Melangkah di bumi pertiwi Indonesia tercinta sama artinya dengan menikmati keindahan alam tropis yang eksotis berikut keanekaragaman budaya, bahasa dan kekayaan kuliner tiada tara. Berdasarkan data statistiknya tercatat lebih dari 300 bahasa yang berbeda digunakan oleh kelompok-kelompok budaya yang tersebar di seluruh nusantara, hal ini mengindikasikan ada sekurangnya sejumlah tersebut potensi produk budaya yang juga berbeda. Setiap budaya akan melahirkan karyanya masing-masing dan batik telah menjadi salah satu karya anak negri ini yang bahkan telah mengangkat citranya menjadi salah satu ciri khas Bangsa besar bernama Indonesia. Maka pantaslah bila kita coba untuk sedikit menggali cerita dibalik karya budaya yang satu ini. Berikut petikan wawancara dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI) sebagai salah satu yayasan yang berkonsentrasi dalam mengawal batik untuk tetap menjadi produk kebudayaan kebangaan bangsa:
Mata Air (MA): Bagaimana sebenarnya sejarah singkat adanya batik di Indonesia atau nusantara pada masa dahulu?
YBI: Untuk kebenaran sejarah adanya batik di Indonesia secara akademis Yayasan Batik Indonesia belum melakukan pengkajian secara mendalam dan hanya berdasarkan literatur atau buku-buku yang ditulis oleh para tokoh atau pemerhati batik yang berasal dari Indonesia dan luar negeri dikatakan bahwa batik telah mempengaruhi daerah Jawa sejak tahun 400 yang dibawa oleh pedagang dari Kalingga, Koromandel, Hindia.
MA: Apa pakem-pakem yang harus diperhatikan dalam penerapan motif batik dan apa makna dari simbol-simbol yang sering dipakai dalam motif batik? Apakah filosofinya?
YBI: Secara motif batik terbagi dua yaitu:
- Batik Motif tradisional Pakemnya biasanya ada Parang, Kawung dan lain sebagainya
- Batik Motif modern
Pakemnya bebas, misalnya dengan motif gambar bangunan, awan, lingkungan, keris atau binatang. Filosofi pada batik itu sendiri biasanya mencerita-kan hubungan manusia atau ciptaan dengan Tuhan, alam, atau menceritakan perilaku manusia itu sendiri.
MA: Beberapa daerah di Indonesia memiliki batiknya masing-masing apa saja kekhasan atau ciri khusus yang paling menonjol dari setiap daerah tersebut?
YBI: Motif yang digunakan oleh batik di suatu daerah akan menunjukkan kondisi alam atau budaya di sekitar daerah itu seperti bangunan/monumen, budaya setempat, obyek pariwisata, kesenian, sumber daya alam yang dapat dimunculkan sebagai ikon yang menonjol dari daerah tersebut. Warna juga menjadi unsur kekhasan karena biasanya batik suatu daerah tertentu akan menggunakan bahan pewarna yang ada di daerah itu.
MA: Bagaimana peran museum batik Indonesia dalam melestarikan perkembangan batik, baik bagi batik klasik hingga batik modern ?
YBI: Saat ini keberadaan Museum batik Indonesia, masih berada dalam tahap persiapan oleh Pemerintah Republik Indonesia (cq. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Yang saat ini sudah ada adalah Galeri Batik yang di kelola oleh YBI. Galeri ini berada di Gedung Museum Tekstil Jakarta.
Galeri Batik ini berperan melakukan kegiatan yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan Batik dari yang bermotif klasik hingga modern melalui seminar/workshop dan pameran.
MA: Bagaimana minat masyarakat terhadap Galeri Batik dan batik itu sendiri?
YBI: Minat masyarakat yang berkunjung ke Galeri Batik
YBI yang ada di Museum Tekstil Jakarta cukup tinggi. Oleh karena itu saat ini Pemerintah sedang merintis pendirian Museum Batik Indonesia yang direncanakan akan dibangun di kawasan Taman Mini Indonesia Indah.
MA: Berapa lama sebenarnya waktu yang dibutuhkan untuk belajar membatik paling tidak hingga tahapan mampu membuat kain batik sendiri?
YBI: Tergantung dari prosesnya, batik tulis, batik cap, atau gabungan tulis dan cap serta motif apa yang ingin dibuat, jangka waktunya bisa 1 minggu bahkan sampai 6 bulan. Selai itu tergantung juga pada jenis motif dan proses pewarnaannya.
MA: Seperti kita ketahui bersama bahwa batik telah dipatenkan sebagai kekayaan khasanah budaya Indonesia di UNESCO, apa pengaruhnya bagi batik di Indonesia dan di mata dunia sejak adanya pematenan tersebut?
YBI: Perlu ada yang diluruskan bahwa Unesco bukan mematenkan batik Indonesia, namun mengakui bahwa batik Indonesia terdaftar sebagai warisan budaya takbenda.
Pengaruh dari adanya pengakuan ini tentu saja sangat positif sehingga para perajin dapat meningkat penghasilan dan berkembang pada daerah lain yang sebelumnya belum mengenal pembuatan batik. Namun hal ini juga menjadi tantangan bagi kita agar tetap dapat menjaga pengakuan Unesco tersebut, karena kalau tidak berkembang dapat juga dicabut kembali pengakuan tersebut.
MA: Salah satu komponen yang paling penting dari perkembangan batik adalah para pengrajinnya, bagaimana minat masyarakat dalam mempelajari batik dan apakah para pengrajin batik senior cukup melakukan peran regenerasi pada para penerusnya? Apakah hal ini juga menjadi konsentrasi yang diperhatikan oleh pemerintah?
