana mungkin ia dapat hidup tanpa terpecah, hancur, menguap, meletus, dan terpisah-pisahkan dalam waktu yang lama, bahkan ada yang mampu bertahan hingga seumur hidup? Apakah sel terbuat dari konstruksi baja seperti layaknya sebuah bangunan yang kuat? Ataukah sel juga mempunyai sebuah sistem kerangka yang terbuat dari tulang-tulang layaknya sistem kerangka pada tubuh yang dapat menjadikannya bergerak, berjalan dan menjaga bentuk tubuh itu sendiri?
Ya, ternyata sel juga memiliki sistem kerangka. Kerangka sel (sitoskeleton)-lah yang memberi bentuk pada sel dan bertugas menjaga sel dari berbagai pengaruh fisik. Namun, materi yang digunakan di bagian ini bukanlah baja maupun tulang, melainkan protein yang tersusun dari asam-asam amino (aminoasit).
Struktur Membran pada Sel
Seorang penjual mainan busa sabun akan membuat pertunjukan berbagai macam bentuk busa yang menarik dengan menggunakan busa sabun untuk menarik perhatian pembeli. Ia membuat bentuk-bentuk tersebut dengan menyentuhkan balon-balon busa itu satu sama lain dan menggabungkannya menjadi satu. Mereka juga dapat memisahkan satu balon busa menjadi dua atau tiga dan bahkan dapat memasukkan suatu benda kedalam sebuah busa yang berukuran cukup besar.
Mari perhatikan sejenak, detik demi detik mukjizat yang terdapat pada level molekul pada sebuah sel, yang strukturnya lebih tipis daripada busa sabun. Kerangka sel diciptakan menyatu dengan membran selnya. Kebanyakan organel-organel sel terbentuk dari selaput/membran atau dikelilingi oleh membran. Membran-membran itu menjaga agar air atau zat yang melebur dalam air dapat lewat dari satu organel ke organel lainnya secara teratur dan terkontrol. Sebagian protein membran dipergunakan dalam pembentukan saluran untuk jalan lewatnya zat yang melebur dalam air, sedangkan yang lainnya bertindak sebagai enzim. Kecuali beberapa perbedaan kimiawi kecil, selaput-selaput organel yang terdapat dalam sel serupa satu sama lainnya. Oleh karena itulah saat selaput-selaput saling bersentuhan satu sama lainnya, maka secara ajaib mereka akan bersatu dan berubah menjadi satu selaput seperti yang terjadi pada busa-busa sabun tersebut. Namun, karena kandungan dan tugas organel tersebut berbeda satu sama lain, maka mereka tidak perlu menyatu. Jika karung-karung yang terbuat dari bahan yang sama bersentuhan saat karung yang berisi buah dan sayuran yang berbeda tersebut dinaikkan ke atas truk, atau saat mereka disusun dalam gudang, maka isinya dapat saling menyatu dan tercampur. Untuk mencegah hal itu, maka karung tersebut harus diangkat atau disusun tanpa adanya sentuhan satu sama lain. Tentunya sulit untuk melakukan hal semacam itu bukan?
Meski membran-membran organel sel saling menyatu saat saling bersentuhan, namun bagaimana mungkin tidak saling menyentuh ataupun hancur walaupun hal ini terjadi di tempat yang sangat kecil? Misalnya, organel badan golgi yang terdapat dalam sel merupakan struktur bermembran seperti kantung-kantung kecil yang saling berdekatan. Lisosom juga berbentuk seperti kantung kecil bundar yang berselaput. Jika kantung kecil badan golgi dan lisosom saling bersentuhan, maka enzim pemecah pada lisosom akan mengosongkan organel badan golgi dan menghancurkannya. Kenyataan bahwa organel yang terdapat di dalam sel tidak saling menyentuh satu sama lain adalah wujud dari kekuasaan Ilahi. Mikrotubulus-lah (protein kerangka yang berbentuk tabung kecil) yang memiliki tugas seperti konstruksi baja pada sel dan berperan dalam mencegah organel-organel yang menyebar di dalam sel agar tetap pada posisinya dan tidak saling bersentuhan satu sama lainnya.
Ektoplasma-endoplasma
Membran luar sel diciptakan dalam bentuk yang sangat tipis dan cair. Oleh karena itu sekilas akan terlihat seperti mudah sobek. Keadaan seperti ini bisa menjadi penyebab kematian sel. Lalu bagaimana membran sel dan saraf dapat bertahan hidup sejak bayi dilahirkan hingga kematiannya, bagaimana mungkin bisa mempertahankan kehidupannya dalam rentang waktu yang lama? Jika membran terbentuk dari kristal padat, maka akan dengan mudah pecah dan mati. Bentuknya yang cair dan tahan terhadap berbagai kondisi tekanan fisik merupakan mukjizat penciptaan yang sangat jelas. Karena membran sel memiliki keistimewaan bersifat cair yang kokoh, maka ia pun dapat bertahan seumur hidup tanpa adanya suatu robekan apapun.