YBI: Pada umumnya masyarakat masih memiliki minat untuk mempelajari batik dari tingkatan anak-anak hingga dewasa, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga pendidikan/masyarakat mengadakan pelatihan membatik.
Melalui anggaran yang tersedia, pemerintah terutama Kementerian Perindustrian RI senantiasa mengadakan pelatihan membatik untuk kalangan remaja, khususnya untuk daerah-daerah yang telah ada perajin pembatiknya dan dikembangkan ke daerah lain seperti Aceh dan Papua.
MA: Apakah terdapat juga perkembangan tehnologi dalam proses kreatif pembuatan batik terutama dalam industrinya tentu saja?
YBI: Pada dasarnya proses batik hanya dapat dilakukan melalui : tulis, cap atau kombinasi tulis dan cap, diluar ketiga proses tersebut adalah kain tekstil printing bermotif batik. Tetapi telah dikembangkan juga proses pewarnaan dengan menggunakan bahan tumbuhan natural yang ada di Indonesia
MA: Siapa saja tokoh-tokoh yang dianggap paling berjasa dalam proses pengenalan batik pada masyarakat?
YBI: Cukup banyak, karena hampir di tiap daerah ada tokoh batik yang telah di kenal. Namun demikian, YBI memberikan penghargaan berupa “Kriya Pusaka” yang diberikan kepada seseorang yang telah berperan secara aktif dalam memperkenalkan dan mengembangkan batik di dalam dan di luar negeri. Dalam hal ini, telah diberikan antara lain kepada: Bp. Ali Sadikin, KRT Hardjonegoro, Nelson Mandela, Iwan Tirta, Oey Soe Tjoen, Joop Ave, Santosa Doellah, Ardiyanto Pranata, dan Bapak/Ibu Susilo Bambang Yudhoyono yang disampaikan pada acara Gelar Batik Nusantara yang diselenggarakan YBI setiap dua tahun sekali.
MA: Apakah ada rencana-rencana khusus bagi pengembangan batik sebagai proses pembelajaran di sekolah atau batik sebagai jurusan khusus di universitas?
YBI: Yayasan Batik Indonesia sudah menghimbau kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI agar kerajinan batik masuk sebagai salah satu ekstra kurikuler di SMK dan perguruan tinggi atau institusi tertentu. Selain itu, Yayasan Batik Indonesia sudah memberikan penghargaan kepada Bupati/Walikota yang telah menerapkan kerajinan batik sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang ada di daerahnya.
MA: Daerah mana di Indonesia yang mengalami perkembangan paling pesat dalam hal pengembangan industri batik modern?
YBI: Hampir setiap daerah potensi batik khususnya batik cap mengalami perkembangan yang sangat pesat. Namun untuk batik tulis belum berkembang dengan baik, mengingat terbatasnya para pembatik terutama pembatik remaja yang menggunakan canting karena kemampuan ini memerlukan ketelitian, kesabaran dan ketekunan.
MA: Dari koleksi batik klasik bagaimana mengetahui nilai dari sebuah kain batik tulis? Apa yang membuat sehelai kain batik tulis tersebut menjadi berharga?
YBI: Faktor usia, motif, dan kualitas kain akan menentukkan nilai sehelai kain batik selain itu dapat dilihat juga berdasarkan keunikan, jenis, kehalusan proses produksi serta proses dan bahan pewarna yang digunakan. Kain batik tulis memiliki daya tarik tersendiri bagi para konsumen dikarenakan jenis motif dan warnanya. Lama waktu pembuatan batik itu juga akan berpengaruh pada harganya.
Dalam perjalanannya ada beberapa sikap yang dapat diambil oleh seluruh pecinta Batik untuk terus melestarikan seni budaya ini yaitu:
- Pertama: perlu kesadaran dalam cara memandang kebudayaan nasional sebagai suatu proses yang terus berlanjut, yang terus menerus diupayakan pembentukannya dengan menggunakan “paradigma baru”.
- Kedua: batik sebagai ekspresi berkarya yang kental menyiratkan nilai-nilai budaya masing-masing kelompok masyarakat pendukung lingkungan alam–fisik, dan daya adaptasinya terhadap perubahan, dapat menjadi media untuk menegaskan identitas kelompok dengan segala keunikannya.
- Ketiga: batik dan tenun dapat menjadi sarana apresiasi yang sensitif terhadap perbedaan kultural; melalui produk tersebut dapat terbina pemahaman multikultural, yang dengan cara yang halus dan lembut menjembatani perbedaan fisik yang kasat mata.
- Keempat: pengembangan batik dan tenun langsung atau tidak, merupakan pemihakan terhadap kaum marjinal, ekonomi masyarakat kecil dan potensi lokal yang memungkinkan bersaing di tingkat global.
- Kelima: menempatkan batik dan tenun sebagai objek dan sarana pembangunan merupakan langkah nyata kepedulian terhadap daya lingkungan dengan memperhatikan daya dukung ekosistem dan aspek berkelanjutan yang jika dijalankan dengan benar akan menjadi perlindungan bagi lingkungan hidup dan kesehatan manusia dari ancaman pengolahan sewenang-wenang terhadap SDA dan Industri ¹.
Sumber :
- Yayasan Batik Indonesia
- ¹ H. Komarudin Kudiya.,M.Ds; Yan Yan Sunarya; Chandra Tresnadi. Motif Batik: Batik dan tenun, Perspektif Industri dan Dagang. Dirjen Industri Kecil dan Menengah Dep. Perindustrian RI. 2005. 1-3.
Narasumber: Yayasan Batik İndonesia
Discussion about this post