Protein-protein kerangka bagian dalam sel terdapat baik di bagian cair yang terdapat di wilayah dalam membran sel (sitoplasma), maupun di bagian membran. Sehingga terbentuk seperti motif rajutan yang saling terhubung satu sama lain, layaknya sebuah konstruksi baja. Protein-protein berbentuk benang (mikrofilamen) yang sebagian besar terbentuk dari aktin ditempatkan di bagian dalam membran sel. Bagian yang mudah tersobek, sensitif, dan tipis ini diciptakan dalam bentuk cair yang dapat menjadi pendukung setengah padat pada membran sel. Lapisan ini disebut sebagai pembungkus sel (korteks) atau sitoplasma luar (ektoplasma). Bagian di antara pembungkus dan inti sel (nukleus) yang bersifat lebih cair disebut sitoplasma dalam (endoplasma).
Bentuk membran sel yang cair dan bukan berbentuk kristal ini menjadikannya memiliki kelenturan dan kekokohan yang mengagumkan. Mari kita bayangkan jika kita mengambil sebuah sel dan menaruhnya di genggaman lalu kita remat. Tak akan terjadi apapun padanya, dan saat kita lepaskan ia akan kembali ke bentuk asalnya, karena kerangka dalam yang berada di bagian pembungkus membran yang menyatu itu membentuk protein konstruksi baja yang dapat melentur namun tidak akan pecah. Dengan kelenturannya itu ia dapat memanjang atau memendek lalu kembali lagi ke bentuk asalnya tanpa ada robekan apapun.
Lalu Lintas dalam Sel
Organel-organel tercipta dari kantung-kantung kecil (vesikula) dan pipa-pipa kecil (tubula) yang ditempatkan pada struktur jaringan protein kerangka dalam sel. Dengan demikian persinggungan di antaranya dapat dicegah. Oleh karena proses transfer zat di dalam sel dilakukan dengan kantung-kantung kecil tersebut, maka akan terdapat sebuah pergerakan yang padat pada muatan sel, sesuatu yang mengagumkan dan sulit untuk dipercaya. Misalnya, zat protein, lemak, dan gula yang diproduksi pada retikulum endoplasma mula-mula diangkat ke badan golgi dalam kantung-kantung kecil, lalu di sanalah pekerjaan tersebut dilakukan. Produk dengan hasil akhir kembali diberikan pada sitoplasma dalam bentuk kantung-kantung kecil, lalu kantung-kantung kecil itu akan diarahkan menuju membran luar sel dan dikeluarkan menuju ke luar sel dalam bentuk zat sekretoris.
Protein, bakteri, dan sel-sel mati akan dibungkus ke dalam kantung-kantung dan dimasukan ke dalam sel secara pinositosis atau fagositosis. Kantung-kantung ini digerakkan dan disentuhkan pada lisosom. Enzim yang terdapat pada lisosom akan dituangkan ke dalam kantung-kantung yang digerakkan ini. Lalu enzim-enzim itu akan menghancurkan protein, membunuh bakteri-bakteri dengan menghancurkannya, serta menghancurkan dan membersihkan sisa-sisa sel yang mati.
Saat kantung-kantung kecil itu digerakkan, apakah mungkin terjadi kecelakaan pada lalu lintas di dalam sel? Jika kantung-kantung kecil itu bersentuhan satu sama lain, maka membrannya akan menyatu dan dua kantung kecil akan menyatu menjadi satu kantung kecil sehingga jika hal ini terjadi akan menjadi ancaman bagi kehidupan sel, dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel itu sendiri. Ternyata saat kantung-kantung kecil itu digerakkan, rute yang digunakan sudah pasti, sehingga tidak akan terjadi tabrakan. Sistem rel ini dibangun dari protein kerangka sel dalam. Kantung-kantung kecil itu akan digerakkan di atas tabung-tabung mikro yang membentuk konstruksi baja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kantung-kantung kecil sel datang dan pergi ke semua arah dengan sebuah sistem telpherage (kereta gantung) pada ruang tiga dimensi, namun sama sekali tidak akan terjadi kecelakaan lalu lintas. Jalur-jalur yang ada di dalam sel tidaklah tetap. Jika dibutuhkan rel-rel yang baru, maka akan dibentuk jalur baru (mikrotubula) yang sesuai dengan gerakan kantung-kantung kecil tersebut, dan pada saat itu juga akan hancur setelah selesai menyelesaikan tugasnya.
Kesimpulannya, peristiwa paling sempurna dalam skala nano dan mukjizat-mukjizat yang meninggalkan manusia dalam kelemahannya ini ternyata kita temukan dalam sebuah sel yang merupakan satuan makhluk yang paling kecil. Kenyataan ini membuat kepercayaan pada teori evolusi yang menyatakan bahwa sel ada dengan sendirinya, muncul dengan sebab-sebab, atau dengan kebetulan-kebetulan, lantas dari satu sel pertama akan dengan sendirinya membentuk tumbuhan, hewan, dan manusia, menjadi tidak masuk akal. Bagaimana mungkin kita menyerahkan pembentukan kerangka amat sempurna dan kokoh yang terbuat dari untaian-untaian dan pipa-pipa kecil dalam kesatuan unit sel yang tidak pernah mengalami tabrakan atau kesalahan itu hanya pada teori-teori kebetulan seperti itu? Sejauh mana hal itu bisa dibuktikan secara ilmiah, dengan akal maupun perasaan?
Discussion about this